Kejadian tidak di inginkan terjadi, membuat Gus Ikram terpaksa harus menikahi seorang gadis yang sama sekali tidak di kenal olehnya. "Kita menikah, jadi istri rahasia saya " Deg ... Ramiah sungguh terkejut mendengar perkataan pria itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
"Mas, ih geli" Ramiah terkekeh saat bulu-bulu halus yang tumbuh di dagu suaminya itu terkena pipinya. Saat ini Gus Ikram tengah memeluknya sambil menempelkan dagunya di pipi Ramiah.
Ya sudah sedekat itu hubungan keduanya, sampai Ramiah terbuai dengan perlakuan lembut yang di berikan oleh suaminya itu. Dan mungkin juga efek dari hamil, yang membuat Ramiah malah terasa nyaman saat berdekatan dengan suaminya itu.
Dan selama lima hari itu, membuat hubungan keduanya semakin dekat tidak ada celah di antara keduanya. Keduanya seperti dua orang yang saling mencintai tanpa ada halangan serta rintangan apa pun di masa yang akan datang.
Dan Ramiah, rasa benci yang awalnya memupuk di dalam dirinya sana, entah kemana tiba-tiba menguap menghilang begitu saja. Dan Ramiah malah entah mengapa merasa nyaman jika bersama dengan suaminya itu.
"Mas sayang banget sama kamu" kata Gus Ikram mengungkapkan rasa yang ada di dalam hatinya. Tak di pungkiri jika rasa cinta dan sayang itu tumbuh, jantungnya berdebar sangat kencang saat berdekatan dengan Ramiah. Amarahnya berkobar saat melihat istri rahasianya itu berdekatan dengan pria lain. Dan Gus Ikram sudah menyimpulkan jika ia benar-benar jatuh hati pada istri rahasianya itu.
"Sejak kapan? Perasaan kemarin-kemarin belum sayang?" Ramiah bermaksud menggoda suaminya itu, karena terlalu riskan mengungkapkan rasa sayang apalagi cinta, sebab keduanya baru saling mengenal satu bulan lebih.
Tapi bukan kah tidak menutup kemungkinan rasa itu timbul secara tiba-tiba? Bukan kah, menyukai dan membenci seseorang juga tidak harus memiliki alasan serta waktu?
Semuanya bisa datang secara tiba-tiba.
"Mas beneran Mia. Kalau kamu tanya kapan mas sayangnya sama kamu, mas enggak bisa jawab, karena mas juga enggak tau, rasa itu tiba-tiba muncul dengan cepat." Ucap Gus Ikram.
"Bukan karena anak yang aku kandung? Bisa jadi kan kamu sayang sama aku itu karena anak ini. Kamu--"
Cup
Gus Ikram langsung membungkam bibir Ramiah itu saat sang istri rahasia akan mengatakan kata-kata yang tidak ingin di dengar olehnya .
"Sekali lagi kamu berbicara seperti itu, mas akan cium kamu sampai kamu pingsan."
Ramiah mengerucutkan ujung bibirnya. "Itu sih maunya kamu, itu mah dasar kamunya aja yang mesum."
"Mia, mas sudah mengajarkan kamu untuk memanggil saya dengan sebutan mas. Jangan biasakan diri kamu memanggil suamimu dengan sebutan kamu." Kata Gus Ikram.
Ramiah tersentak, kepalanya mengangguk. "Iya mas."
"Bagus"
Gus Ikram kembali menarik tubuh mungil itu lalu mendekapnya kembali dengan erat. Sungguh rasa sayangnya sangat dalam untuk istri rahasianya ini. Dan Gus Ikram sampai rasanya tidak ingin berjauhan dengan istrinya ini. Mungkin rasa sayang itu sudah menjadi rasa cinta yang hadir tanpa ia sadari.
"Mas rasa nya pengen banget tinggal setiap hari sama kamu di sini. Tapi maaf ya sayang, mas enggak bisa, karena kamu tau sendiri alasannya." Gus Ikram bahkan tidak ingin menyebutkannya, karena tidak ingin membuat sakit hati sang istri.
Ramiah mendongak. Hatinya mendadak resah kembali memikirkan jika ia hanya sebagai istri rahasia saja. Terlebih keluarga suaminya tidak ada yang tau satu pun tentang pernikahan Gus Ikram dan dirinya.
Rasanya begitu sesak, apa lagi memikirkan bagaimana rasa sakit hatinya saat sang istri pertama suaminya nanti mengetahui semua ini. Bagaimana Ramiah akan bertindak? Kenapa ia terlalu terbuai dengan perlakuan suaminya itu, sehingga ia seakan lupa akan semua hal yang akan terjadi kedepannya?
"Mia, jangan terlalu di pikirkan, mas tidak mau kamu kepikiran dan hal itu berdampak buruk pada kandungan kamu." Gus Ikram mengelus lembut perut istrinya itu dengan sayang.
Ramiah tampak nyaman. "Mas, bagaimana nanti kalau semuanya terbongkar? Bagaimana nasib aku dan anak ini, nanti mas? Bagaimana kamu menghadapi istri pertamamu nanti?" Ramiah menggigit bibir bawahnya dengan kencang,
Gus Ikram menghembuskan nafasnya kasar. Ia benar-benar bingung, ingin mengabaikan tapi itu hal yang besar, dan masalah itu pasti akan terjadi kedepannya .
"Sayang, jangan di pikirkan hal apapun itu, mas akan cari jalan keluar yang terbaik untuk hubungan kita berdua."
"Tapi, semua ini pasti--"
"Ssst kamu jangan banyak pikiran hmm. Mas janji semuanya akan baik-baik saja."
Gus Ikram langsung mencium Ramiah menyatukan bibir keduanya. Hingga beberapa saat, saat ciuman itu berubah intens, suara dering ponsel milik Gus Ikram memenuhi ruangan itu.
Ramiah mendorong tubuh sang suami. "Mas angkat telponnya dulu." Kata Ramiah.
Gus Ikram sebenarnya malas, namun karena desakan dari sang istri, Gus Ikram akhirnya terpaksa mengangkat panggilan telpon itu.
"Halo assalamualaikum"
"---"
Deg
"Apa?"
*
Saizar menatap nanar pintu apartemen yang sedari tadi di gedor olehnya itu tidak terbuka juga. Hatinya mendadak panas luar biasa, apa lagi saat bayang-bayang Ramiah yang di dalam sana dengan sang suami sedang bermesraan. Bukan salah Ramiah atau Gus Ikram juga kan? Keduanya pasangan halal, dan tidak ada yang menghalangi hubungan keduanya karena status pernikahan mereka. Namun, Saizar tidak terima akan hal itu, karena baginya, Ramiah miliknya. Tidak peduli jika perempuan itu sudah memiliki suami ataupun akan memiliki anak. Karena yang Saizar tau, bahwa Ramiah tidak pernah bahagia dengan pernikahannya. Perempuan itu terpaksa, dan Saizar yang memang menaruh hati pada perempuan itu langsung mempunyai tekad yang besar untuk memiliki wanita cantik itu.
Tekadnya terlalu besar, dan ia tidak peduli dengan resiko yang akan di terimanya nanti. Cinta dan rasa sayangnya terlalu besar untuk Ramiah.
Dug dug
Saizar tidak pantang menyerah, ia akan tetap menggedor pintu apartemen itu dengan sangat kencang.
Tidak peduli jika mengganggu ketenangan orang lain karena ia hanya ingin bertemu dengan Ramiah.
"Argh sialan!!" Pekik Saizar marah, terlebih dirinya harus segera pergi, karena beberapa menit yang lalu, ayahnya menghubungi Saizar dan meminta Saizar untuk segera kembali ke Bali. Ada sesuatu hal yang sangat penting dan darurat, sehingga mengharuskan Saizar untuk pergi ke Bali segera.
Dan sebelum Saizar pergi, Saizar ingin berpamitan terlebih dahulu pada Ramiah.
Saizar berulangkali mengumpat kasar, terpaksa pergi karena ponselnya sedari tadi berdering dan itu pasti dari sekertarisnya yang menghubunginya. Pesawatnya akan segera berangkat, dan Saizar harus segera menuju ke bandara.
"Mia, maafin aku, aku hanya bisa mengirimkan kamu pesan. Mungkin aku agak lama di Bali. Dan aku janji akan segera menyelesaikan semuanya di Bali. Aku akan segera kembali Mia. Kamu jangan kesepian. Kamu bisa hubungi aku. Aku janji setelah aku kembali dari Bali, aku akan membawa kamu ke rumah nenek." Send Ramiah...
Terpaksa Saizar mengirimkan pesan untuk Ramiah..
bagus karya mu...
mulutnya benar²,
tidak malu dengan gelar ning nya