Kecelakaan tragis yang menimpa Dave di hari pernikahannya membuat XyRa merasakan patah hati hebat. Janji setia sehidup semati pun berganti dengan ucapan duka cita dan belasungkawa.
XyRa yang separuh jiwanya seakan ikut pergi bersama Sang calon suami sampai tak sadar jika sudah di nikahi oleh sepupu pria yang di cintainya tersebut.
Semua karna orang tua XyRa tak sanggup melihat kesedihan di wajah putrinya, terlebih acara pernikahan sudah siap di laksanakan..
"Saya Terima nikah dan kawinnya XyRa Rahardian Wijaya dengan mas kawin tersebut di bayar, Tunai"
Sebuah kalimat Ijab Qabul lantang di suarakan oleh Axel, duda beranak satu yang di tinggal selingkuh istrinya 4 tahun lalu.
Bisakan XyRa menerima pernikahannya dengan Sang suami pengganti?
Lalu, bagaimana ia harus menerima statusnya yang tak hanya menjadi istri melainkan langsung menjadi ibu sambung dari seorang anak kecil yang haus kasih sayang?
Ikuti terus kisahnya, sediakan kanebo buat air mata ya, 😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenengsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 12
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Dan, kalian tak bertemu sanpai sakarang?" tanya XyRa yang tak habis pikir dengan yang terjadi dengan pernikahan suaminya dulu.
"Yang ku tahu dia tak disini, aku tak akan mencarinya, Ra."
"Kasihan Sean, dia butuh sosok seorang Ibu," balasnya semakin sedih karna ingat lagi dengan Si bocah tampan bermata bulat.
"Lebih kasihan jika ia tahu, ia tak pernah di inginkan oleh ibunya. Dia cukup bersamaku, kecuali--," ucap Axel yang tak kuasa melanjutkan harapannya lewat kata-kata.
"Kecuali apa?"
"Sean dapat Ibu sambung yang bisa menerima dan menyayanginya dengan tulus," sambung Axel sedikit menunduk.
XyRa tak menjawab, karna sebenarnya anak itu sudah mendapatkannya sekarang, tapi untuk sayang dan menerima tentu semua masih di pikirkan oleh XyRa.
"Aku kembali menikah karna terpaksa, dan jika aku bisa memohon aku tentu tak ingin gagal lagi," ucap lirih Axel.
Jangankan wanita, karna nyatanya seorang pria pun tak ingin menikah berkali-kali. Ia kini bukan patah hati karna cinta tapi cenderung merasa kecewa dengan takdirnya yang seolah mengajak bercanda perihal jodoh. Ia tak pernah main-main, ia kesampingkan perasaannya demi masa depan Sang putra tapi apa yang ia dapat?
"Aku tak berpikir kearah sana, bisakah ku sembuhkan dulu luka ku?"
"Tentu, aku tak akan menganggumu, Ra," jawab Axel yang begini saja sudah membuatnya tenang karna setidaknya kini mereka sudah bisa bicara secara normal.
"Jangan membenciku, meski ku tahu itu sulit bagimu. Tapi aku sungguh sangat menyesal karena bukan hanya kamu yang menyesal, aku pun sama," ujar Axel yang XyRa rasa itu memang adalah ungkapan penyeselan yang tulus.
"Akan ku coba, tapi bagaimana akhirnya aku akan tetap serahkan pada Tuhan."
.
.
.
Kejadian kemarin di rumah Axel dan semua ceritanya sedikit banyak membekas di hati XyRa, belum lagi pelukan Sean yang begitu hangat meski ia tak mau ingat dengan sorot mata anak itu yang penuh kerinduan. Tak ada rencana apapun dalam hidup Sang Nona muda saat ini, ia hanya ingin menikmati patah hatinya hingga sembuh sendiri dengan beriringnya waktu yang di lewati.
Tok.. tok.. tok..
"Masuk," titah XyRa yang entah siapa di balik pintu yang di ketuk tadi.
Kini ia tak terlalu menutup diri meski masih bicara dan keluar kamar seperlunya saja, tapi bagi Amih dan Apih itu sudah jauh lebih baik dan yang terpenting kini tak ada lagi air mata.
"Ra, main yuuuk." Embun datang dengan senyum lebar yang membuatnya terlihat lebih cantik sebagai Ratu Rahardian Wijaya.
"Kemana? aku males," jawab XyRa.
Embun yang selalu ada untuk sepupunya itu langsung memeluk dari samping, meski ia tak tahu rasanya kehilangan untuk selamanya tapi melihat XyRa seperti ini sudah cukup membuatnya sangat sedih.
"Jangan di rumah terus, nanti kaya Oncom bulukan," ledek Embun yang sontak membuat XyRa menoleh.
"Apa oncom?"
Bukan menjawab, wanita kaya raya yang punya banyak kartu ajaib dari para pria kesayangannya itu malah tertawa, dan itu malah semakin membuat XyRa penasaran.
"Ayo jawab, Kak Buy," pinta XyRa yang rasanya pernah dengar tapi belum pernah lihat, tapi ia tahu jika itu adalah salah satu makanan meski tak pernah terhidang di meja makan keluarga Rahardian.
"Makanya ayo, nanti kita makan sama cabe rawit," kekeh Embun.
Sudah jadi hal biasa jika wanita cantik itu tahu semua jenis makanan dalam segala bentuk dari
yang paling murah hingga mahal, dari yang rasa internasional hingga pinggir jalan.
XyRa yang terus di paksa akhirnya ikut, ini kedua kalinya ia keluar rumah setelah kejadian buruk menimpa beberapa waktu lalu.
"Sudah bilang suamimu jika kita akan keluar?" tanya Embun yang langsung membuat XyRa menghentikan langkahnya.
"Kenapa, apa ada yang salah dengan ucapan ku?" tambahnya lagi yang ikut berhenti dan membalikkan tubuh hingga keduanya kini saling berhadapan.
"Tak apa, aku hanya belum terbiasa."
"Biasakan dari sekarang, tak perduli cinta atau tidak dia itu adalah suamimu, Ia bertanggung jawab atasmu bukan hanya di depan keluarga tapi juga di hadapan Tuhan, Ra."
XyRa mengangguk, ia ambil ponselnya di dalam tas kecil yang ia bawa lalu mencari nomer suaminya di kotak masuk pesan, Axel memang sudah berkali-kali mengirim pesan padanya tapi tak ada satu pun yang di balas bahkan nomernya saja belum di simpan.
*0888xxxxxx
( Aku izin pergi dulu dengan kak Embun ]
XyRa menarik napas dan di buangnya perlahan, belum juga ia mengulangnya kembali ternyata ponsel yang ia pegang berdering dan munculah nomer Axel di layarnya.
"Iya, Hallo."
"Kamu mau pergi? apa perlu ku antar? urusanku sudah selesai," tawar Axel langsung dan XyRa hanya sedikit mengernyitkan dahinya.
"Tidak, aku pergi bersama Kak Embun saja," tolak XyRa dengan mata melirik kearah Embun.
"Ya sudah, tapi boleh aku tahu kamu akan kemana?" tanya Axel dengan perasaan ragu dan takut wanita halalnya itu tersinggung.
"Hanya makan siang."
"Baiklah, hati-hati di jalan, jika sempat tolong kabari aku, aku senang sekali, Ra."
Ada perasaan lain dalam hati XyRa saat mendengar permintaan Axel karna saat bersama dengan Dave ia memang tak pernah meminta hal tersebut sebab XyRa selalu memberitahu posisinya dan semua yang ia lakukan.
.
.
Selama perjalan hanya Embun yang aktif bicara dan bercerita karna jangankan punya masalah, tak ada masalah pun XyRa tak banyak bicara meski ia seorang wanita yang ceria dan terbuka.
"Yuk, turun," ajak Embun yang akhirnya membuyarkan lamunan XyRa.
"Tukang gorengan?"
"Iya, kamu mau makan oncom kan?" ledek Embun sambil tertawa kecil.
Keduanya turun dari mobil dan langsung menuju ke sebuah gerobak pinggir jalan yang cukup ramai pembeli yang sendang menunggu pesanan mereka.
"Enak banget ya?" bisik XyRa.
"Kalau masih panas sih enak banget," jawab Embun yang seolah tak sabar menunggu giliran pesanannya selesai.
XyRa yang berdiri di samping sepupunya itu sesekali mengedarkan pandangan dan siapa sangka ia justru menangkap sesosok wanita yang sepertinya pernah ia lihat, dua kali pandangan mereka bertabrakan akhirnya membuat XyRa menghampiri wanita itu.
"Mbaknya Sean ya?" tebak XyRa yang berharap benar.
"Iya, Nona."
"Syukur lah, rasanya tak asing. Dari mana?" tanyanya lagi.
"Habis ambil obat untuk Den Sean," jawab pengasuh anak sambungnya tersebut.
"Obat? Sean masih sakit, Mbak?" entah kenapa wanita itu kini jadi panik dan sangat khawatir.
"Sudah mendingan tapi semalam demam lagi."
"Lalu di rumah dengan siapa?" XyRa kembali bertanya karna tahu suaminya sedang ada urusan.
"Ada Bi' Tuti, ART disana," jawab Si Mbak yang tak berani mendongokkan wajahnya.
Tanpa berpikir lagi XyRa pun kembali pada Embun, ia mengatakan akan pergi lebih dulu ke rumah suaminya.
"Loh, ini udah mateng, Ra. Nyesel loh enak gini malah di tinggal," ucap Embun saat Sepupunya itu berpamitan.
.
.
.
Iya aku tahu, tapi ANAK ku lebih penting dari ONCOM!!!