Cerita sequel dari Andrea rahim pilihan
Demi kebahagiaan sang kakak dan masa depan anaknya, Andrea rela melepaskan suami serta buah hatinya dan pergi sejauh mungkin tanpa sepengetahuan mereka. Berharap dengan kepergiannya Gerard dan Lucy akan kembali rujuk, namun rupanya itu adalah kesalahan terbesar dalam hidupnya karena bayi lelaki yang ia tinggalkan itu kini tumbuh menjadi anak pembangkang yang merepotkan semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qinan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab~05
"Ndre, besok lusa aku ada seminar di ibu kota apa kamu mau ikut?"
Sore itu dokter Steve nampak mendatangi Andrea yang hendak beristirahat di ruangannya, sejak siang pasien lumayan banyak hingga membuat wanita itu baru memiliki waktu untuk beristirahat. Sedangkan saat pagi hari ia harus mengunjungi beberapa kelas untuk memeriksa keadaan anak-anak yang terapi di yayasan tempatnya bekerja.
Selain sebagai tempat praktek pribadi yayasan tersebut juga memiliki kelas terapi untuk anak berkebutuhan khusus berdasarkan tingkat kasus yang di derita, setiap kelas pun memiliki terapis yang ahli di bidangnya masing-masing.
"Ibu kota?"
Mendengar itu pun Andrea nampak terdiam sejenak, banyak sekali kenangannya tertinggal di sana dan sampai saat ini ia belum terpikirkan untuk kembali. Meskipun setiap detik ia merindukan putranya tapi ia khawatir jika kedatangannya hanya akan merusak kebahagiaan mereka saat ini, biarlah ia yang mengalah dan segala cacian di tuduhkan kepadanya asalkan anaknya tetap baik-baik saja.
Sebenarnya dalam lubuk hatinya yang paling dalam ada rasa penyesalan kenapa dulu meninggalkan putranya, waktu itu ia benar-benar ketakutan jika putranya akan merasakan hidup sepertinya di tengah keluarga yang tidak mampu. Namun ia lupa jika semesta memiliki rencananya sendiri dan ia sampai bisa menyandang gelar dokter pun juga karena rancangan semesta, ia bersyukur mendapatkan beasiswa kedokteran hingga lulus padahal saat itu uang yang ia miliki telah habis untuk pengobatan ibunya sebelum wafat.
Ya, Andrea cukup menderita ketika pergi meninggalkan suami dan anaknya. Ia dan ibunya terpaksa pindah ke kota kecil agar tidak di temukan oleh Gerard, namun nasib malang menimpa mereka di mana ibunya sakit keras dan ia merelakan tabungannya hampir habis untuk pengobatan ibunya tersebut. Tapi takdir berkata lain, ibunya wafat setelah selesai menjalani operasi. Andrea benar-benar putus asa waktu itu sampai seorang dokter yang pernah merawat ibunya menawarkannya untuk mengikuti seleksi beasiswa kedokteran dan ia pun di nyatakan lolos seleksi.
Namun tidak hanya sampai di sana penderitaannya berakhir, karena di sela kuliahnya ia harus bekerja paruh waktu untuk menghidupi dirinya sendiri maupun adiknya. Semesta benar-benar merancang takdirnya dengan sedemikian rupa hingga membuatnya merasa bersyukur bisa sampai di titik ini, jika seandainya dulu ia membawa putranya entah apa yang akan terjadi dengan hidupnya. Ia pasti akan merasa sangat bersalah karena membawa pewaris keluarga Adrian ke dalam pusaran penderitaan.
"Maafkan ibu nak, ibu harap saat dewasa nanti kamu akan mengerti. Ibu meninggalkan mu bukan karena ibu tak mencintaimu tapi ibu tidak ingin kamu hidup menderita."
Setiap waktu Andrea selalu menyalahkan dirinya sendiri berharap suatu saat putranya tak membencinya.
"Kita bisa saling bertukar pengalaman dengan kawan sejawat di sana," ucap dokter Steve lagi saat Andrea tak kunjung menjawab. Wanita itu sangat senang sekali mempelajari ilmu baru dan ia yakin kedatangannya ke ibu kota takkan sia-sia, mereka bisa belajar hal baru tentang ilmu kedokteran karena sebenarnya guru terbaik adalah pengalaman.
Namun sepertinya dugaannya salah karena wanita itu justru menggeleng kecil. "Pasienku besok lumayan banyak dok dan aku juga tidak ingin mengecewakan anak-anak yang selalu menantikan kedatangan ku di kelas." Tolaknya, ia memang sangat menikmati kebersamaannya dengan anak-anak berkebutuhan khusus itu yang membuatnya sedikit mengobati kerinduannya kepada sang putra. Mereka adalah anak-anak polos dan juga suci meskipun tak banyak dari mereka yang lumayan nakal dan suka melawan.
"Baiklah, mungkin aku akan merindukan mu nanti." Dokter Kevin pun nampak menggenggam tangan Andrea. Ia akan pergi selama beberapa hari dan pasti akan merindukan wanita itu di mana biasanya mereka setiap hari bertemu dan selalu makan malam bersama.
"Kamu bisa menghubungiku jika rindu," sahut Andrea dengan mengulas senyumnya.
"Tentu saja, aku berharap kita secepatnya menikah." Dokter Kevin kembali menatap lekat wanita itu bahkan kini pria itu telah mendekatkan tubuhnya hingga tak ada jarak di antara mereka.
Namun Andrea tiba-tiba melepaskan genggaman tangan pria itu lantas berlalu menjauh. "Tolong beri aku waktu," ucapnya menanggapi. Kemudian segera merapikan meja kerjanya dan mengabaikan pria yang kini sangat menginginkannya itu.
Dokter Steve nampak menghela napasnya pelan, rasanya ia hampir frustrasi untuk meyakinkan wanita itu namun ia akan tetap bersabar. Terkadang ia merasa sedikit lucu dengan hubungan mereka, meskipun ia dan wanita itu sama-sama orang dewasa tapi hubungan mereka tak lebih seperti seorang remaja yang masih malu-malu kucing. Hubungan mereka hanya sebatas berpegangan tangan dan tak lebih dari itu, ciuman? Hampir tidak pernah, mungkin beberapa kali ia mencium keningnya namun tatapan tajam langsung wanita itu layangkan padanya.
Sebagai pria dewasa tentu saja ia mendambakan hubungan yang lebih intim tapi sepertinya wanita itu masih belum yakin akan perasaannya dan ia akan tetap menunggunya sampai saat itu tiba. Karena tak sedikit lelaki yang menyukai wanita itu dan tentu saja ia takkan memberikan mereka kesempatan untuk mendekatinya, bahkan saat pertama kali ia dan wanita itu mempublikasikan hubungannya beberapa bulan yang lalu banyak pria sejawatnya yang patah hati.
Ia jadi penasaran sosok pria seperti apa yang tega menyia-nyiakan wanita sebaik kekasihnya itu, tapi hingga kini wanita itu enggan cerita siapa pria yang telah menyakitinya.
Keesokan harinya doktor Steve pun berangkat ke ibu kota, setelah melalui perjalanan udara selama dua jam pria itu pun telah sampai dan langsung memeriksa kesiapan seminar yang akan ia lakukan keesokan harinya di sebuah hotel yang sama dengan tempatnya menginap.
"Dokter Steve kenalkan beliau adalah tuan Henry orang kepercayaan pemilik hotel ini dan sekaligus sebagai salah satu sponsor baru pelaksana seminar kita," terang salah satu panitia kepada pria itu. Dokter Steve pun langsung menyambut baik pria dengan setelan jas lengkap tersebut.
Ia senang seminarnya kali ini mendatangkan sponsor baru lagi karena setiap bulan ia tak sedikit mengeluarkan dana untuk anak-anak tidak mampu yang ingin berobat ke yayasannya, terutama anak berkebutuhan khusus dan ia dengar perusahaan Adrian adalah salah satu perusahaan besar di ibu kota.
"Saya sangat mengapresiasi perjuangan anda untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus di daerah terpencil, sangat jarang ada orang seperti anda yang rela berkorban untuk kebahagiaan orang lain dan meninggalkan dunia perkotaan." Ucap Henry memuji kinerja dokter Steve yang memang terkenal di kalangan para pembisnis karena beberapa dari mereka juga telah menjadi donaturnya.
"Terima kasih tuan Henry, tak ada yang lebih membahagiakan selain melihat senyum anak-anak yang kurang beruntung." Sahut pria itu dan tiba-tiba sebuah mobil-mobilan remot nampak menabrak kakinya dan semua mata pun tertuju pada seorang bocah yang berada tak jauh dari sana sedang menatap mereka dengan senyuman tak bersalahnya.
gk bisa ngebayangin klo gerald ntar cemburu kya gmn jadinya..,
Tidak semua wanita seperti itu...
Jangan terlalu sering berburuk sangka...
Itu bisa "membu nuhmu"🙊....
Waspada boleh, tapi jangan sampai overclaim yang bisa saja menjadi pengaruh buruk pada otak dan jalan pemikiran Anda Pak Gerard 😩.....