[TAMAT] Tiba-tiba 7 orang dari keluarga Handoko meninggal dunia selang dua hari sekali. Ketuju itu semua laki-laki dan dimakamkan berjejer dimakam keluarga.
Dewi salah satu anak perempuan dikeluarga Handoko, sangat teramat penasaran dengan kejadian ini. Semua keluarganya diam seribu bahasa, seolah-olah semua ini takdir Tuhan. Disitulah awal Dewi akan mencari tahu masalah demi masalah dikeluarga ini.
Ikuti terus kisahnya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siswondo07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PROLOG
Kampung Sugatra sore itu sangat tenang, langit senja dari arah barat begitu menguning, angin semilir membawa burung-burung terbang untuk kembali ke sangkarnya. Orang tua mulai sibuk mencari-cari anaknya yang entah main kemana untuk pulang karena hari semakin surup (menjelang magrib). Sementara digardu pos para anak bujang sedang sibuk main gaple, mereka belum mandi dan pulang kerumahnya masing-masing. Orang tua yang lewat bersiap ke masjid memberi tahu yg baik pun tidak dihiraukannya.
Semua sibuk saling maki, saling ngumpat dan yg kalah main dikasih tepung wajahnya sampe putih. Disaat itu juga bujang tanggung itu mulai jenuh dan menghentikan permainan gaple. Salah satu dari anak bujang bernama Suryo berkata "Besok aku pamit ya, aku ikut kerja pamanku dikota."
"Wahhh buru-buru amat kau pergi Yo." Saut Jul. Tangannya masih sibuk membereskan gaple.
"Ia nggak enak nganggur lama disini, aku juga pengen bahagiakan Mamakku." Jawab Suryo.
"Aku juga Minggu depan pergi" Ucap temen lainnya, begitupun seterusnya sampai ke empat anak muda akan meninggalkan kampung ini.
Sementara Suryo menanyakan pada temen yang sedari tadi diam, namanya Rohman. "Kamu gimana Rohman, tetep disini apa gimana?" Tatap mata Suryo dengan serius, menunggu jawabannya.
Para bujang lainnya juga menatap Rohman lekat-lekat menunggu jawaban teman paling pendiam ditongkrongan ini.
"Nggak tau aku. Tapi lagi cari-cari informasi kerja dikota juga." Jawab Rohman. Lalu ia Berdiri dari duduknya.
"Aku izin balik duluan ya, ada urusan penting sekarang." Ucap pamit Rohman pada temannya. Lalu ia melangkah cepat pergi meninggalkan tempat gardu itu.
Sepanjang perjalanannya, Rohman merasa sedih ditinggal para teman tongkrongan untuk ke kota. Ia mempercepat lagi laju langkahnya untuk sampai dirumah. Sampai dirumah ia masih terdiam, bersih-bersih badan dan masuk ke kamarnya.
Rohman duduk dipinggir ranjang tidurnya, menatap ke arah jendela luar, ia merasa juga pengen merantau kekota cari pengalaman kerja. Detik itu tekatnya sudah bulat Ingin merantau ke kota.
Kumandang adzan magrib terdengar dikuping Rohman, Ibunya mengetuk pintu dan menyuruh Rohman untuk solat ke masjid, namun. Jawaban Rohman "ia Buk." Tapi tidak dijalankan solat dimasjid. (Solat dimasjid sangat diwajibkan bagi laki-laki).
Rohman memutuskan solat dirumah. Masih malas untuk ibadah walau berkali-kali disuruh orang tua solat dimasjid. Setelah solat ia menuju ke meja makan untuk makan malam. Dimeja makan ada Ibu, Bapak dan adiknya Juliar yang masih sekolah SMP. Rohman duduk dimeja dan mulai berdoa bersama. Selama makan bersama tidak ada kata-kata apapun, hingga Rohman memberanikan diri untuk membuka obrolan yang cukup akan membuat gaduh malam ini.
"Bapak, maaf saya mau ngomong hal yang penting." Ungkap Rohman, wajahnya sedikit tegang kalo berhadapan dengan Bapaknya yang galak.
"Ngomong apa Le." Tanya penasaran Bapak nya. Matanya tajam menatap Rohman.
"Saya ingin merantau ke kota Pak, semua anak-anak seusia saya pergi ke kota." Ucap Rohman dengan suara nada yang mulai goyah dan terpaksa harus diungkapkan biar tidak terpendam.
Sontak Bapaknya kaget dan pupil matanya melebar, tanda sesuatu ucapan Rohman tidak akan disetujui.
"Man, kamu bukan orang susah, Bapak dikampung ini ada sawah, ladang, rumah besar, kurang apa lagi Nak. Kamu kekota mau ngapain. Temenmu kekota itu karena masalah ekonomi, kamu jangan ikut-ikut sama mereka. Kamu berkecukupan disini. Bapak nggak izinkan kamu merantau, buang-buang waktu. Kamu mau Bapak jadikan mandor gantiin Bapak." Ucap panjang lebar, lalu Bapak lekas menenangkan diri, tangannya megambil air gelas teh hangat dan meminumnya.
Ibu hanya diam, melihat Bapak dan Rohman sedang diskusi. Ibu membawa pergi Juliar ke kamarnya.
"Tapi Pak, saya belum siap jadi yang Bapak inginkan. Biarkan saya merantau lebih dulu cari pengalaman." Kekeh Rohman dengan tujuannya yang menambah murka Bapaknya.
Bapaknya berdiri dengan begitu murka dan kesal dengan kengeyelan Rohman. "KALO BAPAK NDAK SETUJU YA NDAK SETUJU. KAMU TETEP DISINI." Ucap Bapak dengan nada tinggi, matanya sambil melotot tajam ke Rohman.
Rohman takut, lalu terdiam peluh, matanya menatap ke bawah. Tidak ada kata yang ingin ia ucapkan lagi.
"Jadi bocah ngeyel." Ungkap Bapak kesal. Lalu Bapak pergi meninggalkan Rohman sendirian diruang makan.
Rohman lalu hanya diam, berfikir bahwa tekatnya sudah bulat. Lalu Rohman yang kecewa melangkah pergi ke kamarnya.
Sepanjang malam dikamarnya, ia belum bisa tidur, tubuhnya terlentang menatap atap kamarnya, memikirkan untuk cara lain pergi ke kota. Ia punya ide untuk kabur besok malam ke kota. Tekat sudah bulat.
-
Malam berikutnya, ia sedang menyiapkan baju seadanya untuk dimasukan ke dalam tas ransel. Tiba-tiba ibu mengetuk pintu dan masuk begitu saja. Sontak Rohman menghentikan aktivitasnya dan menyembunyikan tas ransel ditempat yang tak terlihat.
"Man. Kamu lagi apa?" Tanya Ibu, lalu Ibu duduk ditepi ranjangnya.
Sebelum menjawab Rohman duduk disamping Ibunya. Lalu berkata "Lagi cari kaos tipis Buk, gerah malam ini." Rohman berusaha bersikap biasa saja tanpa ada rasa curiga.
"Maafkan Ibu ya Le, nggak bisa bela kamu. Ibu setuju aja dengan keputusanmu, tapi kembali lagi sama persetujuan Bapakmu." Ucap Ibu, tatapannya begitu tulus pada Rohman. Lalu memeluk Rohman.
"Terima kasih ya Buk. Rohman sayang sama Ibu." Ungkap Rohman yang memeluk erat Ibunya.
"Ya sudah, sudah malam, Ibu mau tidur ya." Ucap Ibu. Ibu melepas pelukannya dan beranjak berdiri untuk keluar dari kamar Rohman.
Rohman tersenyum tipis sebelum Ibu keluar kamarnya dan hilang dari pandangan.
Dijam tengah malam. Rohman sudah siap untuk kabur meninggilan rumah. Ia sudah siap dengan tas ransel. Ia membuka pintu jendelanya untuk keluar. Setelah diluar kamarnya, ia mengendap jalan lirih untuk meninggalkan rumahnya. Namun Rohman kaget melihat dijendela kamar adiknya, adiknya berdiri menatap lekat wajah Kakaknya Rohman. Anehnya Jaya tidak teriak atau apapun, ia hanya diam dan menganggukan kepalanya tanda mendukung keputusan Rohman.
Rohman merasa terharu. Ia tersenyum pada adiknya dan berjanji dalam hatinya kelak ia akan pulang kerumah ini lagi. Rohman mempercepat langkah kakinya meninggalkan Halaman rumah.
Dijalan raya ia berusaha cari ojek yang jarak dari rumahnya dua kilo tak kunjung juga menemukannya. Hingga saat jalan dipinggiran trotoar aspal, mobil tiba-tiba terlihat begitu cepat melaju, sepertinya dibelakang ada komplotan begal motor yang mencoba menghadangnya. Rohman panik. Ia berusaha menghindar arah laju mobil itu namun saat mobil menghempas didekatnya, anginnya membuat bulu kuduk Rohman berdiri untung nggak ketabrak. Sialnya tubuh Rohman terserempet motor begal yang ugal-ugalan. Motor begal dengan dua orang itu spionnya menyangkut kemeja Rohman hingga tubuhnya terpental kesemak belukar, ia tak sadarkan diri. Sementara motor begal jatuh entah kemana.
Lalu cahaya senter Handphone terlihat Dimata Rohman. Rohman bangun sempoyongan dengan dibawa seseorang kedalam mobil. Malam itulah awal dari semua cerita dimulai.
*