NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Terjerat Cinta Berbalut Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Konflik etika / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Laksamana_Biru

Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.

Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.


Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.


Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.



Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.

Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Hari ini adalah hari pertama Clarisa bekerja paruh waktu di kafe tempat Reva bekerja.

Sebagai seorang mahasiswa yang membutuhkan tambahan uang saku, Clarisa sangat bersyukur bisa diterima bekerja, setelah menerima kabar dari pihak manajer kafe tersebut.

Clarisa tiba di kafe pagi-pagi sekali, suasana masih sepi, dan hanya Reva yang sudah ada di sana. Reva menyambut Clarisa dengan ceria

"Hay Cla, selamat ya lo udah di terima kerja disini" ucap Reva tersenyum.

"Makasih Rev, ini juga berkat lo yang udah bantuin gue untuk bisa masuk kerja di kafe ini", ujar Clarisa sambil memeluk Reva dengan hangat.

"Udah tenang aja, lagi gue juga untung juga kalau lo kerja disini, jadi gue ada temennya," balas Reva sambil memeluk balik Clarisa.

Clarisa pun mulai bekerja di kafe tersebut, dan mendapat sambutan hangat dari rekan-rekannya.

Dia bekerja dengan sungguh-sungguh, dan cepat menjadi favorit di antara para pelanggan karena keramahannya dan kecepatan dalam melayani.

Kebetulan suasana kafe hari terlihat sangat ramai, membuat Clarisa dan karyawan lainnya menjadi kewalahan.

Mereka harus bekerja ekstra keras untuk melayani pelanggan yang terus berdatangan.

Meskipun Clarisa berusaha untuk tetap profesional, dan fokus pada pekerjaannya, namun ia tak bisa menyembunyikan rasa sedih yang terus menghantuinya.

Perasaannya teringat tentang kejadian tragis yang baru saja menimpanya. Perceraian kedua orang tua, serta mengetahui bundanya di aniaya oleh ayahnya sendiri masih membekas dihatinya.

Ketika Clarisa hendak kembali ke dapur dengan tangan yang penuh tumpukan piring kotor, tiba-tiba dia di senggol oleh seorang wanita yang ingin lewat di samping Clarisa.

Wanita itu terkejut dan langsung berteriak, lalu piring-piring tersebut jatuh dan pecah berserakan di lantai.

Bruak 

Pranggg 

Aduh! teriak Clarisa sambil berusaha bangkit dan merapikan piring-piring yang berserakan.

"BISA JALAN GAK SIH!!!" bentak wanita itu dengan sangat marah, raut wajahnya memancarkan kemarahan yang luar biasa.

"Saya minta maaf, Bu. Saya tidak sengaja," ucap Clarisa dengan nada yang penuh penyesalan.

Wanita itu tampak tidak bisa menerima permintaan maaf Clarisa, ia terlihat semakin murka ,dan langsung menimpuk Clarisa dengan kata-kata kasar dan menghina.

Clarisa mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya terasa sakit mendengar kata-kata wanita itu.

"Apa? Maaf? Maaf apa yang bisa kamu berikan setelah merusak bajuku dengan kotoran ini?"bentak wanita itu semakin keras.

"Bahkan harga baju saya lebih mahal dari pada harga dirimu," lanjutnya memandang remeh pelayan itu, dan sontak saja membuat Clarisa tersulut emosi.

"Maaf bu, maaf banget. Saya akui saya salah karena tidak berhati-hati berjalan sambil membawa tumpukan piring kotor tapi.." ucap pelayan itu sambil menghela nafas.

"Kata-kata anda barusan sangat lah menyakiti perasaan saya" lanjut Clarisa dengan sedikit menahan emosi.

Clarisa berusaha mengatur napasnya, menghentikan desir adrenalin yang memenuhi tubuhnya. Dia tahu bahwa dalam situasi ini, dia harus tetap tenang dan menjaga sikap.

"Halah kamu itu cuma pelayan di sini, jangan coba coba membela diri, bersikap yang sok tersakiti. Yang nama nya pelayan ya pelayan, beda sama saya yang bisa beli harga dirimu kapan saja. Dan.... "ucap wanita itu dengan nada sombong, sambil melirik ke arah Clarisa yang berdiri di depannya.

"Tempatnya pelayan macam kamu tuh cuma di bawah kaki saya," lanjut wanita itu, sambil menunjuk-nunjuk sepatunya dengan angkuh.

Clarisa memandang sepatu mahal yang dipakai oleh wanita itu, lalu ia menatap langsung kedua matanya yang penuh dengan angkuh. Ia mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya dipenuhi dengan kemarahan.

"Sekali lagi saya minta maaf, karena tadi tidak sengaja menabrak anda, hingga membuat anda terjatuh dan pakaian anda menjadi kotor" ucap Clarisa dengan suara yang tetap tenang meskipun dalam hatinya ia ingin melawan.

Wanita itu hanya tersenyum sinis. "Oh, jadi kamu ingin membela diri? Sok berani juga ya. Namun tetap saja, kamu hanya seorang pelayan. Aku bisa membeli harga dirimu kapan saja," ucap wanita itu dengan mengangkat sebelah alisnya.

Dan tanpa ragu, wanita itu mendekati Clarisa dengan senyumnya yang merendahkan.

"Kamu tahu, tempatmu memang di bawah kaki saya. Jangan sekali-kali mencoba untuk melawan, karena kamu tidak akan pernah bisa menandingi saya," ucap wanita itu sambil meraih tangan Clarisa dengan kasar.

Clarisa merasa sesak. Ia tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan. Namun, tiba-tiba sebuah ide jahat muncul di benaknya. Ia tersenyum kecut, lalu dengan cepat ia menarik tangan wanita itu dan melemparkannya ke arah lantai.

Bruak

Wanita itu terjerembab dengan keras. Dia terkejut dan mulai merasa kesakitan. Clarisa hanya memandangnya dengan tatapan dingin, tanpa sepatah kata pun.

"Kamu… kamu ini gila! Aku akan mengadu pada manajer mu, supaya kamu di pecat!" teriak wanita itu sambil berusaha bangkit dari lantai. Namun Clarisa hanya tersenyum sinis.

"Aku sudah tidak tahan dengan perlakuan anda yang merendahkan. Aku juga manusia, aku juga punya harga diri. Dan aku tidak akan membiarkan anda semena-mena memperlakukan orang lain seperti sampah," ucap Clarisa dengan tegas.

"Saya memang seorang pelayan disini, tapi apakah seorang pelayan pantas untuk direndahkan? Pantas untuk dipermalukan? Seorang pelayan tetaplah manusia, yang sedang mencari nafkah untuk keluarganya!" ucap Clarisa dengan nada semakin meninggi.

"Anda tadi bilang bisa membeli harga diri saya kan, tapi maaf harga diri saya tidak bisa dibeli dengan uang anda, entah semau apa dan sebanyak apapun uang yang bisa anda kasih ke saya."

"Saya memang pelayan, tapi apakah orang seperti anda yang memiliki kekuasaan dan segalanya bisa merendahkan saya?" Lanjut Clarisa penuh penekanan.

"Udah cukup ceramah nya" tanya wanita itu sambil menguap dan membuat Clarisa menghela nafas panjang saat mendengar perkataan wanita tersebut.

Dia tahu betul bahwa sebagai seorang pelayan, dia harus selalu sabar dan tetap menghormati setiap pelanggan yang datang ke kafe tempatnya bekerja.

Namun, kali ini, tingkat kesabaran Clarisa benar-benar diuji oleh wanita yang tampaknya merasa bahwa memiliki kekuasaan dan kekayaan membuatnya bisa merendahkan orang lain.

"Heh ada apa ini..?" tanya Manager yang tiba-tiba datang ke arah mereka yang sejak dari tadi menjadi pusat perhatian.

"Pak Adit, maaf tadi saya barusan bikin kesalahan, dengan tidak sengaja menabrak ibu ini" ucap Clarisa dengan sopan, mencoba meredakan ketegangan yang tercipta di antara mereka.

Namun, wanita itu justru semakin memperlihatkan ketidakpuasannya. "Gak sengaja apanya. Ni liat pakaian saya jadi kotor di tambah muka saya yang barusan kamu siram pakai air jus, dan menurut mu ini gak sengaja gitu," sindirnya dengan nada tinggi.

"Saya minta maaf atas kesalahan yang terjadi tadi. Saya akan segera membersihkan noda di pakaian anda" ucap Clarisa dengan penuh kerendahan hati.

"Gak usah" ketus wanita itu menolak tawaran Clarisa.

"Dan kamu, kamu manager kafe ini kan?" tanya wanita tersebut membuat Adit mengangguk.

"Hmm, oke kalau gitu tolong jelasin ke pelayanmu satu ini tentang tata krama yang sopan, jangan bersikap kurang ajar kayak gini," protes wanita tersebut menunjuk wajah Clarisa.

"Iya nyonya saya minta maaf atas kejadian ini," ucap Adit merasa tidak enak hati.

"Clarisa merupakan karyawan baru di kafe ini nyonya , dan ini hari pertamanya bekerja " lanjutnya.

Wanita tersebut mengangguk mengerti, tetapi masih merasa tidak terima dengan sikap Clarisa yang kurang ajar.

"Clarisa, cepat minta maaf," perintah Adit dengan nada sedikit emosi.

Clarisa memandang wanita tersebut dengan tatapan tajam, ia sangat keberatan mengucapkan kata maaf.

"Saya memang salah Pak Adit, tapi kenapa saya harus dihina, apakah orang biasa seperti saya yang membuat kesalahan harus dipojokkan?" protes Clarisa merasa tidak terima.

"Tapi kenapa orang yang punya segala nya membuat kesalahan justru mereka yang dibela, saya salah karna tidak sengaja menabrak beliau tapi,?" dengan sedikit meredam emosi.

"Bukan nya jalan disini cukup luas pak, dan bukan nya beliau sudah tau kalau saya berjalan disisi sini, tapi mengapa beliau tidak minggir sedikit" lanjutnya.

"Eh enak aja suka suka saya dong, lagi yang namanya pelayan harus ngalah dan harus nya kamu tadi yang harus nya ngalah" ucap sombong wanita yang merasa tidak terima di salah kan.

"Tapi kalau..."

"Sstt, diam Clarisa sudah cukup, kamu yang salah dan cepat minta maaf atau saya pecat kamu" ancam Adit membuat Clarisa menghembuskan nafas kasar.

"Maaf nyonya, sekali lagi saya minta maaf" dengan sedikit terpaksa Clarisa harus meminta maaf lagi, meski ingin menolak tetap saja, orang biasa bakalan kalah sama orang yang berduit.

"Hmm.. kali ini saya maaf kan" ucap wanita itu tersenyum sinis dan meninggal kan kafe.

Melihat wanita tersebut yang sudah pergi membuat Adit bernafas lega.

"Clarisa" panggil Adit.

"Iya pak" jawab Clarisa.

"Jangan ulangi lagi kesalahan hari ini. Ingat ini hari pertama kamu kerja, jangan bikin ulah lagi atau mau saya pecat." ancam Adit.

"Tapi pak.."

"Cukup saya tidak ingin mendegar alasan apapun. Malam ini kamu saya hukum cuci piring kotor itu semua sendirian" perintah Adit.

"Pak tapi.." protes Clarisa.

"Mau saya tambah hukuman nya" ancam Adit

"Huff, iya pak saya siap menerima hukuman" jawab Clarisa dengan lesu. "Bagus cepet sana kerjain" ucap Adit dan berjalan kembali keruangannya.

Sementara Clarisa mulai membersihkan pecahan piring yang berserakan di lantai dengan perasaan kesal.

Namun tanpa Clarisa sadari, wanita yang barusan berdebat dengannya itu adalah Ajeng, omanya sendiri.

Clarisa sejak dari kecil memang tidak pernah bertemu sama sekali dengan omanya, karena Ajeng sangat membencinya yang terlahir sebagai perempuan.

Ajeng sama sekali tidak ingin bertemu dengan Clarisa, dan bundanya sama sekali tidak menceritakan apa-apa tentang Ajeng.

1
Abu Bakar Siddiq
ceritanya keren
gak bisa berkata kata banyak
Abu Bakar Siddiq
banyak cari inspirasi lagi
Maximilian Jenius
Jangan berhenti menulis, ceritamu bagus banget!
Webcomics fan #2
Tidak bisa berhenti
Rubí 33-12
Gak bisa lupain cerita yang dilukiskan oleh author.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!