NovelToon NovelToon
Sebuah Titik Di Horizon

Sebuah Titik Di Horizon

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Gama Lubis

Seorang gadis yang tidak percaya cinta karena masa lalunya, tidak percaya dengan dirinya sendiri. Kemudian dihadapkan dengan seseorang yang serius melamarnya.


Jika dia akhirnya menerima uluran tangannya, akankah dia bisa lepas dari masa lalunya atau semakin takut ?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gama Lubis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bicara Berdua

Naima akhirnya memutuskan untuk memberi Malik kesempatan. Bukan hanya untuk mengenal dirinya lebih dekat, tetapi juga untuk meyakinkan hatinya sendiri bahwa Malik adalah lelaki yang baik. Sebagai langkah awal, dia memutuskan untuk mengajak Malik berkunjung ke panti asuhan tempatnya dulu dibesarkan—tempat yang menyimpan begitu banyak kenangan pahit dan manis.

Sebenarnya, pertemuan mereka kali ini murni kebetulan. Naima tidak pernah merencanakan untuk bicara banyak dengan Malik, apalagi mengajaknya ke tempat yang begitu personal baginya. Namun, karena Yudha secara tak terduga ikut terlibat, Naima memberanikan diri mengambil langkah ini. Dengan kehadiran Yudha, setidaknya dia merasa ada seseorang yang bisa membantunya mengatasi kekakuan yang mungkin terjadi. Meski begitu, dia juga tahu, sifat Yudha yang unik bisa saja justru memicu pertengkaran dengan Malik jika suasana tak terkendali.

Saat ini, mereka bertiga sedang duduk di dalam bus yang melaju pelan menuju panti asuhan. Sebelum keberangkatan, Naima sempat mengabari keluarga angkatnya tentang rencana dadakannya ini—walau sebenarnya, rencana itu lebih tepat disebut impulsif.

Semua bermula dari pertemuannya dengan Yudha di taman kota kemarin siang. Lelaki itu dengan santai menyebutkan keinginannya untuk mengadakan perayaan kecil di panti asuhan sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilannya di persidangan. Awalnya, Naima menolak mentah-mentah. Dia tidak ingin terjebak dalam nostalgia yang mungkin akan mengguncang emosinya. Tetapi, dengan kepandaiannya yang licik, Yudha berhasil membelokkan keputusannya. Alhasil, kini mereka bertiga berada di dalam bus, menuju tempat yang telah menjadi saksi bisu masa kecil mereka.

Seperti yang sudah diduga, Yudha tahu persis bagaimana memegang kendali situasi. Tanpa ragu, dia langsung menuntun Malik untuk duduk bersamanya. Malik, meski awalnya menolak, akhirnya menyerah setelah kondektur dengan tegas menyuruh mereka segera duduk. Yudha, dengan senyum kecilnya yang penuh kemenangan, berhasil membuat Malik menurut.

Sementara itu, Naima memilih untuk mengambil kursi kosong di samping seorang wanita paruh baya. Tangannya sibuk memainkan ujung kerudungnya, pikirannya melayang-layang. Sesekali dia melirik ke arah Yudha dan Malik yang duduk beberapa baris di depannya.

***

Di sisi lain, di kursi Malik dan Yudha, suasana terasa canggung. Yudha menghela napas panjang, menatap lurus ke depan dengan wajah masam. Rencana yang ia susun untuk perayaan kecil ini terasa kacau sejak Malik ikut bergabung. Bagi Yudha, Malik adalah tamu yang tidak diundang, namun terpaksa diterima.

Malik, di sisi lain, tampak santai. Pandangannya terarah pada gerimis yang membasahi kaca jendela bus. Jemarinya mengetuk-ngetuk pegangan kursi dengan irama pelan, seolah tidak peduli dengan aura tegang di sampingnya. Akhirnya, untuk memecah keheningan, Malik membuka mulut.

“Untuk seseorang yang pandai bersilat lidah, ternyata Lo ga bisa berkutik di hadapan cewek,” celetuknya datar, menoleh sekilas ke arah Yudha.

Yudha mengerutkan kening, lalu menatap Malik dengan ekspresi tak percaya. “Apa maksud lo?” tanyanya, nada suaranya sedikit tajam.

“Naima,” jawab Malik santai, bibirnya melengkung membentuk senyum kecil. “Siapa lagi?”

Yudha menoleh, lalu mendengus pelan. “Buat gw Naima bukan orang lain,” balasnya akhirnya, dengan nada yang lebih serius. “Bagi gue, dia temen, saudara, keluarga, atau apa pun istilah yang mau lo pake.”

Malik menaikkan alis, tampak setengah tertarik dengan jawaban Yudha. Namun, dia tetap diam, membiarkan Yudha melanjutkan.

Yudha menghela napas panjang, menatap lurus ke depan. Suaranya terdengar berat saat ia melanjutkan, “Kami dua orang yang sama-sama ditelantarkan,” ujarnya, nada bicaranya melunak. “Banyak hal yang terjadi, dan hampir semuanya kita jalanin bareng.”

Malik merenung sejenak, mencoba menyusun potongan-potongan pernyataan Yudha dan semua yang ia amati tentang hubungan antara Naima dan Yudha. Hubungan mereka tampaknya jauh lebih kompleks dari yang dia kira, dan kehadiran Yudha di dekat Naima bukanlah sekadar kebetulan. Naima yang selama ini tampak tertutup dan sulit bergaul, bisa berbicara santai dengan Yudha di halte bus, itu bukan hal yang biasa bagi Malik.

Namun, semakin dalam Malik berpikir, semakin banyak pertanyaan yang muncul. Jika hubungan mereka sedekat itu, jika keduanya hampir mencapai titik komitmen, apa yang membuat mereka mengakhiri semuanya?

“Gue tau Lo ngelamar Naima, tapi Lo pikir kenapa dia belum juga kasih Lo jawaban?” tanya Yudha

Malik menatap Yudha dengan pandangan sulit ditebak, alisnya sedikit terangkat. Suasana di antara mereka kembali dipenuhi oleh bunyi gerimis yang memukul kaca bus, menciptakan irama monoton yang seolah menyamarkan ketegangan.

Yudha menoleh sekilas, sorot matanya serius. “Karena Naima masih menganggap Lo orang asing,” katanya dengan tegas.

Malik terdiam, kata-kata Yudha seperti pukulan yang menghantam dadanya. Ia membuka mulut, hendak membalas, tapi menutupnya kembali. Apa yang Yudha katakan bukan sepenuhnya salah.

“Dia nggak pernah cerita soal dirinya yang sebenarnya, kan?” lanjut Yudha. “Naima bukan tipe orang yang gampang percaya. Kalau dia belum kasih jawaban, itu karena dia belum yakin Lo ngerti siapa dia, apa yang dia rasain, apa yang dia sembunyiin.”

Malik menundukkan kepala, mengusap dagunya sambil merenung. “Gue nggak ngejar dia cuma buat dapetin jawaban ‘ya’ atau ‘nggak’, Yud,” katanya akhirnya, suaranya datar tapi tegas. “Gue mau ngerti dia. Gue mau dia tahu gue serius.”

Yudha menatap Malik dalam-dalam, mencoba mencari kebohongan di balik ucapannya. Tapi ia tidak menemukannya.

“Kalau gitu, buktikan,” kata Yudha singkat, nadanya dingin namun penuh arti.

“Tanpa Lo minta pun akan gw buktikan,” balas Malik sambil menatap Yudha dengan keyakinan.

Yudha hanya mendengus pelan, lalu mengalihkan pandangan kembali ke luar jendela. Di balik dinginnya sikap Yudha, ada rasa lega yang samar. Setidaknya, Malik tahu bahwa mendapatkan kepercayaan Naima bukanlah hal yang mudah.

“Ngomong-ngomong, Lo tau itu dari mana?” Malik bertanya, mencoba menyembunyikan rasa malunya. Lamaran yang seharusnya jadi urusan pribadi malah diketahui oleh orang yang tidak terduga seperti Yudha.

Yudha tersenyum kecil, tapi tidak langsung menjawab. "Apa itu penting?" balasnya santai, sedikit tertawa. "Gw punya alasan kenapa gw perhatian sama Naima. Gw pernah bikin kesalahan fatal—kesalahan yang bikin Naima mulai berhenti percaya sama orang lain. Kesalahan yang harus gw tebus.”

Malik ingin bertanya lebih lanjut, namun memilih untuk menahan diri. Situasi ini bukanlah waktu yang tepat untuk menggali masa lalu orang lain, terlebih tentang Naima. Sebagai orang yang baru mencoba memasuki kehidupannya, Malik sadar ada batasan yang harus dihormati.

Ia memutuskan untuk bersabar, membiarkan kebenaran itu datang padanya perlahan—seperti kepingan puzzle yang sedang ia susun. Satu per satu, potongan itu akan membentuk gambaran yang utuh, jika ia cukup tekun dan hati-hati.

Sambil memandang hujan yang membasahi jalanan di luar, Malik menarik napas panjang, seolah meyakinkan dirinya sendiri. "Akan ada waktunya," gumamnya dalam hati, matanya menerawang jauh.

Yudha yang duduk di samping hanya melirik sekilas, seperti bisa membaca isi pikiran Malik. Tapi dia memilih untuk diam, membiarkan ketenangan sesaat mengisi ruang di antara mereka.

1
sSabila
Hai kak aku udah baca beberapa part dan sudah aku like, ceritanya bagus banget kak

Jangan lupa mampir juga di novel terbaru aku "Bertahan Luka"

Ditunggu ya kak
Beerus
Wow, nggak nyangka sehebat ini!
gamingmato channel
Aku udah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu. Keep writing! 💕
☯THAILY YANIRETH✿
Mantap jiwaa!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!