Manusia-manusia yang dinilai kejahatannya sangat berlebihan dari lintas zaman maupun generasi, akan terlempar ke dalam alam kuno terkutuk lewat portal khusus.
Mereka akan hilang dan terkubur jauh dari dunia nyata. Setiap 10 tahun sekali di alam kuno terkutuk itu, diadakan ritual musiman persembahan khusus terhadap Penguasa semesta.
Pada momen ini pula entitas dari alam terkutuk itu, yang dinilai belum mencapai kebaikan pada standar yang memadai dari apa yang ditetapkan oleh Penguasa semesta, akan dimusnahkan dalam ketiadaan serta hilang dari catatan kehidupan selamanya.
Setiap entitas yang cukup beruntung di alam ini, berkesempatan berjuang untuk bisa terlahir kembali ke dunia nyata dalam kehidupan baru,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @TomBayaha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan Diri.
Di Dalam Alam Bayangan keadaan tiba-tiba menjadi begitu sangat gelap, sedikitpun tidak terlihat cahaya sama sekali.
"Gege..!! Kenapa tiba-tiba keadaan menjadi begitu gelap."
"Sepertinya kita sudah dihnatar masuk ke Alam bayangan Yuan Mei, tetap waspada dan jangan berada terlalu jauh."
Untuk beberapa saat lamanya Liu Feng beserta rombongannya, hanya bisa menunggu apa yang akan terjadi, sambil merasakan seluruh pergerakan Qi dan Aura yang ada di sekitar mereka.
Kegelapan perlahan memudar, digantikan oleh hamparan abu-abu yang tak berujung. Liu Feng berdiri di atas tanah yang terasa seperti abu, dingin dan rapuh di bawah telapak kakinya.
Angin sepoi-sepoi perlahan bertiup, membawa suara desisan samar yang membuat bulu kuduknya berdiri. Di depannya, bayangan dirinya—sosok dengan wajah identik tapi mata merah menyala—berdiri tegak, tangannya memegang pedang qi berwarna hitam pekat, dengan sorot mata yang tajam melotot pada Liu feng.
"Siapa kau sebenarnya?"
Liu Feng bertanya pada sosok di depannya.Suaranya tegas meski jantungnya berdegup kencang. Ia menggenggam tangannya, merasakan aliran qi yang masih stabil meski lingkungan ini terasa asing.
Bayangan itu tersenyum dingin, giginya tampak tajam seperti taring. "Aku adalah kau—bagian diri yang kau sembunyikan begitu dalam, sesuatu yang kau takuti.
Aku adalah ketakutanmu, keraguanmu, ambisimu yang tak terkendali. Di Alam Bayangan ini, kau tidak bisa lari dari dirimu sendiri."
Liu Feng mengerutkan kening. "Jadi, ujian ini… melawan diriku sendiri?"
"Bukan hanya melawan," jawab bayangan itu, suaranya bergema seperti gema di gua kosong.
"Ku juga harus memahami dan menguasai. Jika kau gagal, aku akan menggantikanmu di dunia nyata, dan kau akan terperangkap di sini selamanya."
Tanpa peringatan, bayangan itu melesat ke depan, pedang qi-nya menebas dengan kecepatan kilat. Liu Feng bereaksi cepat, melompat ke samping sambil membentuk segel energi, yang telah dia kuasai dalam pelatihannya.
"Teknik Naga Mengamuk!" teriaknya. Bayangan naga yang terproyeksi dari qi-nya menerjang sosok di depannya.
"Apa yang terjadi..?
Sosok mahluk bayangan itu hanya mengayunkan pedangnya begitu saja, dan apa..?
Dia memotong seranganku itu jadi dua bagian, yang kemudian berakhir dengan larut di udara...?"
Liu feng menjadi semakin panik.
"Terlalu lambat," ejek bayangan itu, lalu melancarkan serangan bertubi-tubi. Setiap tebasan pedangnya membawa aura gelap yang membuat qi Liu Feng bergetar tak stabil.
Liu Feng mengertakkan gigi, menghindari serangan demi serangan.
"Brengsek. Dia tahu dan bisa membaca setiap gerakanku," gumamnya.
"Tapi kalau dia adalah aku, aku juga tahu kelemahannya!"
Liu feng menarik napas dalam, menenangkan pikiran, lalu melompat mundur untuk menciptakan jarak.
"Apa kau akan terus lari?" tanya bayangan itu, suaranya penuh nada mengejek.
"Kau tidak akan pernah mencapai Air Suci Kehidupan dengan sikap pengecut seperti ini."
"Kau salah," balas Liu Feng, matanya menyipit. "Aku tidak lari darimu tetapi aku justru sedang bersiap!"
Liu feng mengalirkan qi ke seluruh tubuhnya, merasakan harmoni Yin dan Yang yang pernah ia capai di tepi sungai.
"Pukulan Langit Membelah!" Telapak tangannya menyala terang, menghantam bayangan itu dengan kekuatan penuh.
Bayangan itu mengangkat pedang untuk menangkis, tapi serangan Liu Feng terlalu kuat. Ledakan energi mengguncang hamparan abu-abu, membuat bayangan itu tersurut beberapa langkah. Untuk pertama kalinya, senyum di wajahnya memudar.
"Bagus," kata bayangan itu, suaranya kini lebih serius.
"Tapi ini baru permulaan, kau belum bisa terlalu bahagia atas hal ini."
Sosok itu mengangkat tangan, dan tanah di sekitar Liu Feng mulai retak. Dari celah-celah retakan itu, muncul beberapa bayangan lain, diantara mereka ada sosok-sosok yang familiar bagi Liu feng.
Beast si Raja Hutan, Penjaga Gerbang, bahkan wajah samar Paman Guru dari keluarga Huang, tapi dengan ekspresi dingin dan mata merah dari masing-masing mereka.
.
Liu Feng menatap mereka, napasnya memburu. "Ini… musuh-musuhku dari masa lalu?"
"Bukan hanya musuh," jawab sosok bayangan dirinya, melangkah mundur ke dalam kegelapan. "Mereka adalah cerminan kegagalanmu, ketakutanmu, dan obsesimu. Hadapi mereka, atau mereka akan menghancurkanmu."
Sosok-sosok itu mulai bergerak mendekat, aura mereka menekan seperti gulungan gelombang badai yang mendekat. Liu Feng menggenggam tangannya, bersiap bertarung, tapi di sudut matanya, ia melihat sesuatu—cahaya keperakan kecil berkilau di kejauhan, seperti bintang di tengah malam. Air Suci Kehidupan..? pikirnya.
Tepat saat bayangan Beast Raja Hutan menerjang dengan cakarnya, tanah di bawah Liu Feng bergetar hebat, dan suara jeritan familiar terdengar dari kegelapan. "Gege!" Itu suara Nona Yuan—dekat, tapi tak terlihat.
"Yuan Mei?!" seru Liu Feng, tapi sebelum ia bisa mencari sumber suara, cakar bayangan itu telah menghantam tubuhnya, memaksanya bertahan atau hancur.
......................
Keheningan menyelimuti aula kuil setelah pusaran hitam menutup, meninggalkan Lin Wei, keempat pengawalnya, dan Harimau Darah berada dalam suasana mencekam.
Obor di tangan Lin Bao berkedip-kedip, seolah nyalanya takut pada kegelapan yang baru saja menelan Liu Feng dan Nona Yuan. Lin Wei menatap tempat pusaran itu lenyap, tombak pengawal tabir surya miliknya masih tergenggam erat, wajahnya keras tapi matanya penuh kekhawatiran.
"Tuan Liu! Nona Yuan!"
Lin Wei terus mencoba memanggil, namun setiap panggilnya hanya akan menghasilkan gema suaranya sendiri yang seolah menjawab, memantul di dinding batu yang dingin.
Lin Bao, pengawal muda dengan rambut diikat rapi, melangkah mendekat. "Pemimpin, apa yang baru saja terjadi? Tuan dan Nona… hilang begitu saja..?"
Lin Wei menghela napas, mencoba menenangkan pikiran.
"Itu pasti pintu ke Alam Bayangan. Altar itu adalah kuncinya, tapi sepertinya hanya mereka berdua yang telah ditarik masuk."
Lin Hu, yang tubuhnya paling kekar di antara pengawal, menggerutu sambil memeriksa luka di lengannya. "Lalu kita apa? Tinggal menunggu di sini seperti penutup pintu?"
"Tidak," tegas Lin Wei, matanya menyipit. "Kita cari cara menyusul. Tuan Liu dan Nona Yuan adalah tanggung jawab kita. Keluarga Lin tidak pernah meninggalkan tuannya."
Harimau Darah mendekat, mengendus tanah di tempat pusaran tadi muncul. Ia menggeram pelan, lalu menatap Lin Wei dengan mata tajam, seolah memberi isyarat. Lin Wei berjongkok, memeriksa lantai. Di bawah lapisan debu tipis, ia menemukan ukiran samar—simbol lingkaran dengan garis-garis melengkung seperti pusaran air.
"Ini… jejak qi," ucapnya, jari-jarinya menyentuh ukiran itu.
"Masih ada sisa energi dari altar. Mungkin kita bisa membukanya lagi."
Lin Chen, pengawal yang paling pendiam tapi cerdas, mengangguk. "Pemimpin, kalau altar itu kunci, mungkin kita perlu qi selevel Tuan Liu atau Nona Yuan untuk mengaktifkannya."
Lin Wei mengerutkan kening. "Kultivasiku memang belum setinggi Tuan Liu, tapi aku juga berada di Tingkat Dewa Bumi Puncak. Kalau kita gabungkan qi kita semua, mungkin cukup."
Tanpa menunggu lama, Lin Wei memberi perintah.
"Formasi Penguat Jiwa! Satukan qi kalian ke tombakku!" Keempat pengawal bergerak cepat, berdiri dalam pola bintang lima dengan Lin Wei di tengah. Mereka menyalurkan qi, menciptakan aliran energi biru, yang mengalir ke tombak Lin Wei. Harimau Darah mengaum, menambahkan qi liarnya ke dalam campuran itu.
"Tombak Penusuk Langit, Buka Jalan..!" Lin Wei berteriak keras, sambil menusukkan tombaknya ke ukiran yang ada di lantai.
Ledakan energi kecil terjadi, dan pusaran hitam pekat mulai terbentuk lagi, tapi pusarannya kecil dan tidak stabil.
"Cepat, masuk!" perintah Lin Wei. Lin Bao, Lin Hu, Lin Chen, dan Lin Tao yang mendengar seruan pimpinan mereka, segera melompat masuk, diikuti oleh Beast Harimau Darah. Tapi saat Lin Wei hendak menyusul, sesuatu menghantamnya dari samping—bayangan raksasa dengan mata merah, muncul dari dinding kuil.
"Pemimpin!" teriak Lin Tao dari dalam pusaran, tapi Lin Wei terpental, tombaknya terlepas dari tangan.
Bayangan itu—seekor naga asap dengan tanduk bercabang—mengaum, menghalangi Lin Wei dari pusaran.
"Hanya yang layak yang bisa masuk," suaranya bergema, mirip dengan apa yang didengar Liu Feng sebelumnya.
Lin Wei bangkit, darah menetes dari sudut bibirnya. "Aku akan masuk, apa pun caranya!" katanya, tapi pusaran mulai menutup, meninggalkan dia sendirian dengan naga itu.
Tepat saat naga itu menerjang, sebuah suara lembut terdengar dari dalam kuil, suara itu begitu lemah sehingga hampir tak terdeteksi.
"Lin Wei… bantu aku…"
"Itu.... itu suara Nona Yuan, lemah dan jauh, tapi jelas."
Lin Wei membeku, matanya melebar. "Nona Yuan?!" serunya, tapi naga itu sudah tiba dengan cepat di depannya, cakarnya siap menghancurkan.
Author benar-benar sangat membutuhkan semua hal itu, guna menambah semangat dan juga suplemen untuk bisa lebih banyak berkarya.
SALAM HANGAT UNTUK ANDA SEMUA.
SEMOGA KITA BERADA DALAM KESEHATAN DAN SEHAT SELALU.