Jodoh Jalur Ummi

Jodoh Jalur Ummi

Bab 1: Aku, Senja

Namaku Assyifa Senja, orang-orang memanggilku Senja. Nama itu pemberian ayah, yang katanya karena aku lahir saat matahari terbenam. Aku suka namaku, meskipun hidupku tak pernah seindah langit senja.

Aku dikenal sebagai gadis tomboy. Dengan penampilan jauh dari kesan feminin, jeans belel, kaus oversized, dan sneakers yang sudah lusuh. Aku sering dianggap aneh oleh orang-orang di lingkunganku. Perempuan seperti ini? Bukannya terlihat manis atau anggun, aku malah sering dianggap keras kepala, terlalu bebas, bahkan tidak jarang ada yang berbisik bahwa aku penyuka sesama jenis.

“Kalau memang iya, mau apa?” gumamku di depan cermin suatu pagi, mengulang kembali ucapan salah satu teman kampus yang meledek. Sebenarnya aku tidak peduli apa yang mereka pikirkan, tapi kadang, semua bisikan itu seperti duri kecil yang menancap di hati.

Aku punya alasan kenapa memilih menjadi seperti ini. Aku hidup sendiri, tanpa siapa pun yang bisa kujadikan tempat bersandar. Ayah meninggal karena kecelakaan kerja di pelabuhan, sedangkan ibu pergi menyusulnya setahun kemudian karena kanker yang menggerogoti tubuhnya. Sejak itu, aku belajar mandiri, membiayai hidupku sendiri dari pekerjaan serabutan.

Tapi, hidupku tidak melulu soal kerja keras. Aku punya kafe kecil-kecilan yang kubangun dari tabungan. Kafe itu adalah hasil kerja keras bertahun-tahun, dan aku bangga bisa menciptakan sesuatu dari nol. Selain itu, ada dua hal lain yang selalu membuatku bahagia: membantu anak jalanan dan memberi makan hewan-hewan liar.

Namun, meski aku sering terlihat kuat, aku tetap manusia biasa. Ada saat-saat di mana kesepian begitu menyiksa. Di saat seperti itu, aku selalu berharap ada seseorang yang datang, menepuk bahuku, dan berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Hari itu, aku tidak tahu bahwa harapan kecil itu akan segera menemukan jalannya.

...***...

Pagi itu, aku mendapat pesan dari seorang teman, Rani. Dia memintaku datang ke acara penggalangan dana untuk anak yatim di masjid dekat kafe. Sejujurnya, aku jarang menghadiri acara seperti ini. Tapi kali ini, ada sesuatu yang membuatku ingin datang.

Saat aku tiba, masjid sudah penuh dengan orang-orang. Aku mengambil tempat di barisan belakang, berusaha tidak menarik perhatian. Tapi, mataku tertuju pada seseorang di sudut ruangan. Seorang wanita paruh baya dengan gamis syar’i berwarna cokelat muda dan cadar hitam.

Dia duduk dengan tenang, sesekali mengangguk saat ada orang yang menyapanya. Wajahnya tidak terlihat, tapi dari sorot matanya, aku bisa merasakan keteduhan yang luar biasa.

Setelah acara selesai, aku melihat wanita itu masih duduk di tempatnya. Orang-orang sudah mulai meninggalkan masjid, tapi dia tampak kebingungan. Aku mendekatinya tanpa alasan yang jelas.

“Assalamu’alaikum,” sapaku.

“Wa’alaikumussalam,” jawabnya, lembut.

“Um… maaf, apa saya bisa membantu?” tanyaku, merasa canggung.

Dia tersenyum di balik cadarnya. “Terima kasih, Nak. Saya sedang menunggu kendaraan, tapi tampaknya taksi yang saya pesan tak kunjung datang.”

Tanpa berpikir panjang, aku menawarkan tumpangan. “Saya bisa mengantar, kalau tidak keberatan.”

Dia tampak ragu sejenak, lalu mengangguk. “Terima kasih. Nama kamu siapa?”

“Senja,” jawabku.

“Nama yang indah. Panggil saja saya Ummi.”

Perjalanan pulang bersama Ummi menjadi awal dari sesuatu yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.

...***...

Setelah pertemuan itu, aku mulai sering mengunjungi Ummi. Dia tinggal sendirian di rumah yang tidak terlalu besar, tapi nyaman dan penuh dengan suasana hangat.

Dari obrolan kami, aku tahu bahwa Ummi adalah istri almarhum seorang ustadz yang cukup terkenal. Dia memiliki tiga anak, seorang putri yang sudah menikah, seorang putra yang masih kuliah, dan seorang putri yang sedang belajar di Tarim, Yaman.

“Aku merasa seperti menemukan sosok ibu lagi,” kataku suatu hari, saat kami duduk di beranda rumahnya.

Ummi tersenyum lembut. “Dan aku merasa seperti memiliki seorang putri lagi. Allah selalu punya cara untuk mempertemukan hati-hati yang membutuhkan.”

Sejak itu, aku mulai menganggap Ummi sebagai ibuku sendiri. Dia sering memberiku nasihat, mendengarkan keluh kesahku, dan bahkan membantuku dalam urusan kafe. Tapi, aku tidak tahu bahwa di balik semua itu, dia menyimpan niat lain.

...***...

Suatu hari, Ummi mengajakku bicara serius.

“Senja, bagaimana kalau kamu mengenal anak keduaku?”

Aku mengernyit. “Maksud Ummi?”

“Namanya Galaksi Malik Hadyan. Dia kuliah di kampus yang sama denganmu. Aku ingin kamu dan dia… mencoba saling mengenal.”

Aku terdiam. Dalam benakku, nama itu tidak terdengar asing, tapi aku tidak bisa mengingat di mana aku pernah mendengarnya.

Namun, pertemuan pertama kami tidak berjalan baik. Itu terjadi di kantin kampus, saat aku sedang bertengkar kecil dengan salah satu temanku.

“Hei, jangan asal bicara!” seruku, menunjuk wajah temanku.

Galaksi muncul entah dari mana, menatapku dengan sorot mata dingin. “Bisa tenang sedikit? Ini tempat umum.”

Aku mendengus kesal. “Bukan urusanmu.”

Dia tidak membalas, hanya mengangkat bahu dan pergi.

Aku tidak menyangka bahwa lelaki yang membuatku kesal itu adalah putra Ummi. Sungguh dunia ini kecil sekali, apa yang terjadi jika dia tahu aku sering mampir kerumahnya.

...***...

Hari demi hari, aku dan Galaksi terus bertemu tanpa sengaja. Entah itu di kampus, di kafe, atau di acara-acara sosial. Awalnya, kami tidak pernah berbicara banyak. Aku merasa dia terlalu kaku dan perfeksionis, sementara dia mungkin menganggapku terlalu berisik dan tidak teratur.

Namun, ada sesuatu yang perlahan berubah.

“gue tidak mengerti kenapa lo suka membantu anak jalanan,” katanya suatu hari, saat melihatku membagikan makanan di depan kafe.

“Dan gue tidak mengerti kenapa lo harus mempertanyakannya,” balasku.

Dia terdiam sejenak, lalu berkata, “Mungkin karena gue ingin tahu lebih banyak tentang lo.”

Kata-katanya membuatku terkejut. Ada sesuatu dalam caranya berbicara yang membuatku mulai berpikir, mungkin dia tidak seburuk yang kupikirkan.

Namun, di balik semua itu, ada rahasia besar yang kusimpan rapat-rapat. Rahasia tentang masa laluku, tentang luka yang masih membekas di hatiku. Aku takut, jika Galaksi atau Ummi mengetahuinya, mereka akan melihatku dengan cara yang berbeda.

Tapi, semakin aku mencoba menyembunyikannya, semakin berat rasanya. Aku tahu, jika aku ingin melangkah maju, aku harus menghadapi masa laluku. Tapi, apakah aku cukup kuat untuk melakukannya?

Cerita ini masih panjang, dan perjalananku baru saja dimulai.

...****************...

...To Be Continued...

Assalamualaikum sahabat Salju, aku hadir lagi dengan novel terbaru. Cerita ini berbeda dengan novel yang lain. Yuk simak lanjutannya. Mohon dukungannya ya semuanya dengan like, komen and vote. Happy reading 🤗🤍

Terpopuler

Comments

Nunuy

Nunuy

Dapat notif langsung cuss baca..ternyata bagus dan buat penasaran,lanjutttt 💪💪

2024-12-01

1

Nurgusnawati Nunung

Nurgusnawati Nunung

menarik ceritanya. semangat thor

2024-12-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Aku, Senja
2 Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3 Bab 3: Misteri yang Terkuak
4 Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5 Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6 Bab 6: Suasana di Kampus
7 Bab 7: Api dalam Diam
8 Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9 Bab 8: Langit yang Mengerti
10 Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11 Bab 10: Langkah Baru
12 Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13 Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14 Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15 Bab 14: Memantapkan Hati
16 Bab 15: Orang Ketiga
17 Bab 16: Klarifikasi
18 Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19 Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20 Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21 Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22 Bab 21: Keputusan Hati Senja
23 Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24 Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25 Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26 Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27 Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28 Bab 27: Langkah Baru
29 Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30 Bab 29: Gagal Romantisan
31 Bab 30: Malam yang Dinanti
32 Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33 Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34 Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35 Bab 34: Kisah yang Terungkap
36 Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37 Bab 36: Keberanian Bersama
38 Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39 Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40 Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41 Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42 Bab 41: Pertemuan Keluarga
43 Bab 42: Kehebohan di Kafe
44 Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45 Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46 Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47 Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48 Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49 Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50 Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51 Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52 Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53 Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54 Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55 Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56 Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57 Bab 56: Perjalanan Bersama
58 Bab 57: Langkah Baru
59 Bab 58: Kabar Bahagia
60 Bab 59: Mama Senja
61 Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62 Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63 Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64 Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65 Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66 Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67 Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68 Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69 Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70 Bab 69: Keputusan Senja
71 Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72 Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73 Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74 Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75 Bab 74: Rumah Kedua
76 Novel (Batas Antara Cinta & Kebebasan)
77 Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
78 Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1: Aku, Senja
2
Bab 2: Luka yang Tak Terlupakan
3
Bab 3: Misteri yang Terkuak
4
Bab 4: Langkah Menuju Keberanian
5
Bab 5: Akhirnya Tersenyum Lagi
6
Bab 6: Suasana di Kampus
7
Bab 7: Api dalam Diam
8
Novel: Jejak Takdir di Ujung Waktu
9
Bab 8: Langit yang Mengerti
10
Bab 9: Menghadapi Perasaan yang Tumbuh
11
Bab 10: Langkah Baru
12
Bab 11: Ketika Senja Menghadapi Hati yang Tak Bisa Dibohongi
13
Bab 12: Langkah yang Tak Terduga
14
Bab 13: Pergulatan dalam Hati
15
Bab 14: Memantapkan Hati
16
Bab 15: Orang Ketiga
17
Bab 16: Klarifikasi
18
Bab 17: Luka yang Membuat Pergi
19
Bab 18: Luka di Jalan yang Salah
20
Bab 19: Perjuangan Galaksi yang Tak Kenal Lelah
21
Bab 20: Kesempatan Kedua untuk Galaksi
22
Bab 21: Keputusan Hati Senja
23
Bab 22: Pengorbanan Galaksi
24
Bab 23: Menguatkan Cinta di Tengah Ujian
25
Bab 24: Menjaga Asa di Tengah Cobaan
26
Bab 25: Pengorbanan di Tengah Rintangan
27
Bab 26: Malam Pertama yang Tak Terduga
28
Bab 27: Langkah Baru
29
Bab 28: Jejak Baru di Kehidupan Bersama
30
Bab 29: Gagal Romantisan
31
Bab 30: Malam yang Dinanti
32
Bab 31: Ketika Panggilan Itu Terdengar
33
Bab 32: Di Kampus dan Kafe
34
Bab 33: Harmoni dalam Kekonyolan dan Kedamaian
35
Bab 34: Kisah yang Terungkap
36
Bab 35: Keteguhan dan Kepercayaan
37
Bab 36: Keberanian Bersama
38
Bab 37: Rahasia yang Terungkap
39
Bab 38: Gaun Senja yang Mengejutkan
40
Bab 39: Harmoni dalam Kesibukan
41
Bab 40: Malam yang Ditunggu, Lagi-Lagi Gagal
42
Bab 41: Pertemuan Keluarga
43
Bab 42: Kehebohan di Kafe
44
Bab 43: Kegaduhan Bintang di Dapur
45
Bab 44: Liburan Tanpa Gangguan
46
Bab 45: Malam Pertama yang Romantis
47
Bab 46: Kembali ke Rumah, Awal Baru
48
Bab 47: Di Tengah Kampus dan Keheningan Rumor
49
Bab 48: Kejutan Galaksi dan Mode Merajuk Senja
50
Bab 49: Kabar Baik untuk Bintang dan Ummi Ratna
51
Bab 50: Cinta di Tengah Keramaian
52
Bab 51: Kesalahpahaman yang Kian Menumpuk
53
Bab 52: Menyembuhkan Luka yang Terabaikan
54
Bab 53: Jalan Menuju Pemahaman
55
Bab 54: Persiapan yang Semakin Matang
56
Bab 55: Kejutan yang Menunggu
57
Bab 56: Perjalanan Bersama
58
Bab 57: Langkah Baru
59
Bab 58: Kabar Bahagia
60
Bab 59: Mama Senja
61
Bab 60: Ummi Ratna Ikut Bahagia
62
Bab 61: Setelah Malam Penuh Kebahagiaan
63
Bab 62: Saat-Saat Manja yang Menggemaskan
64
Bab 63: Senja, Istri yang Menunggu Keajaiban
65
Bab 64: Senja, Cemburu, dan Mengidam yang Aneh
66
Bab 65: Hari yang Tenang, Harapan yang Membuncah
67
Bab 66: Hadiah Kecil dari Semesta
68
Bab 67: Wisuda yang Membawa Keajaiban
69
Bab 68: Kehidupan Baru yang Dimulai
70
Bab 69: Keputusan Senja
71
Bab 70: Tiga Tahun Kemudian
72
Bab 71: Rebutan Perhatian Ibu
73
Bab 72: Kejutan Kecil untuk Ayah
74
Bab 73: Keajaiban Dalam Keluarga Kecil
75
Bab 74: Rumah Kedua
76
Novel (Batas Antara Cinta & Kebebasan)
77
Bab 75: Hadiah Kecil yang Bermakna
78
Bab 76: Mimpi yang Menjadi Kenyataan (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!