NovelToon NovelToon
Jejak Naga Langit

Jejak Naga Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Fantasi Wanita
Popularitas:615
Nilai: 5
Nama Author: HaiiStory

"Ada rahasia yang lebih dalam dari kegelapan malam, dan ada kisah yang lebih tua dari waktu itu sendiri."

Jejak Naga Langit adalah kisah tentang pencarian identitas yang dijalin dengan benang-benang mistisisme Tiongkok kuno, di mana batas antara mimpi dan kenyataan menjadi sehalus embun pagi. Sebuah cerita yang mengundang pembaca untuk menyesap setiap detail dengan perlahan, seperti secangkir teh yang kompleks - pahit di awal, manis di akhir, dengan lapisan-lapisan rasa di antaranya yang hanya bisa dirasakan oleh mereka yang cukup sabar untuk menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaiiStory, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cermin Pertama

Udara di dalam kompleks kuil terasa berbeda—lebih padat, lebih tua, seolah setiap molekulnya mengandung kenangan dari masa lalu yang jauh. Langkah kaki Mei bergema di lantai batu, menciptakan resonansi yang terdengar seperti lonceng-lonceng kecil yang berdenting dari kejauhan.

Lentera di tangannya memancarkan cahaya yang aneh, membentuk pola-pola bayangan yang tidak sesuai dengan hukum fisika yang dia kenal. Di beberapa tempat, bayangan justru bergerak mendekati sumber cahaya, bukan menjauhinya. Di tempat lain, bayangan membentuk huruf-huruf kuno yang muncul dan menghilang seperti kedipan mata.

"Ikuti air yang mengalir ke atas," Mei mengingat petunjuk dalam sketsa. Matanya menelusuri halaman kuil, mencari tanda-tanda yang mungkin menunjukkan jalan menuju Kolam Cermin yang disebutkan dalam legenda.

Di tengah halaman, sebuah paviliun kecil berdiri dengan anggun. Pilar-pilarnya yang terbuat dari kayu hitam berkilau aneh dalam cahaya lentera. Mei mendekat, dan saat cahaya lenteranya menyentuh salah satu pilar, dia melihat ukiran-ukiran halus yang tampak bergerak—naga-naga kecil yang meliuk naik, mengikuti alur yang tampak seperti aliran air yang mengalir ke atas.

"Gravitasi adalah ilusi bagi mereka yang memahami bahwa arah hanyalah persepsi," sebuah suara yang familiar terdengar dari belakangnya.

Mei berbalik dengan cepat. "Liu Shan?"

Tapi yang berdiri di sana bukan Liu Shan yang dia kenal—pengantar susu yang pemalu dengan senyum canggung. Sosok di hadapannya memang memiliki wajah Liu Shan, tapi cara dia berdiri, cara dia menatap, semuanya berbeda. Dia mengenakan pakaian kuno yang rumit, dengan bordiran naga perak yang tampak bergerak dalam cahaya lentera.

"Kau mengenalku dengan nama itu," Liu Shan—atau siapapun dia—tersenyum. Senyumnya mengandung kesedihan yang sangat dalam. "Tapi aku pernah memiliki nama lain, di masa ketika air masih berbicara dengan naga dan bulan masih menyimpan rahasia-rahasianya sendiri."

"Siapa kau sebenarnya?" Mei menggenggam lentera lebih erat, merasakan tanda di pergelangan tangannya berdenyut lebih kuat.

"Aku adalah Zhao Ming, Penjaga Cermin Air—." Dia mengambil satu langkah mendekat, dan Mei bisa melihat bahwa matanya kini memiliki warna keperakan yang tidak natural. "Lima ratus tahun yang lalu, ketika segel pertama retak dan para naga mulai terbangun dari tidur panjang mereka, kami—para Penjaga Cermin—membuat keputusan yang mengubah alur takdir."

"Lima ratus tahun?" Mei menggeleng tidak percaya. "Tapi kau... kau Liu Shan. Aku mengenalmu sejak..."

"Sejak dua tahun lalu, ketika aku muncul di kedai tehmu untuk pertama kalinya?" Liu Shan—atau Zhao Ming—tersenyum lagi. "Ingatan itu nyata, tapi juga tidak. Seperti air yang bisa mengalir ke dua arah sekaligus, waktu terkadang mengikuti alur yang tidak linear."

Sebelum Mei bisa merespons, suara gemuruh pelan terdengar dari bawah tanah. Lantai batu di bawah paviliun mulai bergetar, dan perlahan-lahan, ubin-ubin batu mulai bergeser dengan sendirinya, membentuk pola spiral yang menuju ke bawah.

"Tangga menuju Kolam Cermin," Zhao Ming menjelaskan. "Hanya akan muncul saat bulan sepenuhnya tertutup awan dan saat seseorang dengan tanda Penjaga hadir." Dia menunjuk ke pergelangan tangan Mei.

Mei menatap tangga spiral yang kini terbentang di hadapannya. Dalam cahaya lentera, anak-anak tangga tampak seperti terbuat dari kaca atau kristal, memantulkan cahaya dengan cara yang membuat mereka tampak seperti mengambang di udara.

"Mengapa kau menghilang tadi? Di kedai?" Mei bertanya, masih belum sepenuhnya memahami situasi yang dia hadapi.

"Karena waktu yang tepat belum tiba. Kau perlu membuat keputusan untuk datang ke sini atas kemauanmu sendiri, bukan karena dorongan atau panduan dariku." Zhao Ming melangkah ke arah tangga. "Tapi sekarang, aku akan menjadi pemandumu—setidaknya untuk bagian perjalanan ini."

"Dan Wei An? Siapa dia sebenarnya?"

Wajah Zhao Ming mengeras saat mendengar nama itu. "Wei An... adalah cermin yang retak, Penjaga yang kehilangan arah. Dia adalah peringatan tentang apa yang bisa terjadi ketika seseorang mencoba mengubah takdir terlalu jauh." Dia berhenti sejenak. "Tapi itu cerita untuk waktu yang lain. Sekarang, kita harus bergegas. Cermin Pertama hanya akan menampakkan diri selama bulan bersembunyi, dan ada yang harus kau lihat sebelum fajar."

Mei mengikuti Zhao Ming menuruni tangga spiral. Setiap langkah yang mereka ambil menciptakan riak-riak cahaya yang merambat ke atas, seperti air yang menolak untuk tunduk pada gravitasi. Udara semakin dingin dan lebih padat seiring mereka turun lebih dalam, membawa aroma seperti hujan kuno yang tidak pernah mencapai tanah.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah ruangan bundar yang luas. Pilar-pilar tinggi menjulang hingga ke kegelapan di atas, dihiasi ukiran-ukiran naga yang tampak lebih hidup dan lebih detail dari yang pernah Mei lihat sebelumnya. Di tengah ruangan, sebuah kolam berbentuk lingkaran sempurna berisikan air yang tampak hitam seperti tinta.

"Kolam Cermin," Zhao Ming berkata dengan suara yang penuh hormat. "Tempat di mana air pertama kali belajar untuk bermimpi."

Mei mendekat ke tepi kolam, mengangkat lenteranya. Tapi alih-alih memantulkan cahaya, air dalam kolam tampak menyerap cahaya itu, menariknya ke dalam kedalaman yang tampak tak berdasar.

"Apa yang harus kulakukan?" tanya Mei.

"Tunjukkan tandamu pada air," Zhao Ming menginstruksikan. "Biarkan air membaca kisah yang tertulis dalam darahmu."

Mei mengulurkan tangannya di atas permukaan kolam. Seketika, tanda sisik naga di pergelangan tangannya bersinar lebih terang dari sebelumnya. Air dalam kolam mulai bergerak, membentuk pusaran yang berputar ke atas, melawan gravitasi, menciptakan pilar air yang perlahan-lahan mengkristal menjadi sesuatu yang tampak seperti cermin cair.

Dalam cermin itu, Mei melihat pantulan yang bukan dirinya—atau setidaknya, bukan dirinya yang sekarang. Dia melihat seorang gadis muda dalam pakaian pendeta kuno, berdiri di ruangan yang sama ini lima ratus tahun yang lalu. Di sekeliling gadis itu, lima naga melayang dalam formasi rumit, masing-masing membawa cermin yang memantulkan bagian berbeda dari realitas.

"Itu..." Mei tergagap.

"Ya," Zhao Ming mengangguk. "Itu kau, dalam kehidupan yang lain. Atau mungkin, dalam kehidupan yang belum terjadi. Dalam Kolam Cermin, masa lalu dan masa depan adalah satu dan sama."

Tiba-tiba, air dalam kolam bergetar keras. Pantulan dalam cermin cair mulai berubah, menunjukkan serangkaian gambar yang bergerak cepat: sebuah ritual kuno yang gagal, lima naga yang mengamuk, para pendeta yang berkorban untuk menyegel kekuatan yang lepas kendali, dan seorang pria muda dengan mata seperti cermin retak yang berteriak dalam keputusasaan.

"Wei An," Mei berbisik, mengenali wajah pria muda itu.

"Ya," Zhao Ming mengkonfirmasi. "Sebelum dia menjadi yang sekarang ini. Sebelum dia mencoba mengubah apa yang tidak seharusnya diubah."

Air dalam kolam kembali tenang, dan cermin cair perlahan-lahan mengkristal menjadi sebuah cermin sungguhan—cermin kuno dengan bingkai perak yang dihiasi ukiran naga. Cermin itu melayang di udara sejenak sebelum perlahan turun ke tangan Mei.

"Cermin Pertama telah memilihmu," Zhao Ming berkata. "Tapi ini baru permulaan. Masih ada empat cermin lagi yang harus ditemukan, dan masing-masing akan menunjukkan bagian berbeda dari kebenaran—dan kebohongan."

"Dan jika aku gagal menemukannya?"

"Maka segel akan sepenuhnya pecah, dan apa yang tertidur selama lima ratus tahun akan terbangun dalam kemarahan yang tak terbendung." Zhao Ming menatap ke arah tangga. "Fajar hampir tiba. Kita harus kembali ke atas. Tapi ingat, Mei Zhang—atau siapapun namamu dalam kehidupan yang lain—bahwa cermin tidak hanya memantulkan apa yang ada di hadapannya. Terkadang, cermin memantulkan apa yang tersembunyi dalam hati kita sendiri."

Saat mereka menaiki tangga kembali, Mei menggenggam Cermin Pertama di dadanya, merasakan energi aneh yang berdenyut dari benda kuno itu. Di belakangnya, air dalam Kolam Cermin kembali tenang, menyimpan rahasia-rahasia yang masih menunggu untuk diungkapkan.

Dan dari kejauhan, di suatu tempat di antara realitas dan mimpi, Wei An mengawasi dengan mata cerminnya yang retak, menunggu saat yang tepat untuk mengungkapkan bagian lain dari kisah yang telah terlalu lama disembunyikan.

1
muhammad haryadi
Makasih kak
Pisces gemini
semangat kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!