Kisah cinta diantara para sahabat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunshine_1908, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemesraan Jishan dan Nicya
"Lo apain dia bangsat!" Jaryan mencengkeram erat kerah kemeja Jishan dan menyudutkannya ke dinding di sudut ruangan.
"Hai, cantik. Aku memangnya ngelakuin apa?" godanya kepada Nicya yang berada di ambang pintu. Ia nampak seolah tak terintimidasi sama sekali dengan gertakan Jery padanya.
"Jer, tahan." Khaizan berusaha keras untuk melepaskan cengkeraman Jery pada Jishan, namun genggamannya begitu kuat.
Nicya adalah kelemahan terbesar yang dimiliki Jaryan. Padahal ia hanya melihat Nicya tertunduk lesu, tapi reaksinya sudah se-berlebihan ini. Bagaimana jika ia harus melihat air mata Nicya menetea. Bisa jadi, Jishan sudah tidak bernafas saat ini bukan?
"JER, LO TENANG, KASIH TAHU GUE ADA APA?" bentak Juan yang berhasil melepaskan cengkeraman Jaryan hanya dalam sekali sentakan.
"Keparat ini udah bikin Nicya malu, GUE GAK TERIMA?" ujarnya masih terbawa emosi.
Untung Marvin dan Ren datang di waktu yang tepat. Mereka berusaha menahan tubuh Jaryan meskipun membuat mereka kewalahan.
"Aku, aku..." Nicya berusaha untuk mengutarakan alasannya kenapa ia bisa terlihat begitu lesu di depan Jaryan tadi. Namun jika ia menceritakan segalanya dengan begitu detail, maka sama saja ia mempermalukan dirinya di hadapan kelima sejoli itu. Namun jika ia diam, maka Jishan yang tidak bersalah akan menjadi bulan-bulanan Jaryan dan keempat kawannya.
"Aku...." ujarnya lagi gagap, tanpa sanggup untuk melanjutkan kalimat selanjutnya.
"Gue gak sengaja numpahin minuman ke roknya dia." sela Jishan menyela perkataan Nicya.
Sepertinya ia tahu bahwa gadis itu merasa bersalah kepadanya. Namun sebuah kejujuran yang begitu berharga itu bisa saja ikut menghancurkan harga dirinya. Jishan tak ingin gadis itu melakukan hal tersebut.
Ia sudah terlanjur jatuh hati kepadanya, sejak pandangan pertama. Tatapan matanya yang teduh, serta tutur katanya yang lembut seakan telah menyihirnya untuk bisa terus membelanya sampai akhir.
Bahkan ia rela jika dirinyalah yang harus menjadi kambing hitam di hadapan kelima kakak seniornya yang sudah siap untuk menerkam ini.
"Gue kesandung, dan minuman itu tumpah di roknya dia. Sorry, siapa nama lo?" Ia benar-benar terlihat seperti seorang player saat ini. Bisa-bisanya ia masih sempat menanyakan nama di saat genting seperti itu.
"Aku Nicya." jawab gadis manis itu dengan gugup.
"Oke Cya. Gue tumpahin minuman gue ke rok nya dia. Roknya kotor, terus gue kasih pinjam jaket gue ke dia. Salah gue, karena gue yang pasangin jaket itu langsung, dan lilitin di pinggangnya. Dan abang OSIS kita yang terhormat ini, datang di saat yang tidak tepat." Jishan menepuk pelan bahu Jery dan membalas tatapannya tak kalah tajam.
"Gue paham kalau dia mikir gue udah meluk Adeknya." Jishan sengaja memberikan sedikit penekanan pada kata 'Adik', seolah ingin memberikan batas pada kedekatan Jaryan dan juga Nicya.
"Dan gue rasa juga wajar kalau perempuan semanis dia merasa gugup ada di posisi itu. Apalagi sama gue." ujarnya meninggi, hingga membuat para anggota Dreamers menatapnya muak.
"Secara gue bukan cuma ganteng, tapi juga mempesona, iya kan cantik?" Jishan melewati Jery, Ren juga Marvin, lalu berlalu begitu saja. Meninggalkan mereka yang masih nampak bingung dengan kecanggungan yang terjadi.
"Wah...wah...wah..." Khaizan bertepuk tangan tepat setelah tubuh Jishan menghilang di telan pintu seluruhnya.
"Anak baru, bisa se-songong itu dan bikin Ketua OSIS kita ini tak berdaya. Wah..." Khaizan berdecak kagum, disambut riuhan tepuk tangan serta gelak tawa dari anggota Dreamers yang lainnya.
"Makanya dek, lain kali kalau mau dekat-dekat sama orang. Cek pawangnya dulu, lagi PMS apa enggak?" ledek Ren sambil merangkul bahu Nicya mencoba menggodanya.
Nicya hanya bisa tersenyum canggung menghadapi para anggota Dreamers yang membuatnya begitu canggung. Begitu juga Jaryan.
Tanpa meninggalkan komentar maupun reaksi apapun, ia berlalu meninggalkan mereka dengan langkah yang begitu cepat untuk kembali ke tengah lapangan bersama para peserta orientasi lainnya.
Entah emosinya sudah benar-benar hilang, atau hanya sekedar ia tahan. Tapi setidaknya tidak ada peserta lain yang curiga bahwa pertengkarannya dengan Jishan adalah nyata.
"Abang anter balik ke lapangan ya, Clarissa dari tadi ribut nyari kamu." Tawar Khaizan sembari menunjukkan layar ponselnya yang sudah dipenuhi oleh pesan dari Clarissa.
"Ya, hitung-hitung modus sambil kenalan kan." batinnya.
Mereka pun melanjutkan acara dengan acara hiburan dan kesenian yang akan diadakan secara sukarela. Siapapun diizinkan tampil dengan tertib, dan menunjukkan keahlian mereka untuk bisa terpilih menjadi kandidat Queen and King Masa Orientasi.
Keuntungannya adalah bagi mereka yang terpilih, akan ditunjuk sebagai duta sekolah.
Jabatan King and Queen sendiri akan di serahkan langsung oleh King and Queen sebelumnya yang tak lain adalah Jaryan si Ketua OSIS, dan juga Kelsey Vince yang juga merupakan model remaja terkenal, sekaligus kapten Tim Cheerleaders SMU Sinar Prestasi.
Bukan hanya akan di lantik, namun mereka akan langsung mengemban masa jabatan satu tahun serta diberi tugas-tugas yang akan sesuai dengan jabatan mereka.
"Dia manis, senyumnya juga cantik banget. Gak heran sih kalau King kita yang satu ini bisa sampai segitu emosinya cuma karena dia di colek sama cowok lain." goda Kelsey kepada Jery yang sudah begitu tenang duduk di sampingnya, di atas singgasana King and Queen terpilih.
"Gue akan bersikap professional, jadi gue harap lo bisa terima andaikan mereka yang nanti akan terpilih. Karena itu artinya dalam satu tahun ke depan mereka akan lebih banyak waktu untuk bersama, sama seperti kita." goda Kelsey.
Jery nampak diam, namun sangat kontras dengan batinnya yang tengah meraung-raung, menangisi kekalahan telaknya dari seseorang baru yang tak pernah ia prediksi.
"Pasangan King and Queen akan diuji secara berpasangan. Penilaian utama dalam setiap kategori adalah kekompakan dan chemistry." jelas Khaizan yang berperan sebagai pembawa acara.
Entah kemalangan apa yang memihak Jaryan, karena Nicya justru telah dipasangkan lebih dulu dengan Jishan. Dan itu semua terjadi lantaran ia yang sangat tak bisa menahan emosinya tadi, hingga berakhir dengan penunjukkan langsung mereka sebagai kandidat pertama calon pasangan.
"Oke, pertandingan pertama adalah panggung koran. Jadi para pasangan yang sudah dipilih oleh Kak Juan, Kak Ranendra, juga Kak Marvin tadi silakan berkumpul di tengah dan ambil koran kalian masing-masing." semua peserta orientasi berteriak riuh untuk memberikan dukungan kepada para siswa yang tengah berkompetisi, terutama Clarissa yang suaranya terdengar paling kentara diantara yang lain.
"Semangat My Baby Cya." teriaknya histeris, hingga membuat Khaizan jengah.
"Aturannya sederhana, kalian harus berdiri secara berpasangan dan menari di atas koran yang sudah disediakan. Dan setiap kali lagunya berganti, maka helaian koran yang ada harus dilipat dua. Apa kalian siap!" semua peserta mengangkat tinggi-tinggi koran mereka ke atas sebagai pertanda bahwa mereka sudah siap untuk berkompetisi.
Ada puluhan lagu yang diputar, ada ada sekitar tiga belas pasangan terpilih yang terus menciptakan chemistry dengan pasangan mereka masing-masing.
Hingga lagu terakhir diputar, ada sekitar tiga pasangan yang berhasil bertahan, termasuk Jishan dan juga Nicya. Namun sayangnya, posisi mereka berdua kali ini terlihat begitu mencolok diantara yang lain hingga nyaris menyulut emosi Jaryan untuk yang kedua kalinya.
Dimana pasangan yang lain memilih untuk saling berpegangan dan berdiri dengan satu kaki. Jishan justru malah memilih pendekatan berbeda dengan mengangkat Nicya dalam gendongannya.
Semua orang bersorak riuh untuk mereka berdua, termasuk Kelsey yang suaranya kini terdengar jauh lebih keras dibanding yang lain seolah berniat untuk menggoda seseorang.
"Kayaknya ada yang kalah telak nih." ledeknya pada Jaryan.
"Ciyee..... siapa yang bisa lebih mesra langsung menang deh." goda Juan yang sudah mulai ikut heboh lantaran terbawa suasana.
"Kalau gak ada yang berhasil, gimana kalau kita tantang untuk lipat korannya sekali lagi. Dan kalau mereka berhasil bertahan selama sepuluh menit aja, maka kalian adalah pemenangnya di babak ini. Gimana, setuju gak?" Juan mengambil alih microphone dari genggaman Khaizan yang ikut mematung bersama Jaryan.
"Persaingannya sengit nih." bisik Ren kepada Marvin yang bergantian menatap Khaizan dan juga Jaryan di atas pentas.
"Kayaknya bukan satu orang aja yang bakal patah hati." balas Marvin, yang juga disetujui oleh Kelsey yang diam-diam menguping pembicaraan mereka.
"Gue kenal dia, dia memang istimewa." ujar Kelsey menimpali.
Permainan pun berlanjut dengan Jishan yang menggendong tubuh Nicya dengan sebelah kaki yang diangkat. Ia begitu terpana hingga nyaris tak berkedip dalam posisinya itu.
Berada begitu dekat dengan gadis yang disukainya, bahkan saling beradu nafas. Siapa yang bisa melewatkan moment seintim itu, bahkan perasaan gugup pun seakan tak lagi mampu mengalahkannya.
"Aku yakin dia gak bakal punya waktu untuk berkedip. Dengan posisi sedekat itu, ia pasti akan kehilangan begitu banyak moment dan debaran jika menyempatkan waktu meski hanya sekedar untuk berkedip." ujar Kelsey lagi mencoba memanasi suasana.
"Sial! Diam lo!" kesal Jaryan yang nyaris melempar microphonenya, kalau saja tidak ditahan oleh Juan.