Zara Nabila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana untuk bisa membiayai kedua orangtuanya yang sedang sakit.
Tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuatnya terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
"Masuk," ucap Alfa.
*Ceklek*
Pintu terbuka ternyata orang itu adalah Zahra dengan membawa segelas kopi. Zahra pun masuk dan memberikan kopi tersebut pada bosnya.
Alfa menyeruput kopi yang Zahra buat sembari mengecek berkas yang ada diatas meja.
Tiba-tiba ponsel Zahra berdering, Alfa langsung menatap Zahra.
"Tuan apa boleh saya mengangkatnya?" tanya Zahra.
"Perempuan?" Tanyanya.
"Iya perempuan tuan." Jawab Zahra.
"Dua menit, jangan lebih." Ujar Alfa.
"Terimakasih tuan." Zahra segera mengangkat telpon tersebut.
"Halo Nan," Ucap Zahra.
"Ya ampun, kamu apa kabar? Akhirnya kamu angkat telpon dari aku." Kata Nanda.
"Aku baik, kamu apa kabar?" Tanya Zahra.
"Aku baik juga Ra, kenapa kamu lama sekali gak hubungin aku? Aku nungguin tau," Ujar Nanda.
"Maaf," Ujar Zahra.
"Iya nggak papakok," jawab Nanda.
"Ya udah aku mau kerja lagi ya, sama mau kasih tau sekarang aku udah gak tinggal di kosan lagi." Ujar Zahra.
"Seriusan kamu? Terus sekarang tinggal dimana?" Tanya Zahra.
"Waktu tinggal sepuluh detik lagi." Alfa mengingatkan Zahra.
"Udah dulu ya, aku cuma dikasih waktu sedikit," Ujar Zahra pada sang sahabat.
"Ya udah, nanti pulang kerja aku jemput ya, kita ngobrol dulu sebelum pulang," Pinta Nanda.
"Oke, jemput di halte aja ya, bye" Ujarnya
"Oke Ra, bye" Jawab Nanda.
Zahra memarikan sambungan telfonnya.
"Makasih banyak tuan," Ujar Zahra.
"Ini tidak gratis," Ujar Alfa.
"Jadi, saya harus bayar berapa tuan?" Tanya Zahra polos.
"Bukan itu yang saya mau," Ucap Alfa.
"Lalu?" Tanya Zahra lagi.
"Nanti siang ikut saya," Ucap Alfa.
"Kemana?" Tanya Zahra.
"Nanti juga tau, kembali kerja saja," Ujar Alfa kembali.
"Ish dasar, selalu aja bikin penasaran," Gumam Zahra pelan.
Zahra pun kembali mengerjakan pekerjaannya dengan telaten. Sedangkan Alfa berkutat dengan berkas dan file yang ada di depannya. Sampai akhirnya jam istirahat datang. Alfa beranjak dari duduknya, mencari keberadaan Zahra yang sudah tak terlihat sejak beberapa menit lalu. Alfa masuk kedalam pantri dan melihat Zahra yang sedang mengambil air minum. Beberapa karyawan yang melihat Alfa masuk ke pantri langsung berdiri dan menundukan kepalanya dengan hormat.
"Tumben tuan bos datang ke pantri, ini keajaiban banget ya," Ujar salah satu karyawan.
"Iya, biasanya juga tinggal manggil OB kalo butuh apa-apa," Ujar satunya lagi.
Alfa tidak menghiraukan bisikan-bisikan karyawannya. Dia masuk dan memanggil Zahra.
"Zahra, keruangan saya sekarang." Ujar Alfa.
"Loh, kok tuan kesini? Kan bisa manggil lewat telpon," Tanya Zahra kaget.
Alfa bukannya menjawab, malah pergi dari pantri tersebut.
"Ra, kok mau-maunya si bos nyamperin kamu kesini? Kamu ada apa-apa ya sama bos?" Tanya salah satu karyawan.
"Iya, kamu ada main sama bos ya? Ngaku kamu?" Ucap satunya lagi.
"Engga mbak, aku juga gak tau kenapa tuan Alfa sampai nyari kesini," Ujar Zahra.
"Alaah, tinggal ngaku aja apa susahnya sih." Ujar karyawan lainnya.
"Serius mbak, aku gak ada hubungan apapun sama tuan Alfa." Zahra meyakinkan mereka.
"Udah Ra jangan dengerin mereka, mending Lo cepat ke ruangan tuan bos. keburu marah nanti," Ujar Acha melerai.
Zahra pun pergi meninggalkan karyawan yang masih saja berbisik.
Sesampainya diruangan Alfa, Zahra melihat Alfa yang sedang membereskan berkas laporan yang telah dia kerjakan.
"Kamu ikut saya keluar." Ujar Alfa saat melihat Zahra sudah datang.
"Kemana tuan?" Tanya Zahra.
"Gak usah banyak tanya," Jawab Alfa dingin dan muka datarnya.
Alfa bangkit dan keluar dari ruangan tersebut diikuti oleh Zahra.
Di luar kantor, sudah ada Roy yang menunggu disamping mobil. Roy membukakan pintu mobil untuk Alfa dan Zahra. Mereka pun meninggalkan kantor.
"Sebenarnya kita mau kemana tuan?" Tanya Zahra.
"Nanti juga tau sendiri." Ujar Alfa.
"Ish, ditanya baik-baik juga," Ucap Zahra lirih.
Alfa melirik kearah Zahra yang sedang menatap keluar jendela. Senyumnya sedikit mengembang, membuat Roy yang melihatnya lewat kaca mobil ikut tersenyum pula.
Mobil mereka berhenti di lobi sebuah mall besar, Alfa meminta Zahra turun dan mengikutinya.
"Apa tuan ada meeting sama klien disini?" Tanya Zahra yang masih bingung.
"Tidak," Jawabnya singkat.
"Terus mau ngapain?" Tanya Zahra lagi.
"Belanja," Jawab Alfa lagi.
"Belanja? Saya baru tau kalo pria yang dingin kaya kutub suka belanja juga," Celetuk Zahra.
"Emang kamu pikir pria gak boleh belanja?" Tanya Alfa.
"Ya boleh, tapi saya heran aja," Ujar Zahra.
Mereka sampai di sebuah toko pakaian khusus wanita.
"Pilih sesuka kamu," Titah Alfa.
"Maksud tuan?" Tanya Zahra bingung.
"Pilih baju untuk kamu," Ucap Alfa.
"Untuk saya? Maksud tuan? Bukannya tuan yang mau belanja?" Tanya Zahra.
"Gak usah banyak tanya. Pilih saja," Ujar Alfa mencoba bersabar.
"Ini terlalu mahal tuan, biar saya beli sendiri saja dipasar," Ucap Zahra ketika melihat harga yang tertera dibaju-baju itu.
Alfa mengajak Zahra ke toko baju yang nama brandnya Dior.
"Saya bilang pilih," Titah Alfa kembali.
"Tapi tuan in--" ucapannya terpotong oleh Alfa.
"Saya bilang pilih ya pilih," Ucap Alfa lagi.
"Iya, baiklah," Jawab Zahra singkat.
Zahra pun memilih satu pakaian yang menurutnya paling murah disana, lalu membawanya kehadapan Alfa.
"Udah tuan," ucap Zahra.
"Hanya itu?" Tanya Alfa.
"Iya tuan, ini sudah cukup," Ujar Zahra.
"Bungkus semua yang sudah dia pegang," Titah Alfa pada seorang pelayan.
"Kok dibungkus semua?" Tanya Zahra.
Alfa tidak menjawab pertanyaan Zahra, dia keluar dari toko itu setelah membayarnya.
Kemudian Alfa membawa Zahra kedalam toko sepatu dan heels dari brand Channel.
"Pilih yang pas untuk kamu, minimal lima pasang," Ujar Alfa.
"Tidak usah tuan, sepatu saya masih layak di pakai," Tolak Zahra.
"Saya tidak suka dibantah," Ujar Alfa lagi.
Akhirnya Zahra memilih dua buah sepatu yang menurutnya cocok, serta tiga heels dan lebih murah dari yang lain.
Setelahnya, Alfa juga membawa Zahra kesebuah toko tas Gucci dan memintanya untuk memilih beberapa tas lagi. Zahra pun hanya menurut dan memilih dua tas dengan warna yang berbeda. Setelah itu Alfa pun membawa Zahra kebeberapa toko untuk membeli keperluan Zahra.
"Tuan, ini terlalu banyak," Ucap Zahra yang melihat begitu banyak paperbag yang dibawa oleh Roy.
"Hanya segitu gak akan membuat saya bangkrut," Ujar Alfa.
"Tapi ini namanya pemborosan tuan," Ucap Zahra.
"Ini uang saya, suka-suka saya mau buat apa. Kalau kamu gak mau memakai barang-barang dari saya, biar Roy suruh buang semuanya," Tegas Alfa.
"Maaf tuan. Jangan dibuang," Jawab Zahra dengan cepat.
"Makanya diem. Jangan banyak tanya," Tegasnya lagi.
Zahra mengikuti Alfa anpa berani mengucapkan sepatah katapun. Sampai akhirnya mereka keluar menuju lobi tempat mobilnya diparkirkan. Sepanjang perjalanan, Zahra hanya melihat keluar jendela. Memandang jalanan ibu kota yang ramai penuh kemacetan. Lagi-lagi Alfa melirik kearah Zahra, entah apa yang dia fikirkan. Namun, senyumnya selalu mengembang setiap melihat wajah cantik gadis itu. Rasa damai dan nyaman saat gadis itu berada didekatnya, masih tidak Alfa sadari.
"Zahra memang gadis yang cocok untuk Alfa. Gua yakin dia bisa mengembalikan Alfa yang dulu." Batin Roy sembari melirik kearah bosnya lewat kaca mobil.
salam dari Ellisa Mentari Salsabila. jangan lupa mampir 🤗🤗 tinggalkan love dn komentar...
nanti zahra cuekin baru tau rasa...