Di kehidupan sebelumnya, Qin Tian adalah seorang Kaisar Abadi, hampir mencapai puncak kultivasi. Namun, di ambang keabadian, ia dikhianati oleh murid kepercayaannya dan tewas dalam pertempuran besar.
Takdir membawanya kembali seribu tahun ke masa depan, terlahir sebagai pemuda lemah dari keluarga kecil. Dunia telah berubah—sekte-sekte lama runtuh, hukum kultivasi semakin sulit, dan para penguasa baru menguasai langit.
Namun, dengan ingatan dan pengalaman kehidupannya yang lalu, Qin Tian bersumpah untuk bangkit kembali! Ia akan mengguncang dunia dengan teknik yang telah lama hilang, membangun sekte terkuat, dan membalas dendam pada mereka yang menghancurkannya!
Saat ia mendaki kembali menuju puncak, ia menyadari bahwa musuh lamanya juga telah bereinkarnasi, dan perang antara kaum fana, iblis, dan dewa akan segera dimulai!
"Langit mungkin telah melupakanku... Tapi aku akan membuat dunia kembali berlutut!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LpC, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33: Tiga Teknik Inti
Keesokan paginya, suasana di dalam Paviliun Dalam terasa berbeda. Udara lebih padat dengan energi spiritual, dan kilatan petir samar-samar membias di sepanjang dinding batu. Qin Tian duduk bersila di atas sebuah alas batu yang hangat, tepat di hadapan lukisan pewaris Petir Asal yang kini bersinar redup, seolah mengakui keberadaannya.
Roh penjaga, yang sebelumnya muncul dari kolam, kini berdiri dalam wujud ilusi setengah transparan, tampak lebih muda dan energik.
“Mulai hari ini, pelatihanmu akan dimulai. Tiga teknik inti akan membentuk dasar kekuatanmu. Tapi ketahuilah, setiap teknik memiliki harga.”
Qin Tian mengangguk dengan penuh kesungguhan.
“Pertama, kita mulai dari Petir Naga Merasuk Jiwa. Ini adalah seni serangan murni. Teknik ini menciptakan naga dari energi petir yang dapat menembus pertahanan musuh dan menghancurkan roh mereka langsung. Tapi, semakin kuat seranganmu, semakin besar pula beban pada tubuhmu sendiri.”
Sang roh menjentikkan jarinya, dan sebuah pusaran energi petir muncul di udara, berubah menjadi naga kecil dengan sisik berkilau ungu keperakan. Naga itu melayang mengitari Qin Tian, lalu menghilang masuk ke dadanya.
Qin Tian terbatuk. Tubuhnya bergetar hebat, otot-ototnya kejang sejenak, namun kemudian ia merasakan kekuatan yang menggila berputar dalam meridian-nya.
“Aku... bisa merasakan… kekuatan liar di dalam tubuhku,” gumam Qin Tian sambil mengepalkan tangan.
“Bagus,” kata roh penjaga. “Kuasai bentuk dasar naga petir dalam tujuh hari. Lalu, kita lanjut ke teknik kedua.”
Qin Tian mengangguk dan memulai latihan. Ia duduk bersila, mengarahkan energi spiritual dari danau dalam gua ke meridian-nya, membentuk aliran seperti petir yang berputar. Setiap kali ia membentuk siluet naga, rasa nyeri menyebar di seluruh tubuhnya—namun ia menahannya. Berkeringat, menggigit bibir, menahan rasa sakit, tapi tidak pernah berhenti.
Hari demi hari berlalu. Di hari ketujuh, ketika cahaya gua mulai meredup, Qin Tian akhirnya menguasai bentuk awal dari naga petir. Seekor naga petir seukuran lengan melesat dari tangannya, menghantam dinding gua hingga retak-retak.
“Bagus,” puji roh penjaga. “Sekarang, Langkah Petir Bayangan.”
Ia menjentikkan jarinya, dan sosoknya tiba-tiba menghilang, lalu muncul di belakang Qin Tian.
“Langkah ini memanipulasi kilat sebagai dorongan tubuh. Dalam pertempuran, musuh hanya akan melihat bayanganmu… sementara seranganmu datang dari arah lain.”
Teknik ini sangat menguras energi, dan bahkan lebih sulit dari sebelumnya. Qin Tian harus melatih tubuhnya untuk bergerak secepat kilat, tanpa kehilangan kendali. Setiap latihan membuat ototnya kejang, dan beberapa kali ia jatuh tersungkur karena aliran petir yang tidak terkendali.
Tapi dengan ketekunan dan semangat membara, ia berhasil menguasai langkah pertama dari teknik itu. Dalam sekejap mata, ia mampu berpindah dari satu sisi gua ke sisi lain, meninggalkan hanya bayangan samar.
“Luar biasa,” ujar sang roh, tampak semakin puas. “Dan sekarang… teknik terakhir. Yang paling berbahaya.”
Qin Tian menarik napas dalam-dalam.
“Jantung Langit Menggema. Teknik ini bukan untuk menyerang, melainkan untuk bertahan hidup dan mengaktifkan kekuatan sejati dari Petir Asal. Dengan menggetarkan jantungmu dengan frekuensi petir surgawi, kau bisa menolak racun, sihir, bahkan manipulasi jiwa.”
Roh itu menatap tajam. “Namun, jika kau gagal mengatur ritmenya… jantungmu bisa hancur dalam sekejap.”
Qin Tian menelan ludah, namun ia tak mundur. Ia duduk kembali, tangan di dada, dan mulai mengatur pernapasannya. Energi petir merambat dari dantian ke jantungnya. Seketika, rasa sakit luar biasa menyerangnya. Seperti ada ratusan jarum menusuk langsung ke organ vitalnya.
Ia menggigit lidah, darah mengalir, namun ia tetap bertahan.
Detak jantungnya mulai menyatu dengan denyut petir di sekitarnya. Pelan. Teratur. Dan akhirnya… harmoni.
Roh penjaga tersenyum tipis. “Kau benar-benar pewarisnya.”