NovelToon NovelToon
Berteman Dengan Arwah Leluhur

Berteman Dengan Arwah Leluhur

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Hantu / Ilmu Kanuragan / Pendamping Sakti
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: rcancer

Karena hendak mengungkap sebuah kejahatan di kampusnya, Arjuna, pemuda 18 tahun, menjadi sasaran balas dendam teman-teman satu kampusnya. Arjuna pun dikeroyok hingga dia tercebur ke sungai yang cukup dalam dan besar.

Beruntung, Arjuna masih bisa selamat. Di saat dia berhasil naik ke tepi sungai, tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah cincin yang jatuh tepat mengenai kepalanya.

Arjuna mengira itu hanya cincin biasa. Namun, karena cincin itulah Arjuna mulai menjalani kehidupan yang tidak biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Lawan Empat

Malam itu, di saat hujan rintik-rintik dan di area yang cukup sepi, terlihat sebuah mobil warna hitam yang di dalamnya terisi empat pria, terparkir sendirian di tepi jalan dan di dekat hutan kota

"Mana anaknya? Kok nggak nongol-nongol?"

"Tunggu sebentar, katanya, dia bias dia pulang jam segini kalau lewat sini."

"Iya, Xel, kita tunggu aja. Bukankah di sini tempat yang pas untuk melancarkan rencana kita?"

"Benar. Apa lagi sekarang gerimis dan jalanan juga sepi. Sepertinya, alam mendukung kita untuk memberi pelajaran pada anak sialan itu."

Keempat pria yang usianya masih muda, sepertinya tengah memantau, menjalankan rencana yang sudah mereka susun sebelumnya.

Axel, Marvin, Brian dan Denis, terus menatap pada satu arah, berharap orang yang sedang mereka tunggu segera menampakan diri.

Dari raut wajah yang tergambar saat ini, nampak jelas keempat anak muda itu, geram pada seseorang, hingga mereka rela menunggu, tanpa mempedulikan kondisinya.

"Itu anaknya, Xel!" tunjuk Brian.

Serentak, semua mata langsung melempar ke arah yang sama. Benar juga, tak jauh dari mereka nampak seseorang yang sedang berjalan kaki pelan pelan sembari mendorong sebuah gerobag.

"Kita bergerak sekarang, Xel," titah Denis.

"Oke!" Axel tersenyum miring. Pria itu langsung menyalakan mobil yang mereka dia kemudikan.

Sedangkan tak jauh dari mereka, seorang anak muda, berjalan perlahan, ditemani rintik hujan, setelah seharian berkililing menjual jajanannya.

Karena terlalu menikmati suasana serta merasa lelah juga, anak muda itu tidak menyadari, ada mobil yang melaju ke arahnya. Begitu mobil itu semakin dekat, anak muda itu baru menoleh dan seketika matanya melebar dengan langkah kaki yang langsung bergenti.

"Aaaa..." anak muda berteriak kencang sampai matanya terpejam. Namun dia tidak merasakan apapun. Anak muda itu pun langsung membuka mata.

Anak muda itu terkejut, karena mobil berhenti tepat, menghadang jalannya. Anak muda itu penasaran sampai keningnya berkerut. Namun begitu kaca mobilnya dibuka, mata anak muda itu langsung melebar.

Satu persatu, keempat anak itu keluar dari mobil dan mereka kompak memandang remeh pada pemuda yang wajahnya agak memucat.

"Jadi ini, usaha sampingan mahasiswa yang berani mengusik ketenangan kita?" ucap Axel dengan bersandar pada mobilnya. "Hidup susah aja banyak gaya kamu, Jun."

Anak muda itu mencoba bersikap tenang. "Apa mau kalian?"

"Hohoho... santai, Bos," balas Axel. "Bukankah kamu yang lebih tahu, apa yang kita ingin kan?"

"Sudahlah, Xel, sikat aja langsung," Brian memprovokasi. "Tanganku sudah sangat gatal ini."

"Sabar dulu dong, Bro, santai," balas Axel. "Bukankah kalian penasaran, alasan anak ini memiliki niat membongkar kebiasan kita?"

"Ya pastinya cari muka," balas Denis. "Kuliah jalur beasiswa aja, berani-beraninya mengusik kita. Apa kamu sudah bosan hidup, hah!"

"Sabar, Denis, sabar," Axel masih bersikap kalem.

"Saya kan, hanya menyampaikan sesuatu, yang menurut saya benar," anak pendorong gerobag itu membela diri.

"Benar? Menurutmu, tindakanmu, benar?" Alis Axel sampai terangkat satu. Pemuda itu melangkah, mendekati Juna. "Berarti kamu sengaja, ingin membuat kami di keluarkan dari kampus, gitu?" Axel berbicara tepat di depan muka si pendorong gerobag.

"Tapi perbuatan kalian sudah sangat keterlaluan," anak itu pun tak mau kalah.

"Halah, banyak omong kamu!" Marvin melangkah cepat dengan tangan terkepal. "Ini urusan kami, kamu nggak perlu ikut campur, bededah!"

Dakh!

Marvin langsung melayangkan kepalan tangan dan berhasil mendarat di pipi sang target. Tubuh anak itu terhuyung. Marvin pun kembali mengulang perbuatannya, namun kali ini, anak itu berhasil menahan serangan lawan.

"Kamu melawanku? Hah! Oke, aku ladenin."

Perkelahian pun tak bisa dihindari. Bahkan, teman-teman Marvin juga ikut menyerang anak itu secara membabi buta.

Awalnya anak bisa mengatasi keadaan. Namun, karena tenaganya yang sudah terkuras habis oleh kuliah dan jualan keliling, anak itu pun mulai kehilangan fokusnya.

Ketika anak itu tersudut di tepi jalan, dengan penuh semangat, salah satu dari empat pria muda langsung mengangkat kaki dan mendorong telapak sepatunya dengan kencang sampai menghentak dada si pendorong gerobag.

Seketika anak itu terhuyung, dan dia kehilangan keseimbangan. Di saat itu juga sebuah kepalan tangan mendarat di pipi kanan anak itu dan kepalan itu sukses menumbangkan si pendorong gerobag, bahkan sampai tubuh anak itu terguling dan terjebur ke dalam sungai.

"Waduh! Juna tenggelam!" seru Denis. "Bagaimana ini?" Seketika dia pun panik. "Mana sungainya dalam lagi."

"Gimana ini, Xel? Kalau Juna mati bagaimana?" ucap Marvin panik.

"Tunggu-tunggu, jangan panik," ucap Axel. "Kita tunggu beberapa saat lagi. Pasti dia bakalan muncul."

Semua setuju. Dengan dada yang berdegup kencang, semua berharap kalau dugaan mereka salah. Namun, beberapa menit waktu berlalu, mereka justru semakin terlihat frustasi.

"Gimana, Xel? Juna nggak muncul-muncul?" Brian semakin panik.

"Ah, sial! Kenapa jadi kaya gini sih?" umpat Marvin frustasi. "Aku nggak mau di penjara, nggak, aku nggak mau!"

Iya, Xel, gimana ini?" Denis pun sama paniknya.

"Kalian pikir, aku juga nggak bingung apa?" Axel pun kesal pada sikap teman-temannya. "Lagian, siapa coba tadi yang menendang dan menghantam Juna terakhir kali?"

"Udah-udah, jangan ribut," ucap Brian. "Mending, kita secepatnya pergi dari sini, ayo!"

"Benar, sebaiknya kita segera pergi, mumpung jalanan masih sepi, ayok!"

Keempat anak muda itu langsung bangkit dan bergerak cepat menuju mobil mereka. Tanpa pikir panjang, mereka langsung kabur ketakutan.

Sementara itu, tak jauh dari tempat kejadian, dan masih satu aliran sungai di tempat seseorang tenggelam, Arjuna, nama anak muda si pendorong gerobag justru sekuat tenaga naik permukaan di sisi sungai yang lain.

Beruntung, saat tercebur ke dalam sungai, Juna masih dalam keadaan sadar. Dengan segala sisa tenaga yang dia miliki, Juna memilih menenggelamkan diri dan perlahan bergerak mengikuti arus sungai hingga berhasil menjauh dari lokasi.

Setelah berhasil mendarat, Juna berbaring sejenak untuk mengatur nafas dan mengumpulkan segenap tenaga yang ada.

Di saat Juna sedang terdiam, tiba-tiba dia dikejutkan dengan sesuatu yang menimpa kepalanya.

Pletak!

"Aduh!" Juna reflek memegang kepalanya yang tertimpa sesuatu. Saat itu juga, tatapannya tertuju pada benda yang baru saja mengenai kepalanya.

"Apa ini?" Juna memungutnya. "Cincin batu akik?" Juna pun memperhatikan benda yang kini ada di tangannya. "Aku yakin pemilik perhiasan ini, pasti sengaja membuangnya. Cincin kaya gini, mana laku mahal? Mending aku buang saja."

Juna pun bersiap untuk melemparnya. Namun, sebel cincin itu terlempar, tiba-tiba Juna ingat sesuatu. "Bapak kan suka cincin akik kaya gini, mending aku kasih Bapak aja deh."

Juna tersenyum, lalu dia bangkit dan menaruh cincin di saku celananya. Dia pun segera naik dan kembali menuju tempat semula untuk mengambil gerobagnya.

Tak lama setelah Juna pergi, datanglah sebuah mobil berhenti di sana. Lalu, muncullah dua orang dari mobil tersebut dengan raut wajah yang

"Kemana tadi kamu melempar cincin saya, hah!"

"Ke sekitar sini, Tuan!"

"Dasar, wanita tak tahu diuntung. Cepat cari cincin itu sampai ketemu. Kalau tidak, aku pastikan tamat riwayatmu!"

Dengan ketakutan, wanita itu bergegas menjalankan perintah dari si pria.

1
Yuliana Purnomo
betuuull dugaan Juna
Was pray
kenapa klawing gak ngasih tau juna kl tarminem nencari cincin itu dan resikonya jika sampai cincin itu bisa diambil oleh tarminem? bego' banget kamu wing wing ...
Apriyanti
lanjut thor
ichcha
lanjut
Hardware Solution
koq Klawing nggak terus terang saja ya?
Yuliana Purnomo
cerdas juga mereka punya pemikiran andai tarmini berkhianat ke mereka berdua,,emng harus antisipasi
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
makin seru cerita nya ni
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Yuliana Purnomo
Klawing pasti terkejut kalau ibunya Juna anaknya mantan boznya
Yuliana Purnomo
Klawing firasat mu gak salah lagi,, cepat balik kerumah Juna,, takutnya geng tarmini bikin ulah di rumah juna
Yuliana Purnomo
kapooookkk diciduk polisi Axel
Yuliana Purnomo
siapa lagi yg jadi korban Heng anak manja itu lah,, kasian nya gadis itu
ichcha
lanjut
ichcha
lanjut kak
Apriyanti
lanjut thor 🙏
Apriyanti
lanjut thor
ichcha
lanjut kak
Yuliana Purnomo
normal siih mi,,Axel nya,,cuma nakal mi
Yuliana Purnomo
ODGJ dijadikan umpan untuk bisa masuk ke tuan Bratawali
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!