Berawal dari pertemuan tidak sengaja dengan seorang gadis yang disangka adalah seorang wanita malam malah membuat Letnan Rico semakin terjebak masalah karena ternyata gadis tersebut adalah anak gadis seorang Panglima hingga membuat Panglima marah karena pengaduan fiktif sang putri.
Panglima memutasi Letnan Rico ke sebuah pelosok negeri sebagai hukumannya setelah menikahkan sang putri dengan Letnan Rico namun tidak ada yang mengira putri Panglima masih menjalin hubungan dengan kekasihnya yang notebene adalah sahabat Letnan Rico.
Mampukah Letnan Rico mendidik sang istri yang masih sangat labil. Bagaimana nasih sahabat Letnan Rico selanjutnya??? Apakah hatinya sanggup merelakan sang kekasih?? Siapakah dia??
Konflik, Skip jika tidak sanggup..!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6. Memupuk rasa cinta.
Jujur amarah Bang Danar memuncak. Mendengar pengakuan Bang Rico membuat hatinya terluka. Meskipun sahabatnya itu tidak mengungkapkan kata dari fakta 'tidur bersama' sudah mengungkapkan kata bahwa ada hal yang jelas menjadi alasan pernikahan mereka.
Bang Danar tersenyum kecut mendengarnya. Dalam hatinya terus beristighfar, setidaknya dirinya ingin hatinya sedikit lebih tenang.
"Ya sudah, mau bagaimana lagi. Keinan juga sudah menjadi istrimu. Apapun alasannya, kalian berdua memang sudah bersama." Jawab Bang Danar berusaha netral meskipun hatinya belum bisa menerima.
"Kau sendiri bagaimana?? Aku tidak pernah dengar kamu dekat dengan perempuan. Sekarang sudah mau nikah saja."
"Sama saja. Aku pun tidak pernah dengar kamu punya pacar. Aku dan Nindy bertemu di jalan, saat tidak terduga. Dia gadis sederhana, bukan dan bukan dari kalangan berpunya." Kata Bang Danar.
"Semoga langgeng hubunganmu dengan Nindy." Do'a Bang Rico untuk sahabatnya.
...
Siang ini Bang Danar belum bisa mengajak Nindy untuk menghadap para pejabat Batalyon yang menangani berkas pengajuan nikahnya. Ia sedang sibuk menyiapkan rumah dinas barunya.
Hatinya sedikit kecewa karena rumah dinasnya bersebelahan dengan rumah dinas Bang Rico namun tidak ada pilihan lain, hanya satu rumah dinas itu saja yang tersisa. Ia pun harus segera menyelesaikan pengerjaan rumah dinas itu secepat mungkin, kalau bisa di hari itu agar Nindy bisa segera tinggal disana sebab meninggalkan Nindy berdampingan dengan banyaknya rekan pria juga terlalu dekat dengan barak bujangan.
Saat masih mengarahkan para tukang bangunan beserta assisten nya. Keinan menghampiri Bang Danar.
"Bang, Kei mau bicara..!!"
Bang Danar hanya meliriknya sekilas lalu kembali mengarahkan para tukang bangunan.
"Baaang..!!!" Keinan menarik lengan Bang Danar ke arah ruang tamu agar mereka bisa leluasa untuk bicara berdua.
"Bicara apalagi???? Kamu istri sahabat saya. Kita tidak punya hubungan apapun sekarang. Kamu juga sudah tidur dengan dia." Jawab Bang Danar.
"Bukan seperti itu kejadiannya, Bang." Keinan sungguh bingung bagaimana harus menjelaskan pada pria dengan watak sedingin Bang Danar.
"Apapun alasanmu, semua sudah terjadi. Kamu bersentuhan dengan laki-laki lain. Kau tau.. Saya tobat, saya ingin berubah dari kelakuan b*****t saya yang dulu, saya menahan diri dari mata dan sikap yang tidak pantas untukmu, saya menahan hasrat saya mati-matian dari kelakuan bejat padamu hanya demi bisa menghalalkan kamu. Jari kelingkingmu sebagai saksi batas tindakan saya, keningmu bahkan tidak pernah tersentuh bibir saya. Kenapa kamu mengkhianati saya??" Ucap geram Bang Danar.
"Abang juga punya pacar disini, Abang pengajuan nikah dengan perempuan lain." Pekik Keinan.
"Itu karena kamu..!!!" Bang Danar pun meninggikan suara agar Keinan mengerti. "Kamu tidak paham bagaimana remuknya hati saya. Rico sahabat saya dan kamu sudah menjadi istrinya. Kalau saya tidak segera menikah, lama kelamaan saya akan menyakiti hatinya, saya juga harus menikah untuk menjaga hati dan pandangan yang tidak pantas di saat bertemu istri orang."
Keinan menunduk dan menangis sesenggukan. Hatinya pun tidak kalah hancur. Kejadian malam itu sudah memusnahkan impiannya dan Bang Danar untuk bersama.
"Pulang, Kei..!! Kamu istri orang, saya juga sudah punya istri." Ucap Bang Danar kemudian memalingkan pandangannya.
Keinan segera berlari pulang. Usai Keinan pergi. Barulah tetes air mata Bang Danar mengalir.
"Astagfirullah hal adzim Ya Allah..!!!! Kuatkan hatiku, Tuhan..!!! Dia bukan untukku..!!"
...
Sore hari Bang Rico sudah sampai di rumah. Ia pun segera mencari Keinan.
"Kita cerai saja, Bang..!!" Pinta Keinan tiba-tiba saat suaminya baru saja pulang.
"Kenapa minta cerai?? Masih ingat 'dia'??" Dengan santai Bang Rico menggantung dahrimnya di belakang pintu kamar.
"Kei memang tidak pernah cinta sama Abang. Kei hanya cinta sama dia." Pekik Keinan, wajahnya sembab mungkin terlalu banyak menangis sejak tadi.
Bang Rico berjalan menghampiri Keinan, ia sedikit membungkuk bersangga pada kedua lengannya.
"Apakah begini sikap seorang wanita bersuami?? Dia memang kekasihmu, tapi itu dulu.. sebelum kita sama-sama khilaf. Oke.. kamu tidak salah, Abang yang salah. Tapi setidaknya, sebagai manusia kita harus bisa bertanggung jawab atas kesalahan dan tindakan tidak terpuji yang sudah kita perbuat." Bang Rico mengecup kening Keinan kemudian turun hingga sampai di bibirnya.
Keinan menolak dan memalingkan wajahnya. Air matanya kembali menetes. Bang Rico kembali mengarahkan wajah Keinan agar kembali menatapnya.
Bang Rico melepas pengait celananya lalu merebahkan tubuh sang istri di atas tempat tidur.
"Abang akan berusaha dengan sabar menunggumu membuka hati, tapi Abang wajib memberikanmu hak yang pantas."
Keinan menutup matanya saat Bang Rico mulai beralih posisi dan mendekapnya dengan setiap sentuhan yang baru kali ini di rasakannya.
//
Nindy meraih tangan Bang Danar dan mengecup punggung tangan itu dengan gemetar. Air mata gadis itu menetes.
Bang Danar pun menyentuh puncak kepala Nindy dengan hati-hati. Di bacakannya do'a lalu di tiupnya ubun-ubun gadis itu lalu Bang Danar mengecup kening sang istri dengan ujung bibir.
Jujur dirinya tetap belum berani berbuat lebih. Dalam dasar hatinya masih bertumpuk sosok Keinan. Namun isak tangis Nindy membuat hatinya terbolak balik tak karuan. Dirinya sudah berani mengambil langkah ini, teringat dalam benaknya ucap Nindy bahwa pernikahan bukanlah suatu permainan. Air matanya ikut menetes.
"Semoga berkah pernikahan kita dan semoga Abang mampu membawa rumah tangga kita ke arah yang benar. Jadilah tempat ternyaman untuk Abang pulang." Bisik Bang Danar.
"Iya, Bang."
Bang Danar tersenyum tipis. Terpaksa dirinya mendahulukan pernikahannya, melewati aturan yang berlaku. Mengingat kejadian tadi sungguh membuatnya resah sebab dirinya dan Bang Rico sudah bagai saudara.
"Besok mulai pengajuan nikah, ndhuk. Sudah belajar kisi-kisi seputar pertanyaan yang Abang berikan tadi?" Tanya Bang Danar melupakan masih banyak orang disana namun hanya beberapa orang perwakilan kantor saja sebagai saksi.
"Sudah, Bang." Jawab Nindy.
"Tumben ada yang mikir itu dulu. Biasanya mikir 'kamar', Mbon." Tegur senior Bang Danar.
"Cckk.. Apalah Abang ini. Ya masa mau di bahas disini." Kata Bang Danar dengan wajah memerah namun sama sekali tidak bisa menutup rasa gelisahnya. Ekor matanya melirik Nindy yang sedari tadi menunduk.
.
.
.
.
hayo kak remake tokoh²nya