Raisa memiliki prinsip untuk tidak memiliki anak setelah menikah. Awalnya Edgar, suaminya menerima prinsip Raisa itu. Tapi setelah 6 tahun pernikahan, Edgar mendapatkan tekanan dari keluarganya mengenai keturunan. Edgar pun goyah dan hubungan mereka berakhir dengan perceraian.
Tanpa disadari Raisa, ternyata dia mengandung setelah diceraikan. Segalanya tak lagi sama dengan prinsipnya. Dia menjadi single mother dari dua gadis kembarnya. Dia selalu bersembunyi dari keluarga Gautama karena merasa keluarga itu telah membenci dirinya.
Sampai suatu ketika, mereka dipertemukan lagi tanpa sengaja. Di saat itu, Edgar sadar kalau dirinya telah menjadi seorang ayah ketika ia sedang merencanakan pernikahan dengan kekasihnya yang baru.
Akankah kehadiran dua gadis kecil itu mampu mempersatukan mereka kembali?
Follow Ig : @yoyotaa_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
"Edgar? Kenapa kesini lagi?"
Bukannya menjawab Raisa malah balik bertanya lagi. Toh, mu dia jawab ataupun tidak, pastinya tak ada gunanya bagi Edgar.
"Aku datang untuk memastikan sesuatu," ucap Edgar dengan terus melihat intens ke Raisa. Raisa yang dilihat seperti itu jadi gugup juga bingung.
"Kamu belum menikah, kan? Anak kembar kamu itu anak kita, kan?"
Seketika jantung Raisa rasanya sangat sakit seperti ada ribuan panah yang menusuk-nusuknya dari berbagai sisi. Haruskah iya jawab iya?
"Jawab Raisa!" ucap Edgar dengan berjalan semakin dekat ke ranjang.
Namun, Raisa hanya bungkam, ia mungkin terkejut karena Edgar bisa mengetahui secepat ini. Padahal sebelumnya dia sudah siap kalau Edgar bakalan tahu dengan sendirinya. Tapi tidak sekarang juga. Rasanya ia ingin kembali ke saat-saat sebelum bertemu Edgar dan membawa si kembar pergi sejauh mungkin.
"Mereka anak-anak aku," jawab Raisa.
Edgar tersenyum tipis. Sudah ia duga, tak akan mudah membuat Raisa bisa jujur padanya.
"Jangan bohong Raisa, aku sudah tahu semuanya. Bahkan dimana mereka sekolah pun aku tahu. Usianya pun aku tahu. Karena dilihat dari usia mereka, bisa dipastikan mereka memang anakku yang kamu kandung setelah kita berpisah."
Ingatan Edgar kembali ke semalam, ia yang bingung dan tak tahu harus memulai darimana mana menelpon adiknya. Karena Elsa juga pernah bertemu dengan Raisa. Edgar berharap Elsa pernah melihat anak kembar Raisa.
"Tumben telpon malam-malam, ada apa, Mas?"
"Aku sudah melihat anak kembar Raisa."
"Apa?! Jadi Mas Edgar sudah bertemu mereka? Apa Mba Raisa juga bilang kalau mereka anak-anak Mas Edgar?"
Untuk beberapa saat Edgar merasa ternganga. Harusnya ia tak terkejut, tapi mengetahui adiknya sudah tahu lebih dulu, membuat dirinya dibuat tak percaya.
"Jadi kamu sudah tahu lebih dulu? Jahat sekali kamu tidak menceritakannya padaku Elsa."
Seketika suara dari sebrang sana tak terdengar sama sekali, mungkin Elsa terkejut karena Edgar ternyata baru tahu dari dirinya.
"Em, Mas bukan begitu, aku ... aku ... "
Elsa jadi gugup sendiri. Ia merasa bersalah karena sudah menyembunyikannya dari Edgar.
"Ceritakan apa yang kamu tahu tentang mereka. Jangan ada yang ditutup-tutupi!"
Alhasil, Elsa pun menceritakan bagaimana awalnya ia bisa bertemu Roni dan si kembar, kemudian bertemu Raisa di restoran dan bertemu Raisa lagi di sekolah. Elsa juga menceritakan betapa pintar dan lucunya tingkah anak Edgar. Menceritakan dimana mereka sekolah.
"Haahhh!"
Edgar tampak menghela napasnya setelah mengetahui fakta yang ada. Rupanya selama ini, Raisa tak berada jauh di dekatnya. Hanya saja semesta memang belum mengizinkan mereka bertemu. Makanya setelah 8 tahun berlalu barulah mereka dipertemukan kembali.
"Mas, setelah Mas mengetahui ini semua, apa yang akan Mas lakukan? Mas nggak mungkin membatalkan pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi, kan?"
"Entahlah," jawab Edgar yang kini malah dilanda kebingungan. Ia bahkan sengaja mematikan sambungan telponnya dengan Elsa secara sepihak.
Edgar tak pernah tahu kalau selama ini dirinya memiliki anak dengan Raisa. Kalau ia tahu ketika itu Raisa tengah mengandung anaknya, ia tidak mungkin mengambil keputusan bodoh hanya karena ingin melihat Raisa bahagia tanpa tekanan dari keluarganya.
"Kenapa? Kenapa kamu melakukan ini, Ca? Kamu seolah-olah ingin menjadikan aku pria jahat yang tak bertanggungjawab atas buah cinta kita dulu."
Tanggapan Raisa akan ucapan Edgar menyadarkan Edgar dari ingatannya semalam.
"Iya, mereka anak-anak kamu," jawab Raisa yang akhirnya jujur tentang si kembar. Mau menyangkal lagi pun rasanya percuma.
"Aku punya anak," ucap Edgar yang tak sadar air matanya malah jatuh. Ia benar-benar tak menyangka ini semua.
"Aku nggak tahu, apa alasan kamu menyembunyikan mereka selama ini, Ca. Tapi aku berhak tahu karena aku ayahnya. Mereka juga berhak tahu kalau aku ayah mereka. Jadi, bisa pertemukan aku dengan anak-anak?"
Raisa terdiam cukup lama. Pikirannya terus berputar-putar disitu-situ aja. Rasa takut akan kehilangan, membuat dirinya jadi terlihat panik di mata Edgar. Wajar saja, Raisa pasti sangat takut, kalau keluarga Edgar akan mengambil si kembar. Apalagi Edgar yang sebentar lagi akan menikah. Ditambah, dibandingkan dirinya yang hanya seorang koki, Edgar memiliki uang yang banyak dan pastinya lebih bisa mencukupi kebutuhan si kembar. Ia takut, takut sekali si kembar diambil dari hidupnya. Karena kini hidup Raisa adalah si kembar.
Edgar yang melihat ketakutan dalam diri Raisa langsung meraih tangan Raisa dan menggenggamnya.
"Tak ada yang perlu kamu takutkan. Aku tidak akan mengambil mereka dari kamu. Aku hanya ingin mengenal mereka dan lebih dekat dengan mereka. Mana tega aku memisahkan kami dan mereka. Semua pikiran buruk yang ada di kepala kamu, tak akan pernah terjadi. Jadi, tenanglah, Ca."
Baik sekarang atau dulu, Edgar selalu memahami dirinya, memahami keadaannya yang memiliki ketakutan berlebih. Hanya saja, Raisa tak mengerti kenapa Edgar melepaskannya dulu.
"Please, pertemukan aku dengan mereka," ucap Edgar sekali lagi dengan nada yang sedikit memohon.
"Lihat nanti saja," jawab Raisa.
"Kalau begitu, kamu harus memberikan nomor kontakmu, supaya kalau kamu sudah cerita ke mereka dan mereka mau, kita bisa janjian bertemu."
Raisa pun memberikan nomor kontaknya. Edgar langsung tersenyum.
"Jangan chat atau telepon aku kalau tidak penting," ucap Raisa untuk mengingatkan Edgar agar tak menghubunginya sembarangan.
"Iya, aku tahu," jawab Edgar.
"Lebih baik kamu pergi sekarang, kamu sudah tahu jawaban dari apa yang ingin kamu pastikan dariku," usir Raisa ke Edgar.
"Apa tidak bisa kita jadi teman seperti dulu?"
Raisa tersenyum kecut.
"Mana ada teman yang adalah mantan."
"Ada, ada yang seperti itu kok. Lagipula hal itu baik untuk kita, supaya bisa terlihat akur di hadapan si kembar."
"Kita tidak akan terlihat akur, karena urusan kamu hanya dengan mereka bukan denganku. Jadi kalau sudah aku pertemukan kamu dengan mereka. Temui saja mereka, kamu tidak usah bertemu denganku."
Mendengar ucapan itu dari Raisa, seperti ada yang sakit di dalam hati Edgar. Ia merasa Raisa juga termasuk dalam kata mereka.
"Kamu sudah terlalu lama disini. Kamu juga bukan pengangguran. Jangan membuat orang nantinya berspekulasi banyak hal dari apa yang kamu lakukan. Aku harap kamu tak pernah dengan sengaja lagi mendatangiku seperti ini. Untuk selanjutnya, urusan kita hanya untuk si kembar."
Deg!
Bertambah lagi lah sakitnya Edgar. Harusnya sih tidak sakit, kan dia sudah punya Tamara. Tapi, kenapa seolah-olah hatinya masih sepenuhnya untuk Raisa? Edgar benar-benar tidak mengerti perasaannya sendiri. Dirinya sudah dibuang jauh-jauh dari hidup Raisa. Dengan berat hati, Edgar pun akhirnya pergi dari sana dengan membawa kebimbangan rasa dalam dirinya.
*
*
TBC
Yuk tembus 75 like dan 20 komentar, nanti aku update lagi, hihi.