Karya ini hanya fiksi bukan nyata. Tidak terkait dengan siapa dan apapun.
Elyra Celeste Vesellier, putri bungsu dari Kerajaan Eryndor. Lahir di tengah keretakan hubungan orang tuanya, ia selalu merasa seperti bayangan yang terabaikan.
Suatu hari, pernikahan nya dengan Pangeran dari kerajaan jauh yang miskin ditentukan. Pukulan terbesarnya saat dia mengetahui siapa gadis yang ada dihati suaminya. Namun, Elyra pantang menyerah. Dia akan membuktikan jika dialah yang pantas menjadi Ratu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rose Solace, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3
Sarapan di pagi ini terasa lebih hambar. Seperti biasanya, tidak ada satupun yang berbicara. Hingga, Raja membuka suara.
"Elyra, aku yakin ibumu telah memberitahumu mengenai pernikahanmu", ucapnya.
Lyra hanya diam, tidak mau membuang energi untuk berdebat di pagi hari.
"Setidaknya kamu harus menjawab ayah, Elyra. Beliau sedang berbicara denganmu", Arabella, kakak Lyra, memberi peringatan.
Lyra mengehela nafas, "tidak ada yang bisa saya katakan".
Raja memandang putri bungsunya dingin. Sejak dulu, Raja hanya menganggap Lyra "ada". Raja tidak pernah benar-benar peduli pada Lyra.
"Apa kamu yakin?", tanya Raja kembali.
Lyra memandang Raja dengan tatapan acuh tak acuh.
"Apakah saya memiliki pilihan lain?", tanya Lyra pada akhirnya.
Lyra tidak menolak perjodohan tersebut. Selain karena di masa depan dia akan menjadi Ratu jika menikah dengan Pangeran Cedric, dia juga tahu jika pernikahan ini penting untuk kerajaan nya.
"Tidak. Buat dirimu menjadi lebih berguna kali ini", ucap Raja.
Selesai mengatakan nya, Raja bangun dari tempat duduknya, kemudian melangkah meninggalkan ruang makan. Disusul oleh ketiga kakak Lyra, dan Ratu.
Lyra tak peduli akan hal tersebut. Dia tetap melanjutkan sarapan nya. Meskipun hatinya terasa sangat terluka karena perkataan ayahnya.
...****************...
Sejak kabar pernikahan itu tersebar, Lyra merasa segala sesuatunya berubah. Waktunya setiap hari dia habiskan untuk belajar mengenai bab pernikahan. Dia juga belajar ulang mengenai tata krama dan sopan santun kerajaan.
Satu bulan kemudian, peristiwa yang paling Lyra tunggu-tunggu akhirnya tiba, Pangeran Cedric akan segera berkunjung di Istana Eryndor.
Namun, Lyra tidak pernah membayangkan bahwa pertemuan pertama itu akan terjadi dalam suasana yang sangat berbeda dari yang ia bayangkan.
Tidak ada pesta megah, tidak ada jamuan makan malam mewah, hanya jamuan yang lebih sederhana dan terasa akrab.
Perdana Menteri dari Kerajaan Eldrath, seorang pria paruh baya yang tegas namun bijaksana, datang untuk mengantar Pangeran Cedric.
Di ruang utama istana, di depan keluarga kerajaan, Perdana Menteri dan Pangeran Cedric memberi hormat.
Perdana Menteri, seorang pria tua berpenampilan rapi dengan janggut putih yang panjang. Di sampingnya, Pangeran Cedric, seorang pemuda dengan postur tinggi dan tubuh tegap, mengenakan jubah kerajaan yang elegan.
Wajah Pangeran Cedric yang tampan menyiratkan ketegasan, namun ada sesuatu yang lebih dalam di matanya, sebuah kedalaman yang sulit untuk dijelaskan.
Lyra sesekali mencuri pandang pada sosok Pangeran Cedric yang sedang menyapa Raja dan Ratu dengan penuh hormat.
Pangeran itu terlihat sangat berbeda dari apa yang ia bayangkan. Ia tampak lebih muda dan lebih berani daripada yang ia kira, meskipun wajahnya tetap tertekan.
Lyra merasa tegang, dan hatinya tetap bimbang. Namun, ia tidak bisa mengabaikan rasa penasaran yang mulai tumbuh mengenai Pangeran Cedric.
Raja Alden di depan, wajahnya sama sekali tak berubah, tetap dingin dan tanpa ekspresi. Meskipun ada kerutan di dahinya yang mengungkapkan bahwa ia tidak sepenuhnya puas dengan keadaan.
"Selamat datang di Kerajaan Eryndor, Pangeran Cedric dan Perdana Menteri", kata Raja dengan suara yang tegas, "kami sangat menghargai kedatangan kalian".
Pangeran Cedric membungkuk hormat, suaranya dalam dan penuh ketegasan.
"Terima kasih, Yang Mulia. Kerajaan Eryndor selalu kami hargai. Kami datang dengan niat yang baik untuk mempererat hubungan antara kedua kerajaan".
Lyra memperhatikan dari kejauhan. Meskipun suaranya penuh dengan keyakinan, ia bisa merasakan ketegangan yang tidak terucapkan di antara mereka.
Pangeran Cedric tampaknya tidak begitu senang berada di sana, dan Lyra bisa melihatnya dari wajahnya.
Perdana Menteri berbicara dengan suara lembut namun tegas.
"Kami membawa salam dari Kerajaan Eldrath, dan kami berharap hubungan ini bisa membawa kemajuan bagi kedua kerajaan. Pangeran Cedric dan saya sangat berharap untuk segera bisa membawa Putri Elyra ke kerajaan kami".
Setelah Perdana Menteri mengatakan hal tersebut, mata Pangeran Cedric dan Elyra bertemu selama dua detik. Pangeran Cedric menatap Lyra dengan matanya yang dingin dan tajam, seolah sedang menilai dirinya.
"Kami sama sekali tidak keberatan akan hal tersebut", ucap Raja.
Raja melanjutkan, "pernikahan akan dilakukan minggu depan".
Lyra membelalakkan matanya, dia menatap Raja dengan pandangan terkejut. Lyra pikir Pangeran Cedric akan berada di Kerajaan Eryndor selama beberapa bulan lagi.
Ekspresi terkejut Lyra tidak luput dari pandangan Pangeran Cedric. Entah apa yang sedang dipikirkan Pangeran Cedric sekarang.
...****************...
pabtes az d buang m kluarganya
hadeeehhh ,, gk ada perlawanan