Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siapa Dia?
Malam itu, keheningan menyelimuti Akademi Tapak Langit. Langit gelap tanpa bintang, hanya diterangi oleh pendar redup obor yang berjajar di sepanjang jalan utama.
Di dalam asramanya, Guo Mei berdiri di depan jendela yang sedikit terbuka. Matanya yang tajam menatap ke luar, mengamati keadaan sekitar. Setelah memastikan situasi aman, dia dengan cekatan mengenakan pakaian serba hitam, menyamarkan sosoknya dalam gelapnya malam.
Ini bukan pertama kalinya dia melakukan aksi senyap, dan malam ini dia memiliki tujuan yang jelas.
Dengan langkah ringan, Guo Mei melompat keluar jendela tanpa suara. Tubuhnya melayang sejenak sebelum mendarat dengan sempurna di atap. Dia meluncur dengan cepat, melewati bangunan-bangunan akademi dengan gerakan yang begitu luwes.
Beberapa kali dia harus berhenti di balik bayangan, menunggu para penjaga yang berpatroli lewat. Begitu mereka menjauh, Guo Mei kembali melesat, gerakannya sehalus angin malam.
Tujuannya adalah sebuah bangunan mewah di bagian barat, tempat tinggal para guru senior.
Saat tiba di depan bangunan itu, Guo Mei mengaktifkan elemen cahayanya, menggunakannya untuk menembus tembok dan melihat ke dalam.
Tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu yang membuatnya terkejut.
Di salah satu ruangan, dua sosok berbeda jenis kelamin tengah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya. Guo Mei mengenali mereka sebagai seorang murid dan guru di akademi.
"Cih! Menjijikan!" desis Guo Mei.
Dengan cepat, Guo Mei memasang sesuatu di kamar itu. Itu bisa menjadikan senjata untuk menjatuhkan lawannya. Setelahnya, Guo Mei kembali melanjutkan misinya.
Dengan hati-hati, dia menyusup masuk ke dalam bangunan melalui jendela yang tidak terkunci. Langkahnya begitu ringan hingga tidak ada suara sedikit pun yang terdengar.
Setelah memastikan keadaan aman, dia berjalan ke arah kamar targetnya.
Di dalam ruangan itu, seorang pria tua tertidur lelap. Wajahnya terlihat tenang, tidak menyadari bahwa ajal perlahan mendekatinya.
Guru Su Cheng.
Orang yang bersekongkol dengan tangan kanan kakeknya untuk meracuninya.
Guo Mei mengulurkan tangannya ke dalam sistem, mengambil sebuah botol kecil berisi racun. Racun yang sama dengan yang diberikan kepada kakeknya, tetapi kali ini, dosisnya lebih tinggi.
Tanpa ragu, dia membuka botol itu dan menuangkannya ke dalam mulut Su Cheng yang masih terlelap. Racun ini bekerja perlahan, membuat penderitanya merasakan sakit luar biasa keesokan harinya, namun gejalanya akan tampak seperti penyakit biasa.
"Aku kembalikan racun yang kalian tinggalkan ke kakekku!"
Tanpa meninggalkan jejak, Guo Mei berbalik dan melesat pergi, meninggalkan ruangan itu seolah tidak pernah ada seseorang yang masuk.
Begitu tiba di luar, dia kembali ke atap dan menatap langit malam
Besok, akademi akan segera diguncang oleh kabar buruk, dan ini hanyalah langkah awal dari pembalasan dendamnya.
****
Guo Mei berjalan kembali ke asramanya, merasa puas setelah menyelesaikan rencananya malam ini. Namun, tiba-tiba suara familiar terdengar di kepalanya.
Ding!
[Misi baru!]
Guo Mei mengerutkan kening. "Apa lagi sekarang?" gumamnya dalam hati.
Sistem dengan suara tenangnya berkata, ["Pergilah ke Hutan Tengkorak dan tolong seseorang yang berada di dalamnya. Hadiah: Elemen Tanaman Aktif."]
Guo Mei terdiam. Hutan Tengkorak terkenal sebagai tempat berbahaya, bahkan ahli tingkat tinggi pun enggan masuk tanpa persiapan. Dia menghela napas, merasa bahwa sistem mungkin sedang mengalami kerusakan.
"Apa kau yakin? Kau tidak rusakkan? Mana ada orang di dalam hutan itu?" tanyanya skeptis.
["Sistem tidak pernah rusak,"] jawab sistem tanpa emosi.
Guo Mei menghela napas panjang. Tidak ada gunanya berdebat dengan sistem, dan dia juga tidak bisa mengabaikan hadiah yang ditawarkan. Dengan cepat, dia mengaktifkan elemen anginnya dan melesat menuju Hutan Tengkorak yang berada di bagian timur Kekaisaran Qianlong.
Saat tiba di tepi hutan, udara terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Pepohonan besar menjulang tinggi, daunnya lebat hingga nyaris menghalangi cahaya bulan. Hutan itu sunyi, terlalu sunyi.
Guo Mei melangkah masuk, tubuhnya siaga penuh. Dengan satu gerakan tangan, dia membentuk pedang es, bersiap menghadapi ancaman kapan saja. Hewan roh yang bersembunyi di bayang-bayang tampak waspada, tapi mereka tidak berani mendekat.
Saat dia melangkah lebih dalam, tiba-tiba teriakan kesakitan menggema di seluruh hutan. Suara itu begitu memilukan, seolah pemiliknya sedang menahan rasa sakit yang luar biasa.
Guo Mei langsung melesat ke arah suara itu.
Di jantung hutan, dia melihat seorang pemuda terguncang hebat. Wajahnya tidak terlihat jelas dalam gelap, tapi Guo Mei bisa merasakan aura kuat yang terpancar dari tubuhnya.
Arrgghh!
Pemuda itu tengah mengamuk, menghancurkan pohon-pohon di sekitarnya dengan energi liar yang keluar dari tubuhnya. Hewan-hewan roh bersembunyi, tak satu pun yang berani mendekat.
Guo Mei mempererat cengkeraman pedangnya, matanya tajam menilai situasi.
["Sembuhkan dia dengan seluruh elemenmu,"] perintah sistem tiba-tiba.
Guo Mei melirik langit, merasa ingin membantah. "Apa kau lupa? Elemen tanaman dan tanahku belum aktif," bisiknya.
["Coba saja."]
Guo Mei menghela napas. Tidak ada pilihan lain. Dengan hati-hati, dia mendekat. Namun, pemuda itu tiba-tiba berteriak dan mengayunkan tangannya, menciptakan gelombang energi yang hampir mengenai Guo Mei.
Guo Mei melompat mundur dengan gesit. "Dia benar-benar di luar kendali," gumamnya.
Guo Mei berpikir cepat. Jika dia tidak bisa mendekati pemuda itu secara langsung, maka dia harus melumpuhkannya terlebih dahulu.
Dengan gerakan cepat, dia mengambil jarum bius dari sistem dan melemparkannya ke titik akupuntur di leher pemuda itu. Tidak butuh waktu lama sebelum tubuh pria itu melemas dan ambruk ke tanah.
Guo Mei segera bergegas ke sisinya. Dia meletakkan kedua tangannya di dada pemuda itu, menyalurkan energi penyembuhan dari seluruh elemennya. Cahaya lembut mulai keluar dari telapak tangannya, menyelimuti tubuh pemuda itu.
Awalnya, tidak ada reaksi. Penyembuhan terasa sulit, seolah ada kekuatan yang menolak bantuannya. Guo Mei menggigit bibirnya, berkonsentrasi lebih dalam. Dia mengerahkan elemen air untuk menenangkan, api untuk membakar racun yang mungkin ada, petir untuk merangsang energi kehidupan, angin untuk menstabilkan aliran energi, dan cahaya untuk mempercepat pemulihan.
Saat itu juga, sesuatu yang aneh terjadi.
Dari telapak tangannya, muncul cahaya hijau yang lembut. Guo Mei terkejut. Elemen tanaman!
Tiba-tiba, tubuh pemuda itu berhenti gemetar. Napasnya yang tadinya berat kini mulai stabil. Luka-lukanya perlahan menghilang, kulitnya kembali mulus tanpa bekas.
Guo Mei menarik tangannya, matanya melebar. "Aku berhasil ...." bisiknya.
Ding!
[Misi selesai! Hadiah: Elemen Tanaman Aktif!]
Guo Mei tersenyum tipis. Meski awalnya ragu, ternyata sistem benar. Dia benar-benar bisa mengaktifkan elemen tanaman.
Tapi sebelum Guo Mei bisa berpikir lebih jauh, pemuda di depannya mengerang pelan. Matanya mulai terbuka, dan Guo Mei kini bisa melihat wajahnya dengan jelas di bawah sinar bulan yang menembus celah pepohonan.
Sejenak, waktu terasa berhenti.
Pemuda itu tampan, dengan alis tajam dan mata yang dalam, seolah menyimpan banyak rahasia. Namun, yang paling menarik perhatian Guo Mei adalah aura kuat yang mengelilinginya.
"Siapa kau?" suara pemuda itu terdengar serak, penuh kewaspadaan.
Guo Mei menyembunyikan ekspresinya di balik cadarnya. "Orang yang menyelamatkanmu," jawabnya singkat.
Pemuda itu menatapnya dalam diam, seolah sedang menilai siapa Guo Mei sebenarnya.
Dan Guo Mei hanya bisa berpikir, siapa sebenarnya pria ini?