Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Tujuh tahun kemudian ....
Seorang bayi yang dulu selalu di bawa-bawa kemanapun ibunya pergi sekarang sudah mengenakan seragam merah putih, lihatlah sedari TK anak itu selalu mendapatkan pendidikan yang terbaik dari ibunya, bahkan di sekolah tingkat SD Afifah pun masuk sekolah terbaik di kota ini.
Amira si wanita pekerja keras yang tidak mengenal lelah itu, sekarang tengah memetik hasil dari jeri payahnya, lihatlah perempuan itu sekarang sudah memiliki rumah sendiri, dan rumah tersebut sengaja di bikin ruko, di bawah dibuat usaha sedangkan yang di atas untuk dia tinggali bersama dengan anaknya dan juga Mbah Iyam yang sekarang mulai sakit-sakitan.
Siapa sangka dari kegigihan Amira membawanya ke pintu kesuksesan seperti ini, ya meskipun kadang suka duka berdagang sudah dia rasakan, apalagi menghadapi para pembeli yang kadang ngutang bahkan dari salah satu mereka ada yang tidak membayar, tapi perempuan itu selalu membesarkan hatinya dan yakin kalau rezeki sudah ada yang ngatur dan tidak bakalan ke tuker.
"Ibu, Afif, berangkat dulu ya," pamit putri kecilnya itu.
"Iya Sayang hati-hati," ucap Amira sambil mengantar anaknya sampai kedepan dengan di antar dari salah satu karyawannya.
Amira pun mulai duduk kembali dibagian meja kasir, jika dulu jualannya di emperan, sekarang perempuan itu memiliki tempat sendiri lihatlah bermacam sayur mayur polo wijo dan bahan-bahan per dapuran ada di toko Amira.
Semua sayur mayur di tata begitu rapi layaknya di super market, bahkan semua sayur di toko Amira sudah menggunakan lemari pendingin ala-ala di super market, tak ayal semua sayur di sini masih terjamin kesegarannya.
Toko Amira buka 24 jam non stop, dengan 8 karyawan yang di bagi menjadi dua tugasnya, antara sip pagi dan malam, tidak mudah bagi Amira untuk menggapai semua ini, di dalamnya terdapat perjuangan dan pengorbanan yang begitu menguras keringat dan air mata.
"Ibu ini ada yang cari," panggil salah satu karyawan.
Amira pun langsung melihat dan memeluk perempuan tua yang dulu menjadi pelanggannya. "Eh ibu Ela gimana kabarnya?" tanya Amira.
"Alhamdulillah sekarang baik Nak," sahut Ela.
"Kenapa tidak pernah belanja?" tanya Amira kembali.
"Ibu habis sakit Nak, kaki ibu terkena lumpuh selama satu tahun ini, dan Alhamdulillah ini sudah sembuh," jawab Ela.
"Sekarang mau jualan lagi nggak?" tanya Amira kembali.
"Iya sih, tapi modal ibu gak cukup," cerita Ela.
"Ibu punya modal berapa?"
"Modal Ibu hanya separuh Nak."
"Baiklah, ibu ambil dulu jualan di tempatku, nanti ketika sudah ada uang di bayar sedikit-sedikit ya," ucap Amira, yang memang selalu memberikan hutangan dulu terhadap para pelanggannya, dan bukan Ibu Ela saja yang sudah dibantu melainkan ada banyak pelanggan yang merasakan bantuan dari Amira.
Semua bahan-bahan Ibu Ela sudah di masukkan di gerobak sepedanya, semua total belanjaan yang belum di bayar sebesar 300rb.
"Ibu, ini total bon Ibu Ela," ucap karyawan tersebut.
"Baiklah, tulis di buku catatan ya," suruh Amira.
Amira mulai pergi keatas karena memang dirinya sebisa mungkin mendatangi Mbah Iyam yang sekarang, sudah berbaring diatas tempat tidur, meskipun dirinya tidak ada hubungan darah dengan Mbah Iyam, tapi kebaikan wanita paru baya itu yang tidak bisa terlupakan.
"Si Mbah, baik-baik ya! Bentar lagi Ana pulang ke sini," ucap Amira.
"Ana, Mbah kangen," sahut Iyam meskipun sudah tidak terlalu jelas.
"Sabar ya! Dia masih di perjalanan," pungkas Amira.
Ana merupakan cucu satu-satunya yang bekerja di Jakarta sana sebagai karyawan Bank terbesar di indonesia, bahkan Amira sendiri bisa seperti sekarang karena bantuan dari Ana juga yang merasa berhutang Budi pada Amira yang sudah tulis merawat Neneknya.
"Nak, si Mbah mau minum tolong ambilkan," pinta Iyam.
"Baiklah," sahut Amira lalu mulai mengambilkan minuman untuk si Mbah.
Setelah memberi minum tiba-tiba saja handphone Amira berdering, dan ternyata dari Ana, segera Amira mengangkat telepon tersebut.
"Halo An, gimana kau sudah nyampe mana kasihan nih Si Mbah nya nanyain kamu," oceh Amira.
"Sabar-sabar aku sudah sampai bandara kok, bentar lagi datang," ucap Ana.
"Mau di jemput gak?" tanya Amira.
"Gak usah, tunggu di rumah saja," titah Ana.
Amira pun segera memberi tahu kabar tersebut pada Mbah Iyam, dan alangkah bahagianya ekspresi wajah wanita paruh baya itu.
"Alhamdulillah akhirnya cucuku pulang juga," ucap Iyam.
"Iya Mbah, maka dari itu Mbah harus semangat ya! Untuk sembuh, terus kita jalan-jalan bersama," sahut Amira.
"Nduk, si Mbah ini pingin sekali ikut ke Jakarta, soalnya Mbah gak pernah di ajak sama Ana," pinta Iyam.
"Nanti aku omongkan sama Ana ya Mbah," sahut Amira.
"Tapi aku gak mau sendiri, aku pinginnya samu kamu juga dan anakmu,' ucap Iyam tiba-tiba yang membuat Amira terkejut.
Deg!!!
"Jakarta," gumam Amira
Bersambung ....
regan tambah keren aja bisa menghalau keluarga arya yg sok kaya itu... paling gak buat aluna dipenjara thor. biar jatuh nama baik n harga diri keluarga arya n nadine
kayaknya pa regan jodohnya Amira 🤲
nama baik kok dipertahanin dengan cara jahat....kakek sableng