Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman
"Hallo selamat malam semuanya."
"Kami dari Saturnus Band siap menghibur kalian di sini."
"Selamat menikmati hidangan kalian dan penampilan kita."
Sambutan singkat dari Aron mendapatkan riuh tepuk tangan dari pengunjung, mereka tidak sabar melihat penampilan dari Saturnus Band.
Musik mulai dimainkan, Aron berdiri di depan mic dengan gitar listrik yang mengalung ditubuhnya. Mereka memainkan lagu dari Pamungkas - One Only.
Oh, there you are
Sittin' still, all stripes and lonely...
Catherine terpaku ketika mendengar lagu ini dinyanyikan, kenangan masa lalunya mulai berkeliaran di otaknya. Lagu ini penuh cerita tentangnya bersama Artur. Kisah romantis yang berakhir tragis.
All I want is just to stay
You can't shake me....
Bayangan Catherine dan Artur yang bermain hujan bersama, piknik berdua di danau. Hati Catherine bergetar mengingat pada akhirnya Artur yang berselingkuh dengan Liona.
Start countin' all the days
Forever I will stay with you
With you, one only you...
Catherine menggelengkan kepalanya, ia tak mau mengingatnya lagi. Catherine menghembuskan nafasnya, mencoba sekuat tenaga tidak terpengaruh.
Catherine menatap ke depan, ia melihat penampilan Saturnus Band. Ia tersenyum ketika pandangan matanya bertemu dengan mereka. Catherine melambaikan tangannya singkat.
Aron mengulum senyumnya ketika melihat Catherine yang melambaikan tangan. Ia mengira Catherine tidak mengenali mereka, ternyata ia salah.
Dimas menggeser tubuhnya berdiri di samping Bagas. Ia menoleh pada Bagas, "Dedek Catherine di sini Gas." Ucapnya pelan.
Bagas tersentak ketika tiba-tiba mendengar suara Dimas di dekatnya. Untung tangannya tidak lepas dari Kajon miliknya. "Kapan dia pindahnya?" Batin Bagas.
Dimas menginjak kaki Bagas. "Liat ke depan, ada Catherine." Ucapnya lagi.
Bagas melirik sinis Dimas. "Gak usah nginjek kaki gue juga Sat!" Bisiknya.
Dimas mendengus. "Lo diam aja dari tadi."
Bagas memutar bola matanya malas, ia menatap ke depan. Matanya sedikit menyipit, ternyata benar ada Catherine di sana bersama seseorang?
Reyhan menoleh ke arah Catherine yang terlihat manis dengan menggerakkan kepalanya mengikuti musik. "Imut." Lirihnya.
Mata Catherine tak sengaja beradu pandang dengan mata Reyhan. Ia mengerjapkan matanya, "Kak Reyhan liat ke arahku?" Batinnya. Catherine melihat ke belakang, barangkali Reyhan tidak menatapnya.
Tapi saat Catherine menoleh, di sana tidak ada orang. Samping kanannya hanya ada sepasang suami istri yang sedang makan.
Reyhan mengernyitkan dahinya heran dengan tingkah Catherine. "Dia ngapain?" Batinnya.
Catherine mengedikkan bahunya, dia menatap ke depan. Dan sekarang matanya beradu dengan Aron. Catherine bisa melihat Aron yang tersenyum padanya, Catherine membalas senyuman Aron.
Aron pun jadi salah tingkah, "Sial! Dia cantik sekali." Batin Aron
Come back and callin' out to me
To me, one only me...
Reyhan tidak bisa mengalihkan tatapannya dari Catherine, bahkan Reyhan berharap bisa beradu pandang dengan Catherine lagi.
Ketika lagu berakhir, Reyhan tersenyum pada Catherine. "Kak Reyhan senyum?" Catherine mengerjapkan matanya. "Padaku?" Batinnya.
Zidan menatap Catherine bingung, "Kamu kenapa Princess?" Sejak tadi ekspresi Catherine berubah-ubah. Ada apa dengan adik kecilnya ini?
Catherine menggelengkan kepalanya, "Catherine gapapa Abang."
"Beneran?" Tanya Zidan memastikan.
Catherine mengangguk mantap, ia memang tidak apa-apa tapi jantungnya tiba-tiba berdebar saat bertatapan dengan Reyhan tadi. Sepertinya ia harus mengecek jantungnya ke dokter.
"Aku gak mungkin punya penyakit jantung kan? Perasaanku tidak enak saat menatap matanya." Batin Catherine bingung.
Drt Drt Drt
Ponsel Catherine bergetar, terpampang nama Rania di sana. Catherine langsung mengangkat teleponnya.
"Hallo Ran?"
"Hallo Catherine?" Sapanya di seberang sana.
"Iya kenapa Ran?" Ucap Catherine.
"Hallo Rine? Lo di mana. Suara Lo gak kedengaran, berisik banget."
Catherine menatap ke sekitar, musiknya memang lumayan kencang jadi mungkin Rania tidak bisa mendengar suaranya dengan jelas.
"Sebentar.."
"Hallo Rine?"
Catherine menatap Zidan yang masih sibuk memakan Pizza miliknya. "Abang, Catherine keluar dulu. Rania telfon." Ucapnya sambil menunjukkan ponselnya.
Zidan mengangguk, "Iya Princess. Nanti balik ke sini lagi."
Catherine pergi keluar menuju taman samping cafe. Di sini tidak terlalu ramai. Catherine menatap ponselnya yang masih terhubung dengan panggilan Rania.
"Hallo Rania."
"Catherine Lo ke mana aja? Kok gak ada suara Lo tadi. Malah kedengeran berisik, sebenernya Lo ada di mana sekarang?" Oceh Rania.
"Aku ada di cafe." Jawab Catherine.
"Di cafe mana? Lo pergi sama siapa? Kok gak bilang sama gue. Kan gue pengen ketemu sama Lo."
"Italian Cafe, ini baru grand opening. Aku pergi sama Bang Zidan. Besok juga kita ketemu Ran."
"Oh cafe itu, tau gitu gue dateng kesana tadi. Nyesel nolak ajakan Diky."
"Bang Zidan kapan datengnya Rine?" Sambung Rania.
"Bang Zidan datengnya kemarin. Diky ke sini? Kok aku gak lihat dia." Catherine menatap ke sekitar mencari keberadaan Diky.
"Oh gitu. Iya tadi Diky ke sana, sama temen-temennya. Tapi ini udah pulang dia, katanya rame banget jadinya males."
"Ahh pantes aja aku gak lihat, udah pulang ternyata. Emang rame banget. Kayaknya ini bakal jadi cafe favorit deh."
"Kapan-kapan Lo ajak gue ke sana."
"Iya Ran."
"Yaudah kalo gitu gue tutup ya telfonnya. Gue kira Lo di rumah, tadinya mau main."
"Maaf yaa."
"Udah sih gak usah minta maaf, gue aja yang gak ngabarin Lo duluan."
"Udah dulu ya Rine, bye bye."
"Bye Rania."
Catherine menutup telfonnya, ia memasukkan ponsel ke dalam saku. Catherine menatap ke sekitar. Pemandangan taman di sini lumayan indah, walaupun di malam hari masih terlihat keindahan. Banyak lampu-lampu hias di sepanjang jalan taman.
"Catherine?" Panggil seseorang.
Catherine menoleh, di sana ada Reyhan yang berdiri tak jauh darinya.
"Kak Reyhan?"
Reyhan mendekat, kemudian ia duduk berjarak di samping Catherine. "Lo ngapain di luar?" Tanya Reyhan.
"Tadi habis angkat telfon. Kakak sendiri? Bukannya masih perform?" Tanya Catherine, ia masih mendengar jelas suara nyanyian Aron di dalam. Lalu kenapa Reyhan malah di luar sekarang.
"Ambil hp di mobil." Ucapnya.
"Jadi gitu." Paham Catherine.
Mereka terdiam, hanya ada keheningan. Reyhan menatap Catherine dari samping, ia ingin bertanya tentang pria yang datang bersamanya tadi tapi bingung bagaimana cara mengatakannya.
Reyhan berdehem sebentar. "Lo ke sini sama siapa?" Tanya Reyhan pada akhirnya. Reyhan meneguk ludahnya kasar, ia jadi gugup setelah mengatakan itu.
Catherine menoleh sekilas. "Sama Bang Zidan Kak." Jawab Catherine.
Reyhan mengernyitkan dahinya. "Zidan?" Lirihnya bingung.
Catherine mendengar ucapan Reyhan, "Sepupu Aku Kak." Jelasnya lagi.
Reyhan merasa lega setelah mendengar ucapan Catherine. "Cuma sepupunya ternyata. Kenapa aku jadi senang mendengar ini." Batin Reyhan.
Catherine terdiam, ia menatap Reyhan yang hanya diam saja. "Kak Reyhan gak masuk ke dalam lagi?"
Reyhan menoleh, matanya beradu tepat dengan mata indah milik Catherine. Sedetik kemudian ia mengalihkan pandangannya ke depan.
"Nanti, cari udara segar dulu." Kilahnya. Alasan sebenarnya karena ingin menemani Catherine di sini.
"Emangnya gapapa ninggalin perform gitu aja Kak?" Tanya Catherine dengan hati-hati.
"Mereka bisa mengatasinya." Ucapnya.
Catherine tidak tau harus bagaimana lagi, ia memutuskan untuk diam saja, daripada nanti Reyhan tidak nyaman karena Catherine terlalu banyak berbicara.
Catherine menatap ke langit, matanya berbinar ketika melihat banyak bintang bertebaran di langit. Reyhan mengalihkan pandangannya ke atas, ia bisa melihat bintang-bintang yang bersinar terang.
Dari samping ia bisa melihat dengan jelas wajah Catherine, pahatan yang sempurna. Sepertinya Tuhan sedang dalam kondisi hati yang baik saat menciptakan Catherine. Reyhan terpaku pada wajah Catherine.
Senyuman manis Catherine seakan mengalihkan semua dunia Reyhan. Reyhan sadar betapa cantiknya Catherine.
"Cantik banget." Ucap Catherine menatap bintang-bintang di langit.
Reyhan mengangguk setuju. "Iya cantik." Ucap Reyhan tanpa sadar.
Catherine menoleh ketika mendengar ucapan Reyhan. Mereka saling tatap, waktu di sekitar Reyhan seakan berhenti sejenak. Jantung Reyhan berdebar kencang. "Dia sangat cantik." Batin Reyhan.
Catherine menatap Reyhan aneh. Reyhan seakan tersadar dengan ucapannya, dengan cepat ia mengalihkan tatapannya. "Langitnya memang cantik." Ucapnya kemudian.
Catherine membuka sedikit mulutnya, hampir saja Catherine salah paham. Catherine melihat jam ditangannya, ia merasa sudah terlalu lama berada diluar. Pasti Zidan di dalam menunggunya lama.
"Kak aku ke dalam dulu ya." Ucap Catherine sambil menatap Reyhan.
Reyhan menoleh, "Iya Cath." Ucapnya.
Setelah mengatakan itu, Catherine langsung meninggalkan taman menuju ke dalam cafe lagi.
Reyhan merasa lega, ia benar-benar gugup tadi. "Kenapa bisa keceplosan sih." Gerutunya.
Reyhan memegang dadanya. "Jantungku berdebar kencang tadi."
Reyhan menyandarkan punggungnya ke bangku taman. Bibir Reyhan terangkat mengingat kejadian tadi. "Senyum Catherine begitu candu." Lirihnya.
"Catherine..."
Bayangan Catherine yang tersenyum manis terlintas begitu saja. Reyhan membulatkan matanya, ia langsung menggelengkan kepalanya. "Apa yang Lo pikirin Reyhan?"
Reyhan mendesah, ia bangkit dari duduknya lalu pergi ke dalam cafe.
Catherine menatap Zidan yang sudah menatapnya kesal, Catherine hanya bisa menyengir saja.
"Kamu kemana aja Princess? Kenapa lama banget?"
"Kalian ngomongin apa aja sampe lama gitu." Ucap Zidan.
Catherine menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Maaf Abang, Catherine gak lama kok ngobrolnya."
"Terus kenapa gak balik-balik?" Tanya Zidan.
"Catherine lihat bintang di luar, indah banget tadi sampe Catherine lupa waktu. Maaf ya Abang." Ucap Catherine.
Catherine hanya mengatakan itu saja, tidak mungkin ia mengatakan alasannya di luar terlalu lama karena habis berbicara sama Reyhan. Bisa-bisa Catherine diinterogasi nanti. Parahnya bisa saja Zidan melaporkan ke keluarganya. Catherine tidak mau itu terjadi.
"Yaudah gapapa, tapi harusnya kamu ngabarin Abang. Tadi Abang mau nyamperin kamu karena khawatir."
Catherine menatap Zidan dengan raut wajah bersalah, Catherine ceroboh malam ini. Ia tau keluarga sangat mencemaskan dirinya, harusnya tadi ia mengabari Zidan kalau ia di luar lebih lama.
"Maaf Abang." Ucapnya dengan tertunduk sedih.
Zidan menatap Catherine dengan lembut, ia mengangkat dagu Catherine agar tidak tertunduk. "Hey, gapapa princess."
"Kamu jangan menunduk. Princess nya Abang gak boleh menunduk." Ucapnya lembut.
"Princess harus selalu tersenyum. Gak boleh sedih, apalagi kalau kamu lagi sama Abang, harus bahagia. Abang gak mau lihat wajah kamu yang bersedih." Ucap Zidan.
"Catherine gak sedih lagi." Ucapnya menenangkan hati Zidan.
Zidan mengacak pelan rambut Catherine. "Gemesnya adik Abang."
Catherine tertawa mendengar ucapan Zidan, dia selalu memanggil Catherine dengan sebutan Adik kecil. Padahal Catherine sudah besar sekarang.
"Cathy kita pulang yuk. Kayaknya kita sudah terlalu lama berada di sini."
Catherine setuju dengan ucapan Zidan. "Ayok Abang. Catherine juga udah capek, mau cepet-cepet rebahan di kasur."
Zidan menyentil pelan dahi Catherine, "Rebahan terus dipikiran kamu."
Zidan bangkit dari duduknya lalu memakai jaket jeans yang dibawanya tadi. Catherine mengambil tas di meja lalu memakainya. Catherine berdiri lalu melangkah ke samping Zidan.
Sebelum Catherine pergi, ia menatap ke arah stage live musik, Saturnus Band masih tampil di sana. Catherine memberikan salam perpisahan pada Saturnus Band sebagai tanda bahwa ia pulang duluan.
Mereka mengangguk dan tersenyum membalas lambaian tangan Catherine. Reyhan masih tersenyum tipis menatap kepergian Catherine. Hingga Catherine tidak terlihat lagi, baru ia mengalihkan tatapannya.
Reyhan dengan cepat sibuk memainkan gitar akustik ditangannya. Ia kembali fokus. Aron mengernyitkan dahinya sebentar.
"Aku tidak salah lihat?" Batin Aron.
(*)