Jelita Parasnya, wanita cantik yang berpura-pura tampil jelek agar suaminya tidak mencintainya.
Sakura Lerose, pria tampan yang tak pernah tahu bahwa istri jeleknya sedang menjebaknya untuk berkencan dengan wanita cantik.
Siapakah yang akan terjebak dalam jebakan cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
008 - Kapan
"Aku sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa wanita sepertimu, yang bahkan sama sekali tidak mungkin bisa masuk dalam kategori wanita berspesifikasi ratu kecantikan sejagad, berlagak merasa lebih indah dari seorang bidadari? Apa kau tidak pernah berkaca?"
Saka mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja dengan rasa kesal terhadap wanita berpenampilan buruk rupa yang benar-benar membuatnya naik darah.
Ia berusaha untuk menenangkan dirinya, jangan sampai tekanan darahnya naik hanya gara-gara berurusan dengan wanita itu.
"Atau di rumahmu tidak ada cermin? Apakah perlu kubawakan cermin sebesar dan setinggi Gunung Everest agar kau bisa melihat dirimu sendiri secara jelas?!"
Saka kembali mencecar Jelita. Namun, Jelita nampak memasang sikap yang begitu santai di depan Saka.
Sudah lebih dari satu jam Jelita terjebak bersama Saka begitu Toby berpamitan terlebih dahulu.
Jelita sungguh tidak suka dengan keberadaan Saka.
Pria itu seakan-akan sedang mengawasi setiap gerak-geriknya selama beberapa hari terakhir.
Entah apa maksud dari pria itu, tiba-tiba muncul seperti hantu dan mengganggu Jelita seperti itu.
Apa pria itu memang tipe orang yang suka mengganggu? batin Jelita bertanya-tanya.
"Aku bahkan sudah begitu bermurah hati menawarkan diri untuk membantumu mencari jodoh! Namun kau justru menolak!" kata Saka.
"Kau harusnya tidak menolak kebaikanku demi kebaikanmu sendiri!" Saka kembali mencecar Jelita.
Jelita mendelik gusar sebelum menyanggah Saka.
"Sakura! Bukankah sudah kubilang, kau tidak perlu repot-repot membantuku!" potong Jelita.
Ia sudah muak mendengar cecaran Saka. Bagaimana bisa seorang pria begitu cerewet dan bawel seperti ibu-ibu pada umumnya?
"Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku akan memberimu kompensasi yang sesuai jika kau sungguh bersedia menutup mulutmu untuk tidak mengungkapkan masalahku pada orang lain.”
"Kau memegang rahasiaku, tapi apa yang bisa kupegang darimu agar kita bisa berada di posisi yang sama dan seimbang?"
"Aku bukanlah orang yang tidak tahu berterima kasih karena kau sudah membantuku untuk menjaga rahasiaku. Namun yang membuatku ragu, apakah kau sungguh akan menjaga rahasiaku ini hingga ke liang kuburmu?"
"Apa yang bisa menjadi jaminanmu?"
Saka terus mencecar Jelita dan membuat Jelita sudah merasa mencapai batas kesabarannya.
"Baiklah! Baiklah!" potong Jelita pada akhirnya.
"Apa kau sungguh akan membantuku?" tanya Jelita.
"Tentu saja. Sudah kubilang, aku bukanlah tipe orang yang tidak tahu berterima kasih," jawab Saka.
"Kalau kau memang hendak mencari jodoh, katakan saja seperti apa spesifikasi pria yang kau inginkan. Atau kalau memang ada pria yang sedang kau incar, katakan saja padaku, akan kubuat pria itu bertekuk lutut di hadapanmu."
"Bahkan jika kau ingin mencabut nyawa pria itu, akan kuperintahkan pembunuh bayaran terbaik untukmu."
Saka tersenyum cerah ke arah Jelita yang justru memasang ekspresi ngeri.
"Tidak! Aku tidak pernah mau terlibat dalam tindak kriminalitas!" tolak Jelita.
"Ya, aku juga sebenarnya tidak bersedia membantumu dalam melakukan tindakan kriminal," sahut Saka.
"Jadi, bantuan apa yang kau inginkan?" tanya Saka.
"Seperti yang kau tahu, saat ini aku memang sedang mencari jodoh, tapi aku tidak mencari jodoh untuk menikah denganku. Aku hanya perlu seseorang yang berpura-pura bersedia menikah denganku," ucap Jelita.
"Apa? Berpura-pura bersedia menikah denganmu?" tanya Saka terperangah.
Jelita mengangguk cepat.
"Ya, hanya berpura-pura bersedia menikah, tidak lebih.”
Saka menatap skeptis ke arah Jelita.
"Bagaimana?" tanya Jelita.
"Baiklah, itu mudah. Toh, bukan harus aku sendiri yang turun tangan kan?" Saka menatap tajam ke arah Jelita.
"Terserah kau mau memerintah siapa pun yang berada di bawah kuasamu," jawab Jelita.
Saka mengangguk pelan.
"Lalu, bagaimana dengan detailnya?"
"Hmm, untuk lebih detailnya, mungkin sebaiknya kita berkomunikasi via chat, jadi, tolong berikan nomor ponselmu," kata Jelita.
"Maaf, aku tidak terbiasa memberikan nomor telepon pribadiku," ucap Saka.
Pria itu mengeluarkan kartu nama miliknya dan menyerahkannya pada Jelita. Dalam kartu nama bernuansa gelap itu hanya tertera nama dan alamat e-mail pria itu.
"Hubungi aku via e-mailku saja," kata Saka.
"Baiklah, aku rasa aku harus pergi sekarang, aku akan menghubungimu via e-mail," ucap Jelita.
...***...
Dor..! Dor..!
Bunyi letusan disertai dengan kertas konfeti berwarna-warni segera menghujani tubuh Saka saat ia memasuki ruang makan.
"Sakaa!"
Semua orang dari keluarga besar ibu Saka, hadir menyambut kedatangan Saka.
Saka benar-benar terkejut melihat banyaknya orang yang berkumpul.
Rupanya tanpa sepengetahuan Saka, Mira membuat acara pesta kejutan dengan mengundang seluruh keluarga besarnya untuk mengumumkan rencana pernikahan Saka.
Pernikahan Saka memang merupakan pernikahan yang paling ditunggu oleh keluarga besar dari pihak ibunya mengingat hanya tinggal Saka yang belum menikah di antara para sepupu. Terlebih Saka merupakan sepupu yang usianya paling tua.
"Selamat atas pernikahanmu, Saka!"
"Jadi, kapan pesta pernikahanmu digelar?"
"Mana calon istrimu? Kenapa belum juga kau perkenalkan?"
Saka hanya menyeringai mendengar rentetan pertanyaan dari para saudara dan sepupu dari pihak ibunya.
"Aduh, kalian ini, bertanyanya satu-satu, Saka jadi bingung mau menjawab yang mana dulu," protes Mira.
"Haha, maaf ya. Saka, kami hanya terlalu antusias," sahut para tante.
"Jadi, siapa wanita paling beruntung yang akhirnya akan kau nikahi? Berasal dari keluarga kalangan pengusaha? Politikus?"
"Apakah wanita itu dari kalangan selebriti?"
"Wanita itu pasti memiliki spesifikasi bidadari makanya kau bersedia menikahinya!"
"Haha, kalian ini seperti wartawan gosip saja," Saka tertawa menanggapi pertanyaan para sepupunya.
"Ada ribut-ribut apa ini?!"
Suasana ruang makan yang tadinya penuh dengan keriuhan seketika berubah menjadi senyap begitu melihat sosok pria paruh baya yang saat ini memasuki ruang makan.
Pria paruh baya bertubuh tinggi dan tegap itu seketika menjadi pusat perhatian semua orang.
Pria itu adalah Simon Lerose, ayah dari Saka.
"Suamiku," Mira segera menghampiri pria paruh baya itu dan menyambut dengan ramah.
"Selamat datang, Suamiku. Maaf, aku pikir kau belum pulang hari ini," kata Mira.
"Bisa kau jelaskan, mengapa semua orang berkumpul seperti ini?" tanya Simon.
"Aku sedang membuat pesta kejutan untuk Saka karena sebentar lagi Saka akan menikah," Mira menjelaskan.
Saka terdiam saat mata ayahnya kini tertuju padanya.
"Benarkah?" tanya Simon.
"Benar," jawab Saka.
"Kapan?" tanya Simon lagi.
"Apa Ayah akan datang ke acara pernikahanku?" tanya Saka.
"Makanya, aku bertanya padamu, kapan acara pernikahanmu agar aku bisa mengatur jadwalku," jawab sang ayah diplomatis.
Oh tidak!
"Jadi kapan tepatnya kau akan menikah, Saka?" tanya Mira.
"Akan kuberitahu jika semua sudah rampung seratus persen," jawab Saka penuh dengan rasa percaya diri.
"Aku menantikan hari itu," ucap Simon.
Mampus aku! batin Saka.
...----------------...