Iparku, Kekasih Rahasia Suamiku
"Pa, Ma, aku mau menikah.."
Pernyataan Benny seketika membuat keluarganya terkejut. Pasalnya, Benny selama ini selalu saja menolak jika diminta menikah oleh kedua orangtuanya, itu sebabnya saat tiba-tiba Benny mengutarakan isi hatinya, semua anggota keluarganya seakan tak percaya.
"Kamu serius mau menikah?" tanya Hendra -papa Benny-
Benny mengangguk yakin, "Serius, Pa," jawabnya.
"Siapa wanita yang mau kamu jadikan istri? Dan bagaimana asal usulnya? Apakah dia dari keluarga baik-baik atau dari keluarga yang bermasalah?" cecar Hendra.
Sebagai seorang konglomerat yang memiliki bisnis di mana-mana serta nama baik yang disandangnya selama ini, membuat Hendra dan juga istrinya -Retno- begitu posesif terhadap Benny. Keduanya selalu mengatur Benny dalam segala hal termasuk mengenai wanita yang ingin dinikahinya.
Hendra dan Retno sangat ketat dalam menyeleksi wanita yang akan menjadi pendamping hidup Benny kelak. Keduanya tak akan sudi menerima seorang wanita yang memiliki asal usul serta ekonomi yang lebih rendah dari mereka.
Meskipun tak lebih kaya, setidaknya si wanita harus sepadan ataupun sederajat kedudukannya dengan keluarga mereka.
"Namanya Luna, Pa, Ma. Dia itu anak dari partner bisnisku yang bekerjasama dengan perusahaan kita selama dua tahun ini. Tentang asal usulnya, sepertinya aku tak perlu menjelaskan secara detail karena aku yakin Papa pasti sudah mengetahuinya," terang Benny.
"Luna? Anaknya pak Rosyid bukan? Pemilik saham tertinggi di cabang perusahaan kita?" tanya Hendra, memastikan.
Benny mengangguk, mengiyakan.
"Ah, dia ternyata." Hendra tersenyum lebar. "Jika dia yang akan menjadi calon istrimu, maka Papa tak memiliki alasan untuk menolaknya," ucapnya senang.
"Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan wanita itu, Benn?" tanya Retno.
"Sudah ada setahunan ini, Ma," jawab Benny. "Kedua orangtua Luna juga sudah merestui hubungan kami. Tinggal restu papa dan Mama saja yang belum kami dapatkan," lanjutnya.
"Mama tentu saja merestui hubungan kalian berdua," ucap Retno. "Mama senang akhirnya kamu akan menikah, Benn, sudah sangat lama Mama menantikan momen seperti ini." lanjutnya.
Di antara semua orang, hanya adik Benny sajalah yang terlihat seakan tak peduli dengan kabar baik itu. Ekspresi wajahnya memperlihatkan ketidakpeduliannya terhadap kebahagiaan Benny.
"Dulu kan Mas Benny pernah bilang kalau tak akan menikah sebelum melihatku bahagia dengan seorang lelaki pilihanku. Tapi kenapa sekarang tiba-tiba jadi mau menikah?" celetuk Ningrum -adik Benny-
Benny tersenyum manis sambil menatap adiknya, "Rencananya sih begitu, Ning, tapi setelah Mas bertemu Luna, entah kenapa tiba-tiba saja rencana itu memudar dari pikiran Mas," kekehnya.
Ningrum mendengus mendengarnya, "Alasanmu terlalu mengada-ada, Mas," sungutnya.
Melihat gelagat aneh dari Ningrum, Benny pun lantas berdiri dari tempat duduknya. Ia berpindah tempat dan duduk di samping Ningrum.
"Kamu kenapa sih? Kamu tak suka ya kalau Mas menikah?" tanya Benny yang seakan tahu apa yang tengah dirasakan oleh adiknya.
Ningrum merasa malu mendengar pertanyaan Benny. Kedua netranya langsung mengarah ke papa dan mamanya demi melihat bagaimana ekspresi kedua orangtuanya saat ini.
"Bu- bukan tak suka, Mas. Aku cuma agak sedih saja. Kalau kamu menikah, pasti rumah ini jadi sepi," kilah Ningrum. "Iya kan, Ma?" Ningrum tiba-tiba saja menatap Retno seolah ia meminta mamanya itu untuk mendukung pernyataannya.
"Iya, Benn, nanti rumah ini bakalan sepi kalau kamu sudah menikah karena pastinya kamu dan istrimu akan tinggal di rumah kalian sendiri. Tak ada lagi canda tawamu yang akan kami dengar nantinya," ujar Retno.
Ningrum diam-diam menghembuskan nafas lega. Ia tampak sedikit mengulas senyum pada bibirnya setelah mendapatkan dukungan dari Retno.
"Yaa nanti kalau aku dan Luna sudah menikah, aku akan meminta Luna untuk ikut tinggal di sini bersama kita. Rumah ini akan semakin ramai karena kedatangan anggota baru," ucap Benny.
"Benarkah?" tanya Retno memastikan.
Benny mengangguk.
"Ah Mama sangat senang dengan rencanamu itu, Benn." kata Retno.
Benny tersenyum sambil menatap Ningrum, namun yang ditatap malah membuang muka dengan acuhnya.
**
Beberapa minggu kemudian, pernikahan yang Benny katakan akhirnya terwujud. Pesta besar-besaran terjadi di kediaman orangtua Benny. Semua keluarga besar Benny dan juga teman-temannya berkumpul untuk memeriahkan pesta.
"Selamat ya, Benn, akhirnya kamu menikah juga," ujar seorang teman Benny.
"Thanks ya, Bro, sudah datang ke pesta pernikahan kami." ucap Benny.
Pesta pernikahan Benny dan Luna berlangsung dengan sangat meriah. Sang mempelai selalu mengulas senyum di wajah, memamerkan kebahagiaan mereka kepada semua tamu yang datang.
"Ningrum, kamu sepertinya belum mengucapkan selamat untuk masmu," ujar Retno kepada anak perempuannya.
"Ah nanti sajalah, Ma," ucap Ningrum malas.
"Kalau sekarang bisa, kenapa harus ditunda sampai nanti sih, Ning?" Retno kembali meminta Ningrum untuk memberikan ucapan selamatnya kepada Benny dan Luna. Kali ini, ia sedikit memaksa. "Ayo.. buruan sana."
Ningrum menghela nafas, dengan malas ia beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah panggung pengantin.
"Selamat ya, Mas, semoga langgeng pernikahannya," ucap Ningrum seraya mengulurkan tangannya ke Benny.
"Terima kasih ya, Ning," balas Benny sembari menjabat tangan Ningrum.
Hal yang sama pun dilakukan Ningrum kepada Luna.
"Selamat ya, Mbak, akhirnya aku punya saudara perempuan." Ningrum tersenyum tipis sembari menjabat erat tangan Luna.
"Terima kasih ya, Ning," balas Luna. "Ngomong-ngomong kapan nih kamu mau menyusul?" tanyanya dengan niat becanda.
Ningrum tak menjawab, ia hanya tersenyum dan kemudian berlalu.
Malam kian larut, pesta pernikahan Benny dan Luna pun akhirnya berakhir. Setelah para tamu berlalu, Benny mengajak Luna untuk segera mengganti pakaian mereka di dalam kamar.
"Pesta ini benar-benar membuatku lelah." Dengan manja, Benny memeluk tubuh Luna dari belakang sambil ia menyandarkan kepalanya ke bahu Luna.
"Sama, Mas, aku juga lelah.." balas Luna.
Ceklek..
Di tengah obrolan keduanya, tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan sosok Ningrum yang membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu.
"Upss, sorry. Aku lupa kalau di kamar ini sekarang sudah ada penghuni wanitanya. Biasanya wanita yang keluar masuk kamar mas Benny cuma aku," kekeh Ningrum.
Benny melepaskan pelukannya. Ia berjalan mendekat ke arah sang adik sambil bertanya, "Ada apa, Ning?"
"Begini, Mas, aku kan sedang mengerjakan tugas kuliah, tapi laptopnya tiba-tiba error. Tujuanku kemari mau minta bantuan Mas Benny buat memperbaiki laptopku," jelas Ningrum. "Tapi- kalau Mas Benny sedang sibuk, tak jadi sajalah. Maaf ya mengganggu," ucapnya sembari menutup pelan pintu kamar.
"Ning,"
Mendengar namanya dipanggil, Ningrum pun langsung mengurungkan niatnya dan kembali membuka pintu kamar.
"Ada apa, Mas?" tanyanya.
"Mas ikut ke kamarmu biar Mas perbaiki dulu laptopmu," ujar Benny.
"Tapi ini sudah larut malam lho, Mas. Lebih baik besok saja memperbaikinya," ucap Luna, tepat sebelum Benny melangkah keluar.
Ekspresi wajah Ningrum seketika berubah usai mendengar ucapan Luna. "Tugasnya harus aku kirim ke dosenku malam ini juga, Mbak. Aku bisa tak dapat nilai kalau tak segera mengirimkannya," tukasnya.
"Masa sih?" Luna mengernyitkan dahi. Ia terlihat seperti tak percaya dengan apa yang diucapkan Ningrum barusan.
"Ayoklah, Mas, ikut aku ke kamarku. Tolong perbaiki laptopku," rengek Ningrum. Wanita muda itu memasang wajah memelas di hadapan Benny, hal yang selalu dilakukannya untuk merayu Benny agar kakaknya itu mau menuruti kemauannya.
"Iya iya, ayok ke kamarmu," ujar Benny. "Aku ke kamarnya Ningrum dulu ya. Kamu kalau sudah mengantuk, tidurlah dulu tak apa." pamitnya kepada Luna.
Sebelum berlalu, Ningrum sempat melayangkan pandangannya ke arah Luna. Ia tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. "Tinggal dulu ya, Mbak." ucapnya.
Seolah sengaja, Ningrum membiarkan pintu kamar terbuka lebar. Tanpa merasa malu, ia menggelayut manja di lengan Benny.
Keduanya berjalan bersama menuju ke kamar Ningrum.
Kejadian itu dilihat oleh kedua mata Luna. Ia terus saja memperhatikan tingkah keduanya dari tempatnya berdiri.
"Kenapa di mataku Ningrum itu sangat menyebalkan ya?" gumam Luna.
_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments