Kedua orangtuanya Clara meninggal, ayahnya meninggal karna sakit-sakitan. Setelah dua bulan kepergian ayahnya, Ibunya Clara pun meninggal dunia karna sakit kanker. Karna kedua orangtuanya meninggal Clara harus menggantikan kedua orangtuanya bekerja sebagai pembantu, namun saat Clara sedang menunggu bus di halte untuk pergi ke rumah tujuannya, tiba-tiba Clara diculik dan dibawa ke sebuah hotel hingga dirinya diperkosa oleh orang tak di kenal hingga hamil diluar nikah.
Saat tau dirinya hamil, Clara mencari pekerjaan lain dan tidak jadi ke rumah bos orang tuanya. Di sana Clara bertemu dengan seorang pria tampan yang akan menjadi majikannya, namun banyak keanehan dengan sikap tuan majikannya terhadap dirinya, majikannya seperti tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
Rahasia apakah yang disembunyikan tuannya Clara?
Akankah Clara bakal bertemu dengan pria yang telah memperk*sanya? Dan apakah setelah bertemu dengan pria itu, Clara akan pergi jauh dari pria itu dengan membawa anaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
"Jadi bagaimana apa kamu sudah siap untuk bekerja?" tanya Devan yang sedang duduk di sofa ruang keluarga, Devan menatap wanita berperut buncit yang tengah berdiri di hadapannya.
"Sudah tuan. Saya sudah bisa bekerja hari ini, kan tuan?" tanya Clara dengan wajah berseri-seri.
Devan hanya menganggukkan-anggukan kepalanya dengan santai.
"Benarkah! Terima kasih tuan, " ucap Clara dengan semangat.
"Kalau begitu saya permisi tuan," pamit Clara sembari melangkahkan kakinya ingin meninggalkan ruang keluarga dan mulai bekerja.
"Tunggu! Kamu mau kemana?" pertanyaan Devan membuat langkah Clara terhenti dan wanita itu lalu berjalan menghampiri Devan kembali.
"Ada apa tuan?" tanya Clara bingung.
"Saya belum bilang kan apa pekerjaanmu disini?" tanya Devan.
Clara hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
"Kamu ingin tau kan pekerjaanmu apa?
"Mau tuan," jawab Clara.
Clara berdoa semoga saja pekerjaannya tidak terlalu berat dan tuannya mau memperkerjakan dirinya sesuai porsi dia sekarang yang tengah berbadan dua.
"Baiklah, kamu ada 7 pekerjaan di rumah ini," kata Devan.
Clara melongo kaget mendengarnya. Tujuh pekerjaan! Yang benar saja kenapa banyak sekali, jangan-jangan mencuci mobil juga ada dalam list pekerjaan itu.
Devan hanya tersenyum tipis melihat wajah Clara yang terlihat shock.
"Pekerjaan yang pertama,kamu harus memasak hanya untuk saya dan juga untukmu hanya berdua saja oke. Jadi jangan terlalu banyak jika memasak dan jika kamu sedang tidak enak badan kamu bisa meninggalkan pekerjaan ini."
"Yang kedua, kamu datang ke kamar saya dan bersihkan tempat tidur saya setiap pagi hari."
"Yang ketiga, persiapkan semua kebutuhan saya saat saya akan pergi ke kantor, seperti baju, jas dan lain sebagainya."
"Lalu yang ke empat pijat saya jika saya terlihat lelah setelah pulang kerja."
"Yang ke lima, kamu harus mau jika saya ajak kamu kemanapun itu."
"Yang ke enam, siapakan air hangat jika saya akan mandi pagi hari.
"Dan untuk yang terakhir, saya tidak bisa mengatakannya sekarang, mungkin suatu hari nanti, " ucap Devan lalu menghentikan ucapannya.
Clara hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja sendari tadi dan mendengar dengan pokus apa diucapkan oleh tuannya.
Semua pekerjaan itu adalah pekerjaan yang begitu ringan menurut Clara bahkan sangat ringan.
Dia kira tugasnya seperti menyapu rumah yang besar ini, mengepel, dan juga membersihkan mobil, tapi ternyata hanya seperti itu. Astagah begitu beruntungnya dia memiliki majikan yang begitu baik.
"Jadi bagaimana kamu setuju dengan itu semua? apa kamu ingin protes mungkin karena merasa keberatan," tanya Devan.
"Saya sangat setuju tuan, "jawab Dira dengan cepat.
"Baiklah jadi sekarang kamu bisa mulai berkerja, persiapkan baju kantor saya dan lain-lainnya di kamar saya. Nanti jam 8 saya akan pergi ke kantor," perintah Devan.
"Baik tuan, " ucap Clara sambil mengangguk, lalu dia berjalan menuju kamar tuannya yang berada di lantai tiga dan masuk ke dalam lift.
Devan menatap Clara dengan susah diartikan yang sudah masuk kedalam lift.
"BIBI!" panggil Devan kepada pembantu rumah tangga yang sedang membereskan meja makan bekas di gunakan untuk sarapan tadi.
Bibi tanpa berlama-lama langsung menghampiri tuanya.
"Iya ada apa tuan?" tanya wanita paruh baya yang bernama Bi Yuyun dengan membungkuk hormat.
"Saya minta bibik bersihkan kamar lantai satu. Kamar yang bersebelahan di samping tangga itu, bibi bersihkan kamar itu untuk saya dan satu kamar lagi untuk wanita hamil itu, mengertikan bi?"
"Mengerti tuan, kalau begitu saya permisi." bi Yuyun pun berlenggang pergi meninggalkan Devan untuk melaksanakan perintah tuannya.
Devan memilih berjalan menuju kamarnya dimana wanita hamil itu saat ini tengah mempersiapkan pakaian kantornya.
***
Clara tengah duduk di ranjang milik tuannya, ini adalah perintah dari Devan.
Devan meminta dirinya untuk duduk sebentar setelah selesai mempersiapkan perlengkapan kantor, dan saat ini Devan sedang berganti pakaian di walk in closet.
Clara duduk sambil berpikir setelah pekerjaan ini, pekerjaan apa lagi yang harus ia kerjakan. Memasak untuk sarapan sudah, membersihkan tempat tidur tuannya dan persiapan kantor sudah, lalu apa lagi? Jika pijat itu pekerjaan nanti setelah tuannya pulang dari kantor. Masa iya setelah ini ia sudah free tidak ada kegiatan lainnya.
"Apakah kamu bisa pasangkan dasi saya?" tanya Devan yang sudah keluar dari ruang ganti. Clara yang sedang duduk di ranjang kaget tidak mengetahui sejak kapan tuannya ini keluar dari ruang ganti.
"Bisa tuan," jawab Clara lalu berdiri dari duduknya menghampiri Devan.
"Kamu ini berdiri atau jongkok?" tanya Devan sambil mengulum senyum mengejek melihat Clara yang begitu pendek di depannya, entahlah memang Clara yang pendek atau dirinya yang ketinggian yang pasti Clara saat ini hanya sebatas dadanya saja.
Clara yang ditanya seperti itu tiba-tiba bibirnya mengerucut, ia bukan pendek tapi tuannya saja yang ketinggian, tinggi badannya adalah 160 cm itu sudah tinggi yang ideal menurutnya. Sedangkan Devan tinggi badannya 190 cm.
Clara mulai memegang dasi yang sudah di kalungkan di kerah kemeja Aldan.
"Sepertinya kamu tidak akan sampai, bagaimana jika kamu naik ke atas sofa itu," saran Devan yang kasihan melihat Clara sampai berjinjit-jinjit untuk memakaikan dasinya. Sebenarnya dia memang bisa memasang dasi sendiri tapi tidak bisa rapi, dan dia lebih sering tidak menggunakan dasi jika berangkat ke kantor atau jika ada pertemuan penting dengan kliennya karena menurutnya akan sangat memalukan jika ada pertemuan penting menggunakan dasi yang tidak rapi.
Clara menurut, lalu naik ke atas sofa dengan di bantu oleh Devan dan dia kemudian mulai memasangkan dasinya dengan begitu pokus.
Clara menghirup wangi yang di keluarkan dari badan Devan.
Sepertinya dia pernah mencium wangi ini, tapi lagi-lagi Clara menampiknya mana mungkin tuannya ini adalah dia, parfum seperti ini mungkin banyak yang memilikinya tidak hanya laki-laki bejat itu.
"Kamu sudah cek up kandunganmu?" tanya Devan sambil mengelus perut Clara.
"Belum pernah lagi tuan, hanya sekali saja waktu kehamilan saya usia 1 bulan," jawab Dira.
"Apa! kamu belum pernah memeriksanya?! Astaga, pemeriksaan kandungan itu sangat penting untuk mengetahui keadaan sang bayi. Kenapa kamu begitu ceroboh tidak memeriksa kandunganmu hingga 3 bulan lamanya!" ucap Devan terdengar frustasi.
"Tempat saya ke puskesmas jauh tuan" ucap Clara yang sudah selesai memasang dasi milik Devan.
"Itu bukan alasan! Kamu pasti malas kan untuk pergi mengunjungi dokter?" tanya Devan.
Clara hanya menunduk, dia bukan malas hanya saja ia harus hemat, lagipula saat itu juga tak ada waktu untuk memeriksa kandunganya karena Clara harus bekerja setiap hari sebagai penjual jajanan yang dijalan kepada orang-orang yang membawa kendaraan untuk agar ia bisa makan.
"Bagaimana jika bayimu kenapa-kenapa hem? Karena kamu ceroboh tidak memeriksanya." tanya Devan lagi.
Clara hanya menunduk dengan memainkan jarinya takut.
Devan melihat ada tetesan bening jatuh dari mata cantik wanita didepannya, ia yakin Clara saat ini tengah menangis.
"Kenapa kamu menangis?" tanya Devan.
Clara hanya menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, sekarang kamu siap-siap kita berangkat ke dokter untuk memeriksa kandunganmu, " ucap Devan dengan suara yang lebih di perlembut.
Clara hanya mengangguk dan berusaha turun dari sofa dengan di bantu oleh Devan lalu ia berjalan keluar dari kamar Aldan.
"Semoga saja bayi dan ibunya tetap sehat walaupun dia begitu ceroboh tidak memeriksa kandunganya selama tiga bulan," gumam Devan, dia kemudian mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamarnya.
jangan nyesel ya nanti ketika Clara udah nyerah dan memilih untuk mundur... Clara berserta anak anak akan pergi meninggalkan kamu ....
gerammmm deh pengen mukul tuh kepala devan... egois banget,,,
buat kaka author semangat....
ditunggu kelanjutan nya...
pasti bapaknya juga udah tau tuh bahwa yang dikandung Clara cucu kandung nya juga