[Sedikit Dewasa karena mengandung unsur Liberalisme. Cerita ini juga mengandung Romance dan Action]
Dua gadis dengan wajah identik dan kepribadian berbeda dipertemukan di tengah hujan yang mengguyur Kota Roma. Demi menyelidiki hubungan di antara mereka pun bertukar tempat. Pertukaran identitas ini membawa mereka bertemu dengan Gionardo Alano mafia tampan nan kaya raya serta Dominic Acardi, teman sekolah yang menaruh rasa pada salah satu dari mereka. Cerita mereka bergulir di antara banyaknya musuh yang mencoba menyerang membuat bahagia jauh dari genggaman. Bagaimana kelanjutkan kisah mereka? Simak cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Calistatj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Ciuman Pertama
Arianna langsung mengambil kotak obat dan mengobati luka Dominic begitu mereka sampai di tempat tinggalnya. Mereka duduk di sofa yang berada di ruang tamu. Arianna menuangkan iodine ke kapas dan menempelkanya di luka Dom untuk luka memar gadis itu menggunakan salep memar.
Dom tersenyum sekilas melihat wajah Arianna yang terlihat sangat khawatir dan panik. Ia juga sangat telaten dalam mengobati luka. Dom merasa kalau gadis ini adalah pemberi luka dan penyembuh yang baik. Jemari Dom terulur untuk menahan tangan Arianna yang sedang mengobatinya.
“Ada apa?” Tanya Arianna bingung.
Dom menggenggam jemarinya dan mengecupnya lembut membuat kupu - kupu terus berterbangan di dalam hati gadis itu. “Grazie, Serena”
Jantung Arianna langsung berdetak dengan cepat setiap berada di dekat Dominic Acardi apalagi kalau lelaki itu memperlakukannya dengan manis seperti ini. “Kau baik - baik saja? Ada lagi yang terluka?”
“Kau mau melihat luka yang lain?”
“Biar aku obati juga” Arianna menawarkan. Hanya ini yang bisa ia lakukan untuk membalas kebaikan Dominic terhadapnya. Juga untuk menenangkan hatinya yang penuh dengan kekhawatiran.
Dominic melepas baju atasnya menampakan tubuh seksi lelaki itu yang membuat wajah Arianna langsung memanas melihatnya. “Aku terluka di sini, di sini, di sini, dan di sini” Lelaki itu menjukan setiap memar yang bisa dilihatnya.
Arianna meneguk ludahnya. “Biar aku obati” Katanya setelah kesadarannya kembali.
Arianna mengoleskan salep memar ke seluruh luka Dominic. Menyentuh kulit lelaki itu dengan ujung jarinya membuat debaran jantungnya kian kencang. Semoga Dominic tidak mendengarnya. Arianna menggigit bibirnya mencoba menahan perasaan aneh yang menggebu - gebu yang belum pernah dirasakannya.
Melihat Arianna menggigit bibir membuat Dominic langsung refleks menyentuh dagu belah itu. “Jangan gigit bibirmu”
Tatapan mata mereka langsung bertemu. Dari jarak sedekat ini Dom tahu kalau gadis di depannya memang benar - benar cantik seperti malaikat. Arianna hanyut oleh mata abu - abu Dominic Acardi yang sangat indah untuk dilihat. Waktu seakan berhenti untuk mereka.
Terbawa suasana membuat Dom refleks mendekatkan wajahnya pada wajah Arianna. Arianna tidak menolak. Dia memejamkan mata dan membiarkan bibir Dominic menyentuh bibirnya, lalu menyesap pelan bibir seksinya. Ini ciuman pertama Arianna dan dicuri oleh orang yang memang diinginkannya. Dom menangkup wajah Arianna tanpa melepaskan ciuman mereka.
Dom mendorong tubuh Arianna hingga punggungnya menyentuh sofa. Ciuman mereka menjadi kian panas. Beberapa menit sudah lewat, namun mereka masih saling mencium. Jemari Arianna tidak sengaja menjatuhkan kotak obat. Suara yang ditimbulkan membawa mereka kembali. Dom melepaskan ciumannya dari Arianna. Gadis itu menarik nafas, lalu menyeka bibirnya yang terasa basah oleh air liur.
“Maafkan aku, Serena” Dominic merasa tidak enak kepada Arianna, karena berani mencium gadis itu. Ia terlalu terbawa suasana.
Pipi Arianna bersemu merah. Ia tidak berani menatap Dominic. Arianna menikmati ciuman tadi dan sialnya ia berharap ciuman tadi berlangsung sedikit lebih lama.
***
Serena masih tertidur dengan nyenyaknya. Bangun pagi memang sesuatu yang sangat tidak cocok dengan dirinya. Gadis itu memiliki kebiasaan buruk yaitu lupa mengunci pintu kamar, karena biasa berada di tempat yang aman. Tinggal berdua bersama ibunya.
Kebiasaan ini terbawa sampai ke rumah Gionardo Alano. Pagi - pagi Gionardo sudah terbangun, karena tidurnya yang kurang nyenyak sejak kejadian penyerangan kemarin. Otak Gio terus memikirkan berbagai kemungkinan yang belum bisa ia kerucutkan. Gio menyelinap masuk ke dalam kamar Serena.
Lelaki itu berbaring di samping Serena dan memandangi wajahnya. Di mata Gio gadis ini sangat cantik dan menarik. Gionardo Alano belum mengerti akan perasaannya sendiri, namun ia merasa sangat tertarik pada gadis ini.
Ketertarikan yang ia rasakan tidak seperti biasanya. Gio pun merasa heran, karena ia sama sekali belum mencoba menyentuh Serena. Gio bertahan untuk tidak menyentuh tubuh molek itu. Gio ingin Serena sendiri yang memintanya untuk bercinta.
Tidur dengan anggun adalah hal yang jauh dari Serena. Gadis itu bergerak memeluk Gio, karena berpikir kalau Gio adalah bantalnya. Cuaca sedang dingin - dinginnya. Bantal hangat ini benar - benar membuatnya nyaman.
Gionardo terperangkap dalam pelukan Serena Loretta yang membuat hatinya berdebar - debar. Ia sama sekali tidak berusaha bergerak. Lelaki itu memejamkan mata dan kembali tidur dalam pelukan Serena.
***
Elena membuka pintu kamar Serena untuk membuka tirai kamar gadis itu. Serena tidur layaknya orang mati, hingga pelayan harus bergantian membuka tirai kamar gadis itu. Hal pertama yang Elena lihat adalah 2 orang yang sedang berpelukan dengan nyaman.
Serena tertidur di atas dada Gionardo Alano. Sedang tangan lelaki itu melingkari tangannya di pinggang Serena. Elena merasa apa yang ia lihat lebih buruk dari pada menyaksikan perampokan secara langsung. Hal yang Elena lihat adalah hal yang mungkin tak akan pernah ia dapatkan.
Elena tahu kalau Gio tidak tidur di kamar Serena, namun kenapa hari ini harus dirinya yang menemukan kenyataan ini. Hati Elena yang memang sudah retak rasanya semakin retak. Kelakuan Serena membuat Elena semakin meragukan apa yang Serena katakan kepadanya.
Elena melangkah mendekati jendela dan langsung menarik tirai dengan kencang. Sinar matahari langsung menyorot sejoli yang sedang berpelukan di atas kasur itu. Gio membuka mata karena silau dan mendapati Elena berada di dalam kamar itu.
“Apa yang kau lakukan?” Tanya Gio.
Serena yang mendengar suara berisik perlahan membuka matanya. Ia mendapati dirinya berada di dalam pelukan Gio. “Apa yang kau lakukan di sini?” Kehadiran Gio di dalam kamarnya sungguh membuat Serena merasa takut. Serena langsung memeriksa kondisinya memastikan kalau lelaki itu tidak macam - macam.
“Tenanglah. Kita hanya berpelukan”
“Kau memeluku secara sepihak?” Nada Serena meninggi.
“Kau yang lebih dulu memeluku, Nona. Iya kan, Elena?”
“Kapan kalian akan berhenti membuatku sakit hati?!” Elena menutupi wajahnya dan langsung membalikan tubuh meninggalkan mereka.
“Kau sungguh tidak melakukan apa pun terhadapku?” Serena memicingkan mata. Gionardo Alano sangat mencurigakan untuk dipercaya.
“Aku sungguh tidak melakukan apa pun selain membalas pelukanmu” Jawab Gio.
“Lalu, apa yang kau lakukan di kamarku?”
’Aku hanya ingin memandangi wajahmu” Jawab Gio.
Gionardo Alano memang lelaki berbahaya. Serena harus selalu merasa waspada akan kelakuan lelaki itu. Lelaki itu bisa mencuri segalanya, termasuk hati.
“Keluar kau dari sini” Serena langsung mengusir Gio.
“Kenapa aku harus keluar dari rumahku sendiri?”
“Aku tidak mau melihatmu!”
”Kenapa kau tidak mau melihatku?” Tanya Gio sambil menahan tawa
“Mengapa kau jadi banyak bertanya seperti ini?” Kata Serena frustasi dengan kelakuan Gio.
“Aku hanya mengikutimu, Nona”
Km jg semangattt