NovelToon NovelToon
Tempus Amoris

Tempus Amoris

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Uppa24

realita kehidupan seorang gadis yang dari kecil cacat akan kasih sayang yang sebenarnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uppa24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gadis seperti apa dia itu!!

Elvanzo tersenyum lembut ke arah gadis itu setelah mendengar ucapannya. "Baik, Aluna," katanya dengan nada tenang, memperlihatkan kehangatannya.

“Oh iya, Aluna! Besok mau Kak Yuri antar ke kampus nggak? Kan besok hari pertama kamu balik kuliah lagi,” ucap Yuri penuh semangat, matanya berbinar seperti sedang mengajak adik kecilnya.

“Hmm, nggak usah, Kak. Besok aku naik motor sendiri aja. Lagi pula Kak Yuri harus banyak istirahat,” jawab Aluna santai sambil melirik ke arah perut Yuri yang mulai membesar.

“Oh iya, Aluna,” timpal Alendrox, “kamu belum tahu, ya? Elvanzo itu dosen di fakultasmu.”

Aluna tertegun sejenak, lalu menanggapi dengan datar. “Oh, begitu.”

Tak ingin berlama-lama, Aluna memutuskan untuk pergi. “Oh iya, Kak, aku ada meeting di luar hari ini. Jadi aku pamit duluan, ya. Meeting-nya jam dua siang. Kalian nggak apa-apa kan, pulang duluan ke rumah? Oh, bilang ke Bibi kalau malam ini aku nggak pulang karena besok mulai kuliah lagi. Aku bakal tinggal di kos, biar nggak capek bolak-balik ke kampus, klinik, sama urusan bisnis.”

“Hah, kan Kakak udah bilang, Aluna nggak usah ngekos lagi. Rumah kita kan deket dari kampus, nggak sampai jauh banget!” protes Yuri sambil menghela napas panjang, menunjukkan kekhawatirannya.

“Nggak apa-apa, Kak. Lagi pula tiap pekan aku bakal pulang,” jawab Aluna dengan senyuman lembut, mencoba meyakinkan Yuri.

Yuri menyerah. “Haaah… baiklah. Tapi kalau ada apa-apa, kamu harus hubungi kami atau Mas Ale, ya,” katanya dengan nada khawatir.

Aluna mengangguk. “Iya, aman, Kak. Lagi pula kalian juga bakal lihat aku tiap hari di klinik, kan?” Senyum kecilnya memberi sedikit ketenangan sebelum ia melangkah pergi. “Sudah ya, aku pamit dulu.”

Setelah Aluna pergi, suasana di meja menjadi hening. Elvanzo menatap Yuri dan Alendrox dengan sorot mata penasaran, lalu berkata pelan, “Kalian benar-benar menyayangi gadis itu, ya.”

“Hemm,” gumam Alendrox, mengangguk sambil memandang kosong. “Kalau bukan karena dia, mungkin istriku dan mertuaku sudah tiada.”

Elvanzo mengernyit, merasa penasaran sekaligus khawatir. “Apa maksudmu?”

“Tujuh tahun lalu,” mulai Alendrox dengan suara berat. “Yuri dan ibunya diculik. Aluna mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkan mereka. Ia terluka parah akibat tembakan saat melindungi mereka, tapi tetap berusaha membawa mereka kabur. Setelah itu… ia koma selama enam bulan.”

Elvanzo tertegun, matanya membesar mendengar cerita itu. “Dia melakukan semua itu?”

“Dia tidak pernah meminta apa-apa. Saat sadar, dia hanya berkata, ‘Kalian harus hidup bahagia.’ Itu saja.” Yuri tiba-tiba terisak, air matanya mengalir tanpa bisa ditahan. “Dia gadis yang baik, tapi…” Yuri tidak sanggup melanjutkan.

Alendrox menggenggam tangan istrinya dengan lembut. “Sudah, Sayang. Jangan diteruskan lagi. Semuanya sudah berlalu.”

Elvanzo menunduk, merasa bersalah telah membuat mereka mengingat kembali masa kelam itu. “Maaf, aku terlalu banyak bertanya.”

Alendrox menggeleng. “Tidak apa-apa, Vanzo. Sekarang kau mengerti kenapa kami begitu peduli padanya.”

Di sisi lain, di tepi pantai

Langit senja berwarna keemasan, dengan semburat merah muda yang menghiasi cakrawala. Aluna duduk sendiri di tepi pantai berbatu, memeluk lututnya sambil menatap jauh ke horizon. Pikirannya berantakan, berisi kenangan dan pertanyaan yang tidak ingin ia jawab.

Tiba-tiba, suara lembut memecah keheningan. “Apa aku boleh bergabung, Aluna?”

Aluna menoleh cepat, matanya melebar. “Pak Elvanzo?” tanyanya dengan nada heran.

Elvanzo tersenyum kecil, mencoba mencairkan suasana. “Boleh aku duduk di sini?”

Aluna terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. “Terserah.”

Tanpa berkata-kata lagi, Elvanzo duduk di sebelahnya, menjaga jarak yang sopan. Namun, setelah beberapa saat, Aluna berkata pelan namun tegas, “Bisa mundur satu meter?”

Elvanzo tersenyum kaku, lalu bergeser menjauh sesuai permintaan. “Baiklah.”

Waktu berlalu dengan sunyi. Hanya suara debur ombak yang mengisi ruang di antara mereka. Elvanzo akhirnya memecah keheningan. “Aluna,” panggilnya pelan.

“Ya,” jawab gadis itu tanpa menoleh, suaranya dingin.

“Bisakah kau memanggilku kakak? Seperti kau memanggil Alendrox dan Yuri? Rasanya panggilan 'Pak' terlalu tua untukku, apalagi usiaku baru 27 tahun.”

Aluna mengangguk kecil tanpa berpaling. “Baiklah.”

Elvanzo menatap langit yang perlahan kehilangan warna. Ia mencoba membuka pembicaraan lagi. “Aluna… bolehkah aku memanggilmu Una?”

Namun, ketika ia menoleh, tempat di sebelahnya sudah kosong. Aluna sudah pergi tanpa sepatah kata pun.

Elvanzo mendesah, mencoba menutupi rasa canggung. “Dia benar-benar gadis yang sulit ditebak,” gumamnya, lalu melanjutkan duduk di sana, ditemani gelapnya langit malam dan suara ombak yang tak pernah henti.

1
Lilovely
Mangat thor/Applaud/
Anonymous
semangat
Anonymous
aku suka banget ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!