Pertemuan di suatu peristiwa yang cukup menegangkan. membuat sang pria yang ditolong jatuh hati pada penolongnya.
Aland Rey Dewantara menklaim bahwa Sera Swan adalab miliknya.
Hai.. readers..
Karya pertama ku dan pengalaman pertamaku..
Semoga suka ya. mau tes duku nih ombaknya.. hehe
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunavery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2 : Masih Menarik
Selesai mengobrol dengan Raga, Sera berpamitan menuju toilet. Diliriknya Nadin sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya, Sera pun langsung masuk ke dalam toilet yang letaknya cukup ke sudut di ujung lorong.
Setelah di rasa cukup rapi, Sera segera keluar dan bertujuan menemui ibunya untuk segera pulang. Terlalu lama disini membuatnya pusing.
Dilihatnya Nadin masih disana, langkahnya pun tertuju kepada sepasang suami istri yang sedang mengobrol bersama Nadin.
“Ini anakku satu satunya Pak Ridwan dan Bu Diana. Sera Swan.” Ucapnya mengenalkan Sera rekannya.
“Wah cantik banget kamu nak. Andai Fahri belum punya calon, pasti aku kenalin kalian.. hahaha” ucap Bu Diana terlihat sangat menyukai Sera.
Sera yang mendengarnya hanya tersenyum samar.
Nadia yang tau karakter anaknya menimpali, “Jangan deh bu. Nih anak jarang pulang.. libur kerja saja gak bilang sama saya. Nanti Fahri gak ada yang urus..” ucapnya sambil tertawa mencairkan suasana yang agak sedikit garing bagi Sera.
“Owalah, memangnya Nak Sera kerja apa ya bu Nadin?” tanya Pak Ridwan.
“Jadi TKI bu..” Jawab Sera asal.
Kedua suami istri tersebut agak terkejut mendengarnya. “Ma, Sera balik ke apart ya..” jawabnya lalu meluncur pergi sebelum mendapat jawaban dari Nadin.
“Ikut kerja sama ayahnya, jadi jarang ketemu sama saya.. maklum ya bu..” timpal Nadin setelah Sera pergi.
Sera tetap ingin merahasiakan pekerjaannya dan Sera sudah mewanti wanti Nadin untuk tidak membuka rahasianya tersebut. Sera tidak ingin orang beranggapan bahwa dia diterima sebagai anggota karena jalur orang dalam.
*****
Sera menuju lobi hotel setelah pulang menaiki taksi. Sebenarnya supir mamanya ingin mengantar namun Sera tak ingin menunggu terlalu lama dan akhirnya memilih taksi.
Sera menunggu lift untuk menuju lantai apartementnya namun saat akan menutup tangan seseorang membuat pintu tersebut terbuka kembali dan untuk pertama kalinya setelah puluhan tahun Sera menatap mata hitam yang begitu kelam dan indah bersamaan baginya.
Begitu sebaliknya, orang tersebut tak melepas pandangannya pada Sera hingga dirinya masuk dan bersandar di sudut lift.
“Lantai berapa pak?” tanya Sera sopan.
Orang yang dipanggil “Pak” oleh Sera itu tersenyum dan berdiri tegak di samping Sera. Dengan jarak tersebut Sera bisa mencium parfum maskulin milik pria itu yang baginya sangat menenangkan.
“Saya belum setua itu untuk di panggil Pak. Kita tetangga. Saya baru pindah seminggu yang lalu. Kamu bisa panggil saya.....”
Tiinnggg
Sera melenggang keluar begitu saja tanpa mendengarkan penjelasan panjang yang sudah dimengerti dirinya. Baginya sudah cukup wangi parfum pria itu membuat seketika jantungnya berdetak cepat. Dan rasanya begitu lega saat keluar dari lift setelah terasa sesak berdua bersama pria itu.
Pria itu tersenyum bahagia, “Ternyata kamu masih menarik seperti dulu. Sera Swan.” Ucapnya keluar dari lift dan sudah melihat Sera memasuki ruanganya.
*****
Sera terbangun dan mematikan alarmnya. Pukul 5.30 pagi Sera terbangun dan segera memulai aktifitasnya.
Pagi ini Sera berniat lari pagi. Baginya kebiasaannya saat masih sebagai pasukan khusus harus tetap dijaga . Hitung hitung untuk menghabiskan waktu luang sambil merencanakan hal hal apa saja yang akan dilakukannya selama setahun. Dan juga untuk menjaga tubuhnya tetap bugar hingga kembali nanti.
Matahari mulai menampakkan sinarnya. Dan sudah 1 jam Sera berkeliling komplek apartemen miliknya. Sera memilih untuk duduk di bangku taman dan diikuti oleh seseorang yang juga duduk di bangku tersebut.
“Kuat juga lari sampe 1 jam.” Ucapnya yang juga terlihat menarik nafas.
“Maaf pak.. “
“Aland... bukan pak. Karena saya belum jadi bapak bapak.”
“Baiklah bapak Aland atau siapapun lo. Apa tidak ada kerjaan lain selain ngikutin gue?” tanya Sera sarkas.
Namun jantungnya terus berdetak kencang setelah mengenali wangi parfum yang kemarin di ciumnya di lift .
“Hari ini weekend. Dan bukan Cuma saya yang sedang berlari disini. Banyak orang juga nona cantik.”
Blushh
Wajah Sera memerah mendengar dirinya di puji. Namun sera langsung menggeleng menyadarkan dirinya. Dilihatnya ucapan pria bernama Aland tersebut benar. Semakin membuatnya malu karena mengira dirinya diikuti.
Insting sebagai pasukan khusus selalu digunakannya. Melalui sudut matanya pun Sera bisa melihat betapa rupawan seorang Aland. Keringat di dahinya mengalir hingga ke pipinya. Serta hidung mancung miliknya semakin menambah nilai plus.
Sera segera sadar dari lamunannya dan kembali memasang headphone dan berjalan pulang. Aland segera mengikutinya dan berhenti di hadapan Sera.
Sera mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya ‘Mau Apalagi?’
“Apa kamu punya waktu sebentar? Bagaimana sarapan bubur dulu disana?” ajak Aland.
Sera mengabaikan Aland dan berlari kecil namun masih dengan gigihnya Aland mengejar
“Saya traktir apapun yang kamu mau.” Ucapnya terengah mengikuti langkah kaki Sera.
Sera yang mendengarnya sedikit tergiur akan tawaran Aland. Alisnya naik satu dan melepaskan headphone yang belum ia putar sama sekali lagunya.
“Well. Bubur ayam bang Ridho di sana aja. Bubur dan sate ampelanya dan jus jeruk. Dan lo yang bayar.”
Sera mendahului Aland yang terlihat kegirangan saat tawarannya diterima.
****
“Wah segarnya...” Jus jeruk yang dipesannya sudah setengah habis. Dan mereka sedang menunggu pesanan buburnya.
Tingkah kecil itu tak luput dari pandangan Aland. Sera terlihat menggemaskan bagi Aland, apalagi ditambah dengan postur tubuhnya yang hanya sebatas pundak Aland.
“Mau pesen lagi?” tawarnya.
“Lo gak takut gue buat bangkrut?” tanya Sera.
“Gak masalah kamu habiskan uang saya. Tapi kita ke KUA dulu ya biar SAH.”
UHukk uhukk...
“Pelan pelan Ser, jangan kaget gitu dilamar sama Pria mapan ini.” Ucapnya sambil mengambil Tisu dan diberikannya kepada Sera.
“Lo psycho apa gimana sih. Gue aja kenal lo baru sekarang udah mau di ajak nikah. Emang gue cewek apaan. Jangan karena traktir gjnian lo pikir gue tertarik.. salah besar bapak Aland Yang Terhormat!” jawabnya dengan tegas.
Tak ada lagi bahasa halus dan sopan yang ditujukannya namun sepertinya orang yang selalu membuatnya berdebar ini sudah semakin akut membuat jantungnya berdebar. Namun jantungnya begitu kencang berdebar.
Aland tertawa cukup keras sehingga beberpa orang melihat ke arah mereka, “Serius banget kamu. Saya bercanda tapi ya serius juga..” jawabnya sambil tertawa.
“Ntar gue sebutin mahar gue , lo gak sanggup lagi.!”
“Aku-kamu aja Sera. Yang sopan dong sama saya.” Aland mencoba mendekati Sera.
“Gak mau! Lo aja gak sopan main lamar aja kayak gini...”
“Jadi mau yang gimana ngelamarnya?” Aland tersenyum menang.
Sera hampir saja tersedak buburnya saat akan menyendok suapan pertama. Seketika Sera tersadar dengan sesuatu.
“Ntar ntar. Lo tau nama gue darimana?” Mata Sera menyelidik Aland dengan seksama.
Aland bangkit dan mendekat ke telinga Sera.
“Sera Swan Alexander. Putri Tunggal dari Pengusaha asal Inggris Harry Alexander dan Nadin Atmajaya.” Bisiknya. Senyum penuh kemenangan amat terlihat dari wajah blasteran korea tersebut.
Sedangkan Sera yang selama ini merahasiakan identitasnya amat sangat terkejut.
Aland melahap buburnya masih dengan wajah tersenyum penuh arti. Baginya penantian 18 tahun sudah mulai terbayarkan.
“Apa mau lo sebenarnya?” tanya Sera berhenti mengunyah makanannya dan menatap sengit ke arah Aland.
“Nah ini yang aku tunggu..”
Aland memajukan kepalanya dan berbisik lagi tepat ditelinga Sera yang sudah geram dengan tingkah pria dihadapannya ini.
“Kamu jadi milikku.”
****
Tinggalkan koment ya.. Kritik dan sarannya juga boleh..
seharusnya,
"Berhenti disana atau kami tembak?"
kamu harus tau arti sinopsis dan prolog. dan itu pengenalan tokoh lebih baik dibedakan bab lainnya, biar enggak campur begini.