Kesalahan satu malam yang mengubah hidup Hanum, dimana di malam itu seseorang datang dan merenggut kehormatan yang selama ini Hanum jaga. Steven Nicholas Dirgantara adalah lelaki yang telah memperkosa Hanum, Steven adalah aktor terkenal juga seorang pengusaha, keluarganya juga adalah keluarga paling kaya di kota ini. Hingga hari dimana Hanum mengandung anak dari Steven dan Hanum harus melahirkan anak itu karena bagi keluarganya dia adalah pewaris selanjutnya dari keluarga Dirgantara. Akan tetapi kejadian tidak terduga terjadi dimana Hanum mengalami keguguran hingga membuat keluarga Steven merasa kecewa dengan Hanum karena tidak bisa menjaga anak itu dengan baik.
Saat itu juga Hanum memutuskan untuk pergi dari kehidupan Steven di saat benih cinta mulai tubuh.
Bagaimana kelanjutan cerita nya, apakah Steven akan mencari Hanum atau membiarkan cinta itu pudar seiring berjalannya waktu simak terus kelanjutan ceritanya dalam novel Kesalahan Satu Malam..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikromatul Fasila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Ya, semua perubahan sikap Steven kepada Hanum semata-mata karena Steven sudah berjanji kepada Daddy nya bahwa dia akan memperlakukan Hanum dengan baik saat masa kehamilan nya saat ini karena setelah anak itu lahir Steven akan menceraikan Hanum.
Akan tetapi Steven yang melihat setiap perkembangan anak nya dari sebuah foto yang selalu di kirimkan oleh Daddy nya membuat Steven merasa tersentuh dan ingin menjadi Papa yang baik untuk anaknya kelak maka dari itu Steven saat ini menaruh perhatian kepada Hanum karena dia tengah hamil anaknya. Secara perlahan Steven sudah mulai menerima kehadiran anak yang saat ini Hanum kandung dan Steven akan memberikan yang terbaik untuk anaknya kelak.
Pagi hari pun telah tiba, kini Steven tampak terlihat sedang membuatkan susu untuk Hanum. Hanum yang baru saja bangun pun berjalan menuju ke arah dapur untuk mengambil air minum karena selama hamil Hanum sering merasa kehausan.
"Kamu sudah bangun? Ini susu buat kamu, kamu harus meminum nya untuk kesehatan anak yang saat ini kamu kandung," kata Steven dengan memberikan segelas susu ibu hamil kepada Hanum.
Hanum kembali di buat terkejut dengan sikap Steven padanya, bagaimana bisa Steven membuatkan susu untuk dirinya padahal selama ini Steven tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan Hanum.
"Kenapa kamu diam? Cepat minum susunya," kata Steven menyadarkan Hanum dari lamunannya.
Hanum dengan cepat meminum susu yang di buatkan oleh Steven.
"Terima kasih," ucap Hanum lalu menaruh gelas tersebut.
Hanum pun berjalan kembali ke kamarnya setelah meminum susu yang di buatkan oleh Steven.
Setelah membersihkan dirinya, Hanum kembali untuk sarapan karena perutnya sudah terasa sangat lapar. Saat berjalan menuju ke arah meja makan, Hanum kembali di buat canggung karena melihat Steven yang sudah duduk di ruang makan. Hanum kembali berjalan masuk ke dalam kamarnya tapi Steven langsung memanggil Hanum.
"Kenapa kamu kembali? Apakah kamu tidak mau sarapan?" teriak Steven dan tentu saja di dengar oleh Hanum.
"Ah iya," jawab Hanum tersenyum canggung lalu duduk di samping Steven.
Hanum pun mengambil beberapa lauk dan juga nasinya, entah mengapa kehadiran Steven membuat Hanum merasa sangat canggung dan tidak bisa melakukan apapun yang dia sukai.
"Kau harus makan yang banyak dan ingat untuk memakan makanan yang bergizi karena itu sangat penting bagi perkembangan bayi di dalam perut kamu," kata Steven dengan memberikan lauk dan juga sayuran di piring Hanum.
"Kenapa kamu berubah?" pertanyaan itu yang sejak kemarin berada di dalam pikiran Hanum. Pertanyaan tentang sikap Steven yang tiba-tiba berubah padanya, padahal Hanum masih sangat ingat dengan jelas bagaimana sikap Steven yang tidak menyukai dirinya.
Steven langsung terdiam saat mendengar pertanyaan dari Hanum.
"Kenapa? Apakah kamu tidak suka dengan sikap ku seperti ini?" Steven malah kembali memberikan pertanyaan kepada Hanum.
"Tidak, hanya saja waktu itu kamu masih sangat membenciku dan sekarang tiba-tiba kamu begitu perhatian padaku. Aku hanya ingin tau kenapa kamu sekarang sikap kamu berubah padaku?"
"Itu tidak penting. Alasan kenapa sikap ku berubah pada mu hanya saja sekarang yang terpenting adalah anak yang saat ini kamu kandung dan juga diri mu dalam keadaan baik-baik saja. Lagian jika aku tidak salah dengar kalau saat hamil ibunya tidak boleh merasa sedih karena itu akan mempengaruhi si janin jadi aku tidak mau terjadi sesuatu pada anak ku. Maka nya selama kau hamil aku tidak akan memperhitungkan atau membuat masalah dengan mu. Kau juga harus menjaga kondisi mu agar baik-baik saja karena ingat bahwa sekarang kau sedang mengandung ahli waris dari keluarga Dirgantara, kau mengerti!" kata Steven tampak mengatakan nya dengan tegas.
"Iya, aku mengerti." jawab Hanum dengan singkat.
Hari demi hari berlalu begitu cepat, saat ini Hanum sudah mulai terbiasa dengan sikap Steven yang begitu perhatian padanya bahkan Steven juga tidak segan-segan membawakan makanan untuk Hanum saat Hanum berada di dalam kamarnya tapi saat ini Hanum terlihat sangat gelisah.
"Ada apa dengan diriku? Kenapa malam-malam seperti ini aku malah ingin makan bakso. Mana ada coba bakso yang buka di jam seperti ini," ucap Hanum dengan perasaan gelisah nya dan terbayang-bayang makanan bakso yang di inginkan oleh Hanum.
"Sebaiknya aku tidur saja, besok pagi aku akan meminta paman Herman untuk mengantarkan aku pergi mencari tukang bakso," sambung Hanum lalu dia pun berjalan ke arah ranjang nya dan mulai memejamkan matanya.
Tapi setelah beberapa menit Hanum masih belum bisa tertidur dan Hanum sangat ingin memakan bakso.
"Aakkkh! Benar-benar menyebalkan, kenapa aku masih belum bisa tidur. Sebaiknya aku cara makanan lain saja." Hanum pun berjalan menuju ke arah dapur untuk mencari makanan agar dirinya tidak menginginkan bakso lagi.
Saat berada di dapur, Hanum mencari buah-buahan dan memakannya akan tetapi Hanum masih belum merasa puas dan masih menginginkan bakso.
"Sayang, apakah harus malam ini? Ini sudah tengah malam dan pasti tidak akan ada warung bakso yang buka di jam sekarang," kata Hanum berbicara dengan anak yang di dalam kandungan nya.
Saat Hanum merasa sangat frustasi tiba-tiba Steven datang dan melihat Hanum yang duduk ruang meja makan dengan wajah sedihnya.
"Kenapa kamu belum tidur?" tanya Steven berjalan menghampiri Hanum.
"Aku merasa lapar jadi aku mencari buah untuk aku makan," jawab Hanum dengan mengunyah buah nya.
Steven melihat ada sesuatu yang aneh pada Hanum, Steven melihat bahwa sekarang Hanum tidak benar-benar sedang lapar karena melihat Hanum yang memakan buah tersebut seperti tidak bernafsu.
"Kamu beneran lapar? Aku buatkan nasi goreng buat kamu,"
"Tidak! Aku tidak mau nasi goreng," jawab Hanum menolak makanan yang ingin di buatkan oleh Steven.
"Lalu kamu mau makan apa?" tanya kembali Steven.
"Aku mau makan bakso,"
"Bakso? Jam segini? Kamu yakin mau makan bakso di jam segini? Ini sudah tengah malam dan dimana warung bakso yang masih buka di jam seperti ini," Steven tampak terkejut mendengar keinginan Hanum yang ingin memakan bakso.
"Aku juga tidak tau, tapi saat ini aku benar-benar ingin makan bakso. Sejak tadi aku juga sudah berusaha untuk tidur tapi aku tidak bisa, aku mau makan bakso, hiks hiks," tangis Hanum seperti anak kecil yang merengek meminta sesuatu yang dia inginkan.
"Sudahlah, kamu jangan menangis. Aku akan meminta Paman Herman untuk mencarikan bakso buat kamu,"
"Aku gak mau, aku mau nya makan di tempat, aku gak mau kalau bakso nya di bungkus,"
"Tapi ini sudah malam, Hanum. Tidak baik wanita hamil seperti mu keluar malam,"
"Ya sudah kalau tidak boleh, aku tidak mau makan bakso lagi!" kata Hanum dengan wajah kesalnya pergi meninggalkan Steven. Hanum bahkan merajuk kepada Steven yang tidak mengijinkan nya untuk pergi makan bakso.