"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tukar Makanan
Mengetuk pintu dengan ragu. Menghela napas, jika Heru terbangun, maka wine ini akan habis dinikmatinya bersama Heru. Ah! Sial! Padahal dirinya setidaknya ingin memegang jemari tangan Soraya yang sehalus lapis legit.
"Sebentar..." Suara Soraya terdengar, membukakan pintu. Kala itulah Jarot menelan ludahnya, menatap ke arah sumber nutrisi...eh salah! Ke arah Soraya yang memiliki wajah begitu cantik.
"Ada apa ya?" Tanya Soraya menatap ke arah Jarot, nama boleh saja seperti waker sekolah SD, tapi face seperti artis FTV pagi.
"Kebetulan aku membawa minuman mahal, khusus aku beli dari resort. Tapi daripada minum sendiri, aku fikir---" Kalimat Jarot disela.
"Mau aku membangunkan Heru?" Kembali Soraya bertanya.
"Iya..." Jarot menghela napas. Lebih baik mendekati tipis-tipis baru tikung, saat waktu tepat.
Memasuki rumah, menelan ludah, gaun tidur yang tali satu yang dipakai Soraya begitu menantang. Benar-benar membuat tertantang, perlahan dirinya duduk. Menunggu Heru datang.
Tapi.
"Heru... Jarot datang." Suara Soraya terdengar.
"Emmmghhh..." Heru tidak bangun sama sekali kembali tertidur.
Menelan ludahnya kala Soraya kembali keluar. Wanita itu menyelipkan rambut di telinganya sendiri, kemudian berucap."Bagaimana ya? Heru masih tidur..."
"Yah... padahal ini wine mahal." Jarot terdiam sejenak bagaikan sedikit berfikir."Bagaimana jika Soraya yang menemaniku minum? Daripada dibawa pulang lagi."
Soraya mengamati, kapan lagi dirinya meminum wine dengan harga lebih dari lima juta rupiah. Perlahan dirinya duduk, mungkin tidak apa-apa jika minum sedikit, walaupun dirinya tengah mengandung.
"Hanya sedikit." Ucap Soraya kala Jarot bangkit mengambil gelas, kemudian menuangkan wine.
Wajahnya tersenyum, Soraya begitu cantik. Badannya juga begitu bagus, bekerja di kantoran, sudah pasti pintar mencari uang. Tidak ada yang kurang, kenapa Heru bisa begitu beruntung mendapatkan Soraya?
Tidak! Jarot yang namanya mirip dengan waker sekolah SD dekat persimpangan. Tapi wajahnya memesona bak artis FTV tersenyum. Akan menunjukkan pada Soraya bagaimana caramu memanjakan wanita.
Memberikan segelas wine, perlahan Soraya meminumnya. Wine mahal rasanya memang berbeda. Jarot kemudian duduk di sampingnya, sedikit melirik ke arah Soraya.
Perlahan mengusap-usap pahanya, bagaikan mengusap lampu jin Aladin. Soraya menelan ludah, melirik ke arah Jarot. Sedikit lebih pendek dari Heru memang, tapi dapat dikatakan sama tampannya dengan Heru.
"Maaf, menyentuhmu. Kamu cantik, tidak sadar tanganku jadi bergerak." Jarot menarik tangannya sendiri, kemudian kembali menikmati wine.
Tidak ada yang diucapkan Soraya, wanita itu menelan ludahnya. Seharusnya marah bukan? Tapi sekali lagi, mungkin karena alkohol? Hormon? Entahlah...tapi jangan menyalahkan segalanya saat napsu menguasai.
Saling melirik hingga mata mereka bertemu. Menelan ludahnya, Jarot mendekatkan wajahnya pada wajah Soraya. Mungkin satu hal yang ada di fikirannya. Jika Soraya tidak melawan, maka dirinya dapat berlanjut. Tapi jika Soraya marah, hanya perlu minta maaf.
Tapi anehnya kala bibir mereka bertemu dan merasai Soraya tidak marah atau melawan sama sekali.
Mulut buaya Jarot mulai beraksi."Maaf mencintaimu pada pandangan pertama...kamu terlalu indah."
Soraya merasa ini salah, menelan ludah sedikit melirik ke arah pintu kamar yang terbuka. Bagaimana jika Heru tau?
Tapi.
Napsu menguasai nya, kala Jarot kembali menyatukan bibir mereka. Level yang berbeda, dapat dikatakan Jarot sudah profesional yang mengetahui bagaimana melemahkan syaraf wanita. Sedangkan Heru, hanya pemula yang mungkin pernah berhubungan dengan sedikit wanita.
Tunggu! Sedikit wanita? Itu mungkin karena sebelum menikah Heru cukup populer. Banyak wanita yang dijadikan pacar, istilahnya dulu Heru mendapatkan keperawanan istrinya. Sedangkan Dira mendapatkan hikmahnya. Ah! Sudahlah!
Yang terpenting saat ini, suasana menjadi lebih mendebarkan lagi. Hal yang bahkan tidak pernah dilakukan Heru. Jarot berlutut di hadapan Soraya yang duduk. Kemudian...
Soraya hanya dapat terpejam merasakan sensasinya. Jarot benar-benar melumpuhkan tubuhnya.
***
Segalanya berlangsung cukup lama. Hingga mereka telah berpakaian.
"Aku tau ini salah, tapi aku mencintaimu...kamu begitu cantik..."
Preet!
Suara kentut Heru terdengar dari dalam kamar. Syukurnya pemuda itu masih tertidur lelap bahkan mendengkur, saking menumpuknya pekerjaan sesungguhnya dari seorang manager yang tidak kompeten.
"Terimakasih..." Ucap Soraya ragu."Anggap kejadian ini tidak ada, kita melakukannya karena sedang mabuk mengerti?"
"Aku mengerti. Nanti aku hubungi..." Jarot tersenyum mengecup pucuk kepalanya penuh cintrong...eh typo...cinta.
"I...iya. Ingat! Jangan katakan pada Heru!" Tegas Soraya, dengan segera Jarot yang paling tampan sejagat raya mengangguk.
"Kita akan bertemu lagi. Aku selalu memimpikan mu." Jarot mengecup punggung tangan Soraya. Kemudian melangkah pergi meninggalkan rumah.
Soraya hanya dapat menghela napas. Kejadian tadi begitu berbahaya dan mendebarkan. Dirinya memang pernah berbuat lebih dengan mantan-mantan kekasihnya. Tapi tidak ada yang dapat memberikan sensasi yang Jarot berikan.
Wanita yang memutuskan untuk mandi menghilangkan aroma alkohol dan Jarot di tubuhnya. Begitu indah hari ini, entah kenapa sebelum tidur Soraya tersenyum.
Preet!
Suara kentut Heru yang tengah tertidur kembali terdengar. Biarpun tidak bau, tapi suaranya cukup kencang. Apa Heru akan menyadari perasaannya pada Dira sebelum palu pengadilan diketuk? Atau mungkin Heru benar-benar akan menikah dengan Soraya?
***
Pemuda yang tersenyum, mengingat semangat paginya. Ada Pino yang manis di hadapannya, serta Dira yang sarapan bersama. Betapa menyenangkannya memiliki anak dan istri... walaupun masih pinjaman...
Bima melangkah menelusuri lorong, menuju cafetaria, wajahnya terlihat lebih cerah dari biasanya. Membawa kotak bekal buatan Dira. Walaupun ini sebagai ganti sewa rumah. Bukan kotak bekal penuh cinta seperti masa pacaran dulu.
"Wajah pak Bima terlihat semakin cerah. Sementara wajahmu terlihat semakin layu." Sindir Esa (manager keuangan) mengamati tugas Heru yang kini menumpuk. Terlihat wajar untuk tugas manager bagian pemasaran. Hanya saja Heru memang lebih lambat bekerja.
"Ah! Benar-benar atasan sial! Dia menambah beban pekerjaanku gila-gilaan. Belum lagi dengan direktur yang tidak pernah puas. Berapa kali aku mengulang membuat proposal." Geram Heru menghela napas kembali bekerja.
"Gaji tinggi, tanggung jawab juga tinggi." Esa menghela napas kasar.
"Dia (Bima) terlihat santai!" Celetuk Heru.
"Aku sudah bekerja lumayan lama, jadi aku tau. Semua orang dulu mencibir nya sebagai orang yang masuk ke perusahaan menggunakan relasi, karena dia teman masa SMU dari pemilik perusahaan. Tapi Binara Mahendra membuktikan jika dia mampu. Kecerdasan, pengalaman, dedikasi, kesetian semua dimiliki olehnya. Bahkan dia yang membatu pemilik perusahaan, menyelidiki siapa saja pengkhianat." Ucap Esa mengingat pembersihan pegawai bermasalah 7 tahun lalu.
"Siapa peduli. Aku mau makan siang." Heru menyimpan data, mengambil makanan di atas meja, makanan dari salah satu restauran cepat saji.
"Kamu tidak bawa bekal?" Tanya Esa yang memang tidak terlalu sering makan siang bersama Heru.
"Tidak! Soraya sedang hamil muda, aku tidak tega menyuruhnya memasak, sedangkan dia harus berangkat kerja." Heru menghela napas, mulai bangkit melangkah diikuti Esa.
"Kenapa Soraya? Istrimu dimana?" Tanya Esa.
"Kami dalam proses perceraian." Jawab Heru.
Esa memijit pelipisnya sendiri, tidak mengatakan apapun lagi. Bagaimana cara menasehati batu? Hingga sampailah mereka pada area cafetaria.
Bima terlihat duduk memakan nasi bekal seorang diri. Benar-benar begitu lahap, tidak seperti biasanya.
Sedangkan Heru membawa makanan dari restauran cepat saji. Duduk bagaikan tidak begitu memiliki selera makan. Padahal yang ada di hadapannya adalah daging sapi dan kentang yang dimasak dengan sempurna.
"Heru, kamu tukaran makanan dengan pak Bima!?" Salah seorang karyawan mengejutkannya. Menatap tumben-tumbennya pak Bima membawa kotak bekal. Sedangkan Heru membawa makanan restauran.
Fix! Mereka tukaran makanan! Tidak mungkin tukar istri bukan?