Alisya gadis yatim piatu yang masih berkuliah di sebuah universitas ternama, karena mendapatkan beasiswa dari kecerdasannya,
Alisya bekerja paruh waktu di sebuah Cafe setelah pulang dari kampusnya.
Dia selalu di bully karena di anggap gadis miskin yang tak layak untuk di jadika teman.
Suatu hari dia di jadikan bahan taruhan oleh pria populer yang ada di kampus tersebut.
Hingga menyebabkan alisya hamil di luar nikah. Namun pria tersebut tidak mau bertanggung jawab.
Erik Putra Dinata, pria berusia 22th yang menghamili Alisya namun tidak mau bertanggung jawab.
Dia anak orang kaya namun memiliki sifat yang sombong dan angkuh.
Arsen Davidson lelaki tampan dan baik hati yang selalu menolong Alisya merupakan seorang CEO dari Global Group namun dia selalu merahasiakan identitasnya.
Penasaran kan siapa yang akan di pilih Alisya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34
Arsen memeluk Alisya dari belakang, sambil mengecup bahu Alisya yang terbuka, karena Alisya memakai baju model sabrina.
"Lagi apa Baby" bisik Arsen dengan suara seksi nya di teling Alisya, Alisya yang belum terbiasa dengan perlakukan Arsen pun merasa merinding dan deg degan.
"Duduklah, aku sedang membuat telur mata sapi kesukaan Reva" titah Alisya. Dia merasa risih dengan tingkah Arsen, mungkin karena dia belum terbiasa.
"Masak ya tinggal masak saja baby, aku tak akan menganggumu, aku hanya ingin memelukmu saja" sahut Arsen santai.
Tanpa Arsen sadari dari belakang bundanya melihat dia sedang asik memeluk Alisya.
Belinda menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putranya itu.
"Awww....Sakit bunda" pekik Arsen yang dapat jeweran di kupingnya oleh bundanya. Belinda menarik kuping Arsen supaya putranya itu melepaskan pelukannya.
"Kurang aja kamu ya, bunda sudah nungguin kamu di meja makan tapi ternyata kamu malah sedang asik memeluk anak orang hmm, jangan main peluk-peluk anak orang sebelum kamu halalkan, awas saja jika bunda melihat kamu memeluk Alisya lagi" omel Belinda. Dia tidak mau putra nya itu bertindak seenak nya pada seorang wanita.
Alisya meringis melihat kuping Arsen yang sudah memerah karena ulah bundanya.
"Iya iya bund, Arsen tidak akan memeluk Alisya lagi, tapi lepasin dong jeweran nya, kuping Arsen sakit bund" rengek Arsen seperti anak kecil.
"Kau boleh memeluk nya setelah kau menikahinya" ucap Belinda sambil melepaskan tangannya dari kuping Arsen.
Dua perusuh yang penasaran pun menyusul omanya ke dapur. Mereka melihat Arsen sedang menggosok kuping nya yang memerah. Jiwa kepo Reva meronta ronta, akhirnya dia menanyakan itu kepada oma nya.
"Om Alsen tenapa oma, tenapa kuping om Alsen melah" tanya Reva sambil menunjuk kuping Arsen.
"Kuping om Arsen sayang hiks, oma menjewer kuping om Arsen hingga merah" adunya kepada Reva. Belinda berdecak kesal dengan drama yang di buat putranya itu.
"Tenapa oma jewel tuping om Alsen, tasihan tau oma, ya kan Ley" omel Reva kepada Belinda yang mendapat anggukan dari Reynand.
Arsen tersenyum penuh kemenangam, sedangkan Alisya melototkan matanya melihat ulah Arsen.
"Bukan begitu sayang, oma menjewer om Arsen karena om Arsen sudah berani nakal mama kamu sayang" jawab Belinda dengan senyum licik membalas putranya.
Reva langsung melirik ke arah Arsen yang sudah gelagapan, sudah pasti Arsen akan mendapat amukan dari singa kecil itu. Bukankah kemaren Reva sudah memperingati dirinya supaya tidak macam-macam dengan mama nya.
"Benal beditu om Alsen" tanya Reva dengan mata melotot sambil berkacak pinggang.
Arsen yang di tanya malah garuk garuk kepalanya yang tak gatal, ia takut terkena amukan Reva. Bisa habis dia di rampok sama dua perusuh itu nantinya.
"Memang nya om tidak boleh memeluk mama Reva" bukanya menjawab Arsen malah melemparkan pertanyaan lagi.
"Leva tanya om, tenapa om malah nanya ladhi cama Leva, bikin Leva pucing aja" kesal Reva sambil mengembungkan pipinya.
"Talau om Alsen belani natal ladhi cama mama Leva, nanti oma putul ajha tepala om Alsen patai panci itu" ucap Reva kepada omanya sambil menunjuk panci yang masih berada di atas kompor
Arsen membelalakan matanya mendengar ucapan Reva, dia reflek memegang kepalanya, Arsen tak bisa membayangkan jika kepalanya di pukul pakai panci sama bundanya, bisa-bisa otak nya tercecer keluar dari tempatnya. Arsen bergidik ngeri membayangkan itu.
"Sudah ayo sekarang kita sarapan, Alisya kamu sudah selesai masak telurnya nak" Ajak Belinda lalu bertanya kepada Alisya.
"Sudah bunda" jawab Alisya sambil membawa telur yang ada di piring untuk putrinya.
Akhirnya mereka beranjak dari dapur dan melangkah menuju ruang makan.
Sesampainya di meja makan Alisya langsung melayani putrinya dan juga Reynand, Arsen ikut mengulurkan piringnya kepada Alisya, ia meminta Alisya untuk mengambilkan nasi untuk nya.
"Cudah gedhe macih aja minta di ambiltan" cibir Reva.
"Biarin, kamu saja masih di ambil kan sama mama kamu" sahut Arsen tak mau kalah.
"Bialin ya Ley, tangan tita tan pendek, nda nyampai talau tita menambil cendili, matana tita minta di ambiltan cama mama, ladian tan itu mama Leva, jadi cuka-cuka Leva" ucapan Reva mampu membuat Arsen tak berkutik.
Belinda menahan senyum melihat putranya yang kalah debat dengan anak usia tiga tahun.
Alisya memberikan piring yang sudah berisi makanan kepada Arsen.
"Jangan berantem di depan makanan sayang, sekarang Reva dan Rey berdoa dulu sebelum makan" tegur Alisya.
Reva dan Reynand pun mengikuti perintah dari Alisya, mereka berdua berdoa dengan suara cadel nya, dan di ikuti yang lain nya.
Setelah selesai berdoa mereka langsung menyantap makanan nya yang ada di piring mereka.
"Mama suapi saja ya sayang, supaya tidak berantakan" pinta Alisya, dia tidak enak kalau nanti putrinya membuat meja makan Arsen jadi berantakan karena nasi yang tercecer di atas meja.
"Nda mau mama, Leva mau matan cendili" tolak Reva yang menjauhkan makananya dari jangkauan Alisya.
"Biarin saja nak, nanti kan ada bibi yang membersihkan nya. Alisya mengangguk kecil karena dia juga tidak mau berdebat dengan putrinya di meja makan.
Kini mereka memakan makanan nya masing- masing hingga tandas tanpa sisa.
Tak lama terlihat Reagan masuk kedalam ruang makan bersama dengan istrinya.
"Pagi semua" sapa Reagan.
"Pagi juga nak, kalian sudah sarapan belum? Kalau belum sarapan dulu" sahut Belinda.
"Kita sudah makan Aunty" jawab mama Reynand.
Mereka memilih melanjutkan obrolanya di ruang keluarga.
"Rey ayok ikut pulang momy, momy kesepian tidak ada kamu sayang" ajak mama Reynand.
"No mom, Ley mau main ke mall belsama Leva dan om Alsen" tolak Rey. Renata mendengus kesal karena mendapat penolakan dari putranya itu, dia begitu kangen dengan putranya.
"Ya sudah nanti momy sama daddy akan ajak kamu ke mall" rayu Renata. Reynand menggeleng.
"Jangan di paksa kalau dia tidak mau, bukankah ini kesempatan kalian untuk membuat adik untuk Reynand" ucap Arsen asal. Dia tidak tahu aja ada bocil yang mendengarkan ucapannya.
"Iya mom Ley mau adik" pinta Reynand, membuat Reagan kesal dengan adik sepupunya itu.
"Iya nanti sayang" jawab Reagan pasrah, padhal istrinya masih kedatangan tamu bulanan.
"Yeee..Ley mau puna adik" sorak Rey begitu gembira, dengan begitu ia akan mempunyai teman bermain di rumah.
"Mama Leva judha mau adik sepelti Ley" pinta Reva pada mama nya.
Alisya bingung mau jawab apa, dia saja belum menikah terus dia mau buat sama siapa.
"Bujuk mama mu supaya mau menikah dengan om Arsen sayang, nanti om Arsen akan bikinkan banyak adik untukmu" ucap Arsen dengan segala akal bulusnya, Alisya menatap tajam Arsen, dia begitu malu di depan orang tua Reynand dan juga Belinda.
**Bersambung
Jangan lupa like,koment, vote🙏
Happy reading guys🙏**
yang ada keluarga pamannya alisya habis sama arsen & erik
mati2 deh sana