Menikah?
Setelah mengajaknya berpacaran secara tiba-tiba, kini Tama mengajak Embun menikah.
"Pak Tama ngomong apa sih? nggak usah aneh-aneh deh Pak," ujar Embun.
"Aku serius, Embun. Ayo kita menikah!"
Sebenarnya tidak seharusnya Embun heran dengan ajakan menikah yang Tama layangkan. Terlepas dari status Dosen dan Mahasiswi yang ada diantara mereka, tapi tetap saja saat ini mereka berpacaran. Jadi, apa yang salah dengan menikah?
Apakah Embun akan menerima ajakan menikah Tama? entahlah, karena sejujurnya saat ini Embun belum siap untuk menikah.
Ditambah ada mantan kekasih Tama yang belum move on.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Godaan Tama
Selesai makan siang, Amara langsung naik ke kamarnya karena mendadak dia ingin buang air besar. Menyebalkan sekali bukan? baru saja diisi sekarang malah ada yang dikeluarkan. Sementara Bunda Ambar, tadi berpamitan keluar untuk bertemu dengan salah satu temannya. Dan jadilah saat ini di ruang tengah hanya ada Embun dan Tama.
"Duduk sini dong samping aku, kenapa jauh banget si Yang?" ujar Tama kepada Embun.
Embun dan Tama memang duduk bersisian, hanya saja ada jarak diantara mereka. Tama diujung sofa sebelah kanan, sementara Embun berada diujung sofa sebelah kiri.
Embun tersenyum canggung.
"Enggak enak kalau ada yang lihat, Bang," jawab Embun.
Sungguh, berdekatan seperti ini dengan Tama membuat Embun merasa sangat canggung. Oleh karenanya sebisa mungkin Embun menjaga jarak. Berbeda kalau mereka hanya berdua saja, Embun sudah lebih santai.
Tama menatap sekitar.
"Enggak ada orang kok. Kan Amara diatas, embak juga dibelakang. Kenapa harus enggak enak?"
Apa yang Tama katakan memang benar, tapi---
Belum juga Embun menanggapi ucapan Tama, secara tiba-tiba Tama sudah berpindah posisi dan duduk tepat disampingnya, mepet tanpa ada celah diantara mereka.
"Abanggg---" lirih Embun.
Tama tersenyum, kemudian tanpa diduga langsung memeluk Embun. Saking terkejutnya atas tindakan Tama, Embun hanya bisa terdiam.
"Aku kangen banget sama kamu," bisik Tama.
Tama tidak tahan berjauhan seperti ini. Pokoknya selama keberadaan Embun terlihat dimatanya, bawaannya ingin selalu menempel kepadanya. Padahal dengan mantan kekasih-kekasihnya terdahulu Tama tidak pernah seperti ini.
"Abang, nanti ada yang lihat," bisik Embun.
"Enggak papa, biarin aja kalau mereka lihat. Yang penting aku bisa peluk kamu," jawab Tama.
Tama semakin mengeratkan pelukannya, wajahnya menyusup diceruk leher Embun yang sangat wangi.
Embun tersenyum tipis, sebisa mungkin dia mencoba untuk santai. Dan setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya dia membalas pelukan Tama. Dan, rasanya benar-benar nyaman.
"Aku sayang banget sama kamu, Mbun," bisik Tama lirih.
Tanpa Tama tau, senyum dibibir Embun terlihat semakin lebar.
"Aku juga sayang banget sama Abang," jawab Embun.
Untuk beberapa saat Embun dan Tama berpelukan. Mereka tidak tau kalau Amara yang tadinya hendak turun untuk menemui mereka akhirnya memutuskan kembali naik setelah melihat pemandangan itu.
-Beneran berasa ngontrak banget ini mah.-
"Hari ini kamu nginep disini kan?" tanya Tama kepada Embun.
Embun menganggukkan kepala.
"Iya, Amara minta aku supaya nginep. Soalnya nanti malam kita mau marathon drakor sampai pagi," jawab Embun seraya tersenyum manis.
Mendengar jawaban Embun, Tama menghela nafas pelan. Dan itu tentu saja mengundang tanya untuk Embun.
"Kenapa Bang? Abang enggak suka aku nginep disini ya? kal---"
"Hussttt, kamu ngomong apa sih sayang? mana mungkin aku enggak suka nginep disini. Justru aku suka banget kalau nginep disini. Jadi aku bisa lihat kamu terus. Cuma, sayang aja kita enggak bisa tidur sekamar meskipun udah satu rumah kaya gini," ujar Tama menjelaskan.
Senyum dibibir Embun kembali terbit, kali ini terlihat salah tingkah seperti tadi.
"Ya gimana, kan kita belum sah. Enggak boleh kalau tidur sekamar," jawab Embun.
"Aku tau," jawab Tama, "gimana kalau kita nikah aja? jadi bisa tidur sekamar deh," ujar Tama seraya menaik-turunkan alisnya.
"Abang, kan aku udah bilang kalau---"
"Iya sayang iya, aku tau. Aku cuma becanda kok. Aku paham kalau kamu belum siap," jawab Tama terdengar begitu lembut.
Ini lah salah satu hal yang membuat Embun pada akhirnya jatuh cinta kepada Tama. Karena Tama bukan laki-laki yang suka memaksakan kehendaknya. Disaat Embun memiliki pendapatnya sendiri, Tama bisa mengertikan. Dan yang pastinya Tama tidak mencoba untuk memaksakan kehendaknya.
"Makasih ya karena Abang mau ngertiin aku. Dan aku minta maaf karena belum bisa penuhin keinginan Abang," ujar Embun.
"It's ok, kamu mau enggak perlu minta maaf sayang. Aku bisa paham sama posisi kamu. Usia kamu memang masih terlalu muda untuk membina rumah tangga. Kamu tenang aja, aku akan menunggu sampai kamu siap kok," ujar Tama.
Lihat, mana mungkin Embun tidak luluh dengan laki-laki seperti Tama. Embun rasa semua perempuan pun akan luluh kalau dipertemukan dengan laki-laki seperti Tama.
"Terima kasih, Mas," jawab Embun.
Tama hanya tersenyum seraya mengusap dengan lembut pipi Embun.
"Nanti malam--- beneran enggak mau tidur sama aku aja?" tanya Tama menggoda Embun.
Ucapan Tama langsung mendapat hadiah berupa cubitan kecil dari Embun. Hal itu membuat Tama terkejut dan berjingkat.
"Aduh, sakit sayang. Kok dicubit sih?" ujar Tama seraya mengusap pinggangnya yang terkena cubitan Embun. Tidak sakit sebenarnya, tapi cukup untuk membuat Tama terkejut.
Embun menatap Tama dengan wajah santai tanpa terlihat ada rasa bersalah setelah mencubit pinggang Tama.
"Salah sendiri ngomong kaya gitu. Ngomong lagi aku cubit nih," ujar Embun.
Mendengar itu, Tama justru tertawa. Bahagia sekali memiliki Embun sebagai kekasihnya. Dan semoga saja kelak Embun akan menjadi pasangan halalnya.
Tunggu ke KUA dulu dong
G maksa tapi kl Embun mau pasti happy y Tama🤗