“Tuan, Nyonya mengajukan gugatan cerai pada, Anda!”
“Hah! Apa dia seberani itu?! Biarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan, kita lihat, pada akhirnya dia akan kembali meminta maaf dan memohon.”
Pada akhir yang sesungguhnya! si Tuan Muda, benar-benar ditinggal pergi tanpa jejak apapun hingga membuatnya menggila dan frustasi. Dan lima tahun kemudian, di sebuah klub malam ia di pertemuan dengan seorang reporter yang sedang menjalankan misi penyamaran, untuk menguak kasus penculikan bayi lima tahun yang lalu, dan reporter itu adalah wanita yang membuatnya frustasi.
“Kamu pergi begitu saja, apa kamu pikir bisa lepas begitu saja! Urusan kita di masa lalu belum selesai, istriku.”
Ig. Kunang-kunangachi
FB. Achi_N
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon acih Ningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Di Danau Senja
Tapi....
"Monica...!" Panggil pria yang berpenampilan rapih, menghentikan Monica yang ingin mengajak Alea pergi.
"Pak Raymond!"
Pak Raymond....dia atasan Monica, kan!
Lelaki yang bernama Raymond, mendekat, "Apa ini teman yang kamu maksud?" Tanya lelaki itu seraya melirik Alea.
"Iya pak, tapi...."
"Selamat siang pak, perkenalkan nama saya Alea," tidak ingin Monica menghalangi niat bulatnya yang ingin bekerja, Alea langsung memperkenalkan diri pada atasan Monica, yang sebelumnya sudah di ceritakan.
"Alea, jadi benar kamu teman hebat yang dimaksud Monica, senang bisa langsung bertemu denganmu," Pak Raymond langsung menerima uluran tangan Alea.
"Maaf Pak Raymond, sepertinya hari ini Alea tidak bisa...."
Sebelum Monica bicara lebih jauh, Alea langsung memeluknya, ini kesempatan bagus untuk dia mendapat pekerjaan agar bisa membayar uang jasa untuk Vika dan menyambung hidup, Alea takut jika kesempatan ini terlewat dia tidak bisa mendapatkan kesempatan diluar sana. Hanya karena dia akan melihat Abraham dan Jessika di sana, tidak membuat Alea mundur, "Tolong Monica, bantu aku. Aku baik-baik saja mereka hanya akan menjadi masa laluku," bisik Alea. "Baiklah, asal kamu berjanji untuk tetap kuat dan tidak menangis, aku akan membantumu."
"Iya, aku janji."
Monica tahu se-cinta apa Alea pada Abraham, dia takut Alea akan terluka. Sampai sini Monica menyadari, Alea memilih bercerai bukan karena sudah tidak mencintai Abraham, dia hanya ingin melepaskan diri dari rasa sakit di tambah dengan adanya Jessika sudah pasti Alea akan semakin terluka jika terus bersama Abraham.
Hanya dengan memperkenalkan siapa Alea, Pak Raymond tidak basa-basi lagi. Lelaki itu langsung menerima Alea, ''Kamu akan saya tempatkan di Tim yang berbeda, untuk hari ini tolong bantu Monica. Sebentar lagi bintang utama disini datang, jangan sampai kalian melewatkan sedikitpun apa saja yang Jessika lakukan, dan yang paling utama, cari tau siapa kekasihnya. Jika sampai stasiun kita yang pertama kali memberitakan identitas lelaki Jessika, sudah pasti tayangan itu akan meledak dan tranding, stasiun kita akan menjadi media berita paling populer sepanjang sejarah, dan kabar baiknya, kalian akan mendapat bonus besar jika berhasil mendapatkan identitas kekasih Jessika.''
pak Raymond begitu sangat bersemangat, Alea menanggapinya dengan anggukan dan senyum, sedangkan Monica, dia terlihat kesal setelah tau ternyata Jessika selingkuhan Abraham.
Tidak lama, suara riuh dan heboh mengiringi tibanya sebuah mobil berwarna merah terang, diikuti dengan dua mobil berwarna putih. Beberapa awak media langsung bersiap dengan kamera masing-masing, mereka harus mendapatkan gambar terbaik orang yang akan turun dari mobil itu.
''Apa itu Abraham?'' tanya Monica. ''Bukan,'' sahut alea, yang tau betul jika itu bukan mobil Abraham.
''Itu pasti Jessika,'' kata Pak Raymond dengan sangat bersemangat.
''Ayo cepat! ambil posisi yang bagus, '' Instruksi Pak Raymond.
Dengan malas, Monica menjawab. ''Iya.''
"Alea, Jessika pasti mengenalimu, gunakan ini." Monica memberi topi, guna menyamarkan wajah Alea.
Alea berdebar, dia harus kuat. Ini momen langka yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
Aku akan meliput kebersamaan Abraham dan wanita itu... haha... bukankah hebat! Alea tertawa dalam hati dengan getir.
"Alea, apa kamu siap. Aku bisa membantumu pergi, tidak perlu melakukan ini," Monica kembali memastikan.
"Siap! Dulu waktu sekolah kita pergi bekerja paruh waktu seperti ini kan, aku ingin mengulanginya lagi," sahut Alea, meyakinkan Monica dia baik-baik saja.
Villa Mars.
Abraham tersenyum sangat puas, pasca melakukan apa yang beberapa menit lalu ia pikirkan. 'Aku yakin, setelah ini dia pasti akan datang dan memohon padaku,' ucapnya dengan tatapan dingin, menggenggam erat ponsel ditangannya.
Ponsel berdenging.
Apa mungkin secepat ini? Pikir Abraham.
Jessika!
Lelaki ini terlihat tidak bersemangat, melihat siapa yang menghubunginya.
"Ada apa?"
("Abraham, apa benar kamu tidak datang?") suara Jessika terdengar sangat kecewa diseberang sana.
"Lee, sudah mewakili semua urusan pasti beres, kamu tidak perlu khawatir."
("Abraham, tapi ini bukan sekedar pekerjaan. Aku sangat berharap kamu datang! Bukankah kamu sudah berjanji akan datang! Apa kamu marah padaku karena menginap di Villa Mars yang menyebabkan Alea pergi?")
"Tidak ada hubungannya dengan itu, jangan berpikir yang tidak-tidak."
("Kalau begitu datanglah, aku mohon,") Jessika hampir menangis, meminta Abraham datang.
Abraham memijat kepalanya yang terasa pusing, jika sudah memiliki keinginan Jessika harus mendapatkannya, Abraham tau ini. Akibat masa lalu antara dirinya dan Jessika, lelaki ini tidak bisa menolak, "Baiklah, aku akan datang."
"Tuan Muda, dokter sudah tiba dan akan segera melakukan pemeriksaan," kepala pelayan datang, tapi pria itu tercengang melihat Abraham justru sudah sangat rapi dengan setelan jas hitamnya, bukankah dia sedang sakit?
"Dokter! Bukankah aku sudah bilang tidak perlu memanggil dokter?"
"Maafkan saya Tuan, tapi kami sangat mengkhawatirkan kesehatan Anda."
"Suruh dia kembali ke rumah sakit, aku akan pergi."
Jika sudah memberi perintah dengan nada tinggi, artinya Abraham marah, "Baik Tuan Muda, tapi....Anda akan pergi kemana?"
"Pemotretan Jessika."
Pemotretan Jessika....Anda sungguh sangat perhatian pada gadis itu, Tuan. Sampai mengabaikan kesehatan tubuh Anda. Sepertinya, keputusan Nona Alea sudah sangat tepat.
Abraham benar-benar mengabaikan kekhawatiran kepala pelayan dan Bibi Yohana. Dia tetep pergi demi menuruti keinginan Jessika, meskipun dalam kondisi tidak sehat dengan wajah yang pucat tidak seperti biasanya.
Danau Senja.
Dengan gaun birunya, Jessika menarik perhatian puluhan pasang mata, jepretan kamera mengiring setiap langkah kaki dan gerak-gerik gadis cantik itu. Ratusan pujian dilantunkan dengan sangat merdu oleh puluhan bibir saat mata memandangi wajah cantik Jessika.
"Jangan berlebihan memuji orang, dia tidak secantik yang kalian lihat," potong Monica pada rekan Reporter-nya yang memuji Jessika dengan kata-kata indah, membuat telinganya sakit.
"Kamu kenapa! Apa yang aku katakan fakta, benar kan, Alea," sahut orang itu yang malah meminta dukungan Alea.
"Iya, kamu benar. Sudah! Ayo fokus, bukankah kita tidak boleh melewatkan satu gerakan pun," sahut Alea.
"Aah.... benar, ini gara-gara kamu Monica, kameraku jadi kehilangan momen berharga."
Monica semakin terlihat kesal, "Menyebalkan, mereka terlalu berlebihan."
"Tidak apa-apa, mereka memuji apa yang mereka lihat, kita tidak boleh menyalahkan mereka. Bukankah Jessika benar-benar cantik!" Alea, berkata dengan memperhatikan wajah Jessika dari kameranya, "Dia nyaris sempurna, dibandingkan dengan diriku, sungguh tidak ada apa-apanya," gumamnya pelan.
Beberapa foto dan video Jessika, sudah Alea dapatkan, mungkin sebentar lagi foto Abraham bersama Jessika yang akan ia abadikan.
Sekretaris Lee, yang sudah lebih dulu ada di lokasi, menghampiri Alea dan Monica.
"Nona, bisa meminta waktunya sebentar," ucapnya yang belum menyadari siapa yang ia temui.