Hidup Aina seperti diselimuti kabut yang tebal saat menemukan kenyataan kalau Fatar, lelaki yang dicintainya selama 7 tahun ini meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Namun Fatar tak sendiri, ada seorang wanita bersamanya. Wanita tanpa identitas namun menggunakan anting-anting yang sama persis dengan yang diberikan Fatar padanya. Aina tak terima Fatar pergi tanpa penjelasan.
Sampai akhirnya, Bian muncul sebagai lelaki yang misterius. Yang mengejar Aina dengan sejuta pesonanya. Aina yang rapuh mencoba menerima Bian. Sampai akhirnya ia tahu siapa Bian yang sebenarnya. Aina menyesal karena Bian adalah penyebab hidupnya berada dalam kabut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kenyataan Yang Menyakitkan
Tangan Aina gemetar saat memegang cincin itu. Cincin tunangannya dengan Fatar bentuknya ada 2 garis diantara batu permata yang menempel di tengah. Sedangkan cincin ini polos, seperti cincin pernikahan pada umumnya. Cincin pertunangan milik Fatar dipegang oleh Aina. Saat di rumah sakit, ketika jenasah Fatar akan dimandikan, salah satu perawat memberikan cincin itu.
Aina melihat ke bagian dalam cincin itu. Matanya terbelalak melihat nama yang ada di dalamnya. WILMA GUNAWAN.
Jantung Aina bagaikan berhenti berdetak. Kalau mau dilihat lingkar cincin itu, pasti masuk ke jari Fatar. Lalu siapa Wilma Gunawan? Kenapa dia harus dikuburkan di samping Fatar? Kenapa ada cincin pernikahan yang bertuliskan namanya di kamar Fatar?
Perempuan itu berusaha meyakinkan dirinya bahwa Fatar tak mungkin ada hubungan khusus dengan perempuan itu. Ia masih percaya kebersamaannya selama 5 tahun bersama Fatar bukanlah waktu yang sebentar untuk mengenal pribadi pria yang sangat romantis itu.
Aina berjalan mondar mandir di dalam kamar Fatar. Ia menatap foto pertunangan mereka. "Siapa dia Fatar? Apa hubungan mu dengan perempuan ini?" tanya Aina tanpa bisa menyembunyikan kegundahan hatinya. Ia kembali membuka laci nakas itu. Mencoba mencari sesuatu tapi tidak ad. Aina membuka laci di bagian bawah. Mengeluarkan semua isinya sampai akhirnya ia menemukan sebuah amplop berwarna coklat. Aina mengeluarkan isinya. Ada beberapa foto USG kehamilan. Dan di atas foto USG itu bertuliskan nama nyonya Wilma Gunawan. Ada juga sebuah kertas. Nampaknya sebuah surat.
Fatar, kamu memblokir nomorku, tak mau menemui aku saat aku mencari mu di rumah sakit. Ini aku kirimkan bukti pemeriksaan USG ku, aku benar-benar hamil. Apakah kamu kan lari dari tanggung jawabmu? Ataukah kamu tak percaya kalau ini adalah anakmu?
Kertas yang dipegang Aina jatuh begitu saja dari tangannya. Ia menggeleng seakan menolak untuk percaya kalau itu adalah sebuah kenyataan yang membuktikan kalau Fatar mengkhianati nya.
Aina mengambil foto USG itu dan membaca tanggal pemeriksaannya 2 bulan yang lalu.
Gadis itu rasanya ingin marah, menangis, berteriak untuk semua yang telah terjadi. Namun ia tak tahu harus bagaimana. Sebuah kenyataan yang menyakitkan.
"Non, ini bibi bawakan secangkir teh hangat." Bibi Yuni masuk ke dalam kamar dan meletakan secangkir teh di atas meja belajar Fatar. Pintu kamar memang sengaja tak dikunci oleh Aina.
"Bibi sudah lama kan kerja di sini?" tanya Aina.
"Ya. Semenjak den Fatar berusia 5 bulan. Ada apa memangnya?" tanya bibi Yuni.
"Pasti bibi tahu kan semua yang terjadi di rumah ini?"
Bibi Yuni mengangguk. "Nyonya sangat mempercayai bibi dan menceritakan banyak hal tentang keluarga ini."
Aina mendekati bibi Yuni lalu memegang tangan kanan perempuan tua itu dan mengajaknya duduk di sofa panjang.
"Bibi, siapa perempuan bernama Wilma Gunawan?"
Wajah bibi Yuni terlihat pucat.
"Aku yakin bibi pasti tahu siapa dia."
"Non...." bibi Yuni menggeleng. "Tolong jangan paksa bibi bicara. Tuan muda juga sudah tak ada. Sekarang, nona pandang saja ke depan. Jalan hidup nona masih panjang. Kenang lah tuan muda sebagai lelaki yang baik. Tuan muda sangat sayang pada nona."
"Fatar punya perempuan lain? Mengapa Wilma Gunawan harus di makamkan bersebelahan dengan Fatar? Katakan sesuatu, bi. Jangan buat aku jadi gila karena penasaran."
Tangis perempuan berusia 50an itu pecah.
"Aku nggak akan bilang ke papa dan mama Fatar kalau aku tahu dari bibi. Tapi tolong katakan sesuatu padaku, bi. Katakan kalau Fatar dan Wilma itu ada hubungan."
Bi Yuni menatap Aina. Ia melihat mata perempuan muda yang begitu putus asa.
"Kira-kira 2 bulan yang lalu, bibi mendengar suara teriakan nyonya. Ia menangis dan saat bibi masuk ke kamarnya, tuan Fatar sedang berlutut di depan nyonya. Mereka berdua sama-sama menangis. Menurut tuan Fatar, saat ia mengikuti seminar di Manado, teman-temannya entah sengaja atau tidak, memberikan obat perangsang di minumannya. Menurut mereka, itu hadiah untuk melepaskan keperjakaan tuan Fatar. Perempuan itu pun ternyata dijebak juga oleh teman-temannya. Siapa yang sangka, kisah satu malam itu membuat Wilma hamil. Tuan Fatar menolak bertanggungjawab. Namun perempuan itu menemui nyonya. Ia hanya minta dinikahi sampai anak itu lahir. Selesai menikah pun ia berjanji tak akan menganggu hubungan tuan dengan nona. Ia hanya ingin anaknya di akui. Dan nyonya Felia, kakak dari tuan Fatar yang memang belum memiliki anak, ia berjanji akan mengambil anak itu dan menjadikan anaknya. Makanya mereka pun menikah secara diam-diam di rumahnya nyonya Felia. Hanya pernikahan siri memang."
Air mata Aina jatuh perlahan. Kepalanya bagaikan di hantam oleh palu yang sangat besar. "Terima kasih, bi." katanya lalu menghapus air matanya. Aina perlahan berjalan meninggalkan kamar Fatar.
"Non, mau kemana?" bibi mengejanya.
"Aku mau pulang, bi. Selamat sore." gadis itu mengeluarkan ponselnya dan memesan taxi online.
Namun ternyata, bukan rumahnya yang menjadi tujuan Aina melainkan ia kembali ke makam.
Hari sudah menjelang malam dan hujan rintik perlahan turun.
Aina berdiri di antara makam Fatar dan Wilma.
"Mengapa kamu nggak jujur kepadaku, Fatar? Mengapa kamu tak mengatakan kebenaran tentang keberadaan Wilma? Apakah setelah kita menikah nanti, kamu ingin menjadikan aku sebagai istri kedua? Mengapa....?" teriak Aina lalu perlahan ia tersungkur jatuh diantara dua makam itu.
"Bangun Fatar! Jelaskan padaku mengapa kamu menutupi semua ini? Bukankah kamu bilang tidak ada kebohongan diantara kita? Bukankah kamu pernah berjanji bahwa seumur hidupmu kamu tidak akan pernah menyakiti aku? Bukankah kamu selalu bilang aku adalah wanita satu-satunya dalam hidupmu? Mengapa harus bersembunyi, Fatar? Mengapa kamu tega padaku? Membiarkan aku tahu semua ini namun kamu tak ada lagi untuk menjelaskan semuanya. Aku benci kamu, Fatar! Aku benci kamu....!" Aina berteriak mengeluarkan semua kegundahan hatinya. Ia memukul-mukul tanah yang ada. Tak peduli dengan tubuhnya yang basah. Aina merasa sangat hancur. Tubuhnya menjadi lemah dan Aina pun pingsan.
***********
"Sayang, mengapa sih kamu nggak pernah marah padaku? Sekalipun aku sering merajuk, sering cemburuan, kamu tuh selalu tersenyum. Teman-teman aku sering iri padaku. Kata mereka kamu tuh menurut banget sama aku."
Fatar membelai wajah Aina. "Kenapa juga harus marah padamu? Rugi dong aku. Bagaimana kalau kamu minta putus padaku? Bisa apa aku tanpa kamu?"
"Segitu sayangnya kamu sama aku?"
"Bahkan melebihi diriku sendiri." Catat membawa Aina ke dalam pelukannya. "Aku janji padamu, sayang. Tidak akan ada wanita lain selain kamu. Kamu adalah hidupku. Tanpa kamu bersamaku, aku akan mati."
Aina sangat bahagia. Ia membalas pelukan Fatar. Keduanya larut dalam kemesraan ketika Fatar mencium bibir Aina dengan sangat lembut. Ciuman Fatar dibalas oleh Aina.
Suasana yang mendukung karena keduanya ada di kamar Fatar membuat pasangan itu melangkah terlalu jauh. Aina pasrah saat Fatar membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Aina terbuai dengan sentuhan Fatar yang menimbulkan desiran aneh di sekujur tubuhnya.
Hampir saja keduanya lupa diri sampai akhirnya ketika di pintu kamar Fatar membuat lelaki segera menjauhi tubuh Aina. Ternyata itu adalah bibi Yuni.
"Ada apa, bi?" tanya Fatar tanpa membuka pintu.
"Tuan, nyonya meminta saya untuk mengajak tuan dan nona Aina malam malam."
"Sedikit lagi bi. Papa dan mama duluan saja makannya."
"Baik tuan." terdengar suara langkah kaki Bibi yang menjauh. Fatar mendekati Aina. "Sayang, maafkan aku yang hampir saja mengambil sesuatu yang belum menjadi milikku." Fatar mengusap wajahnya kasar. Terlihat jelas penyesalan di wajahnya.
"Bukan hanya kamu yang salah, kok. Aku juga." Aina langsung memeluk Fatar dengan perasaan lega karena keduanya tak melewati batas pergaulan yang ada.
***********
"Apakah lelaki sebaik itu, yang sangat menjaga dan menyayangiku, bisa berhubungan dengan orang lain? Apakah benar Fatar dijebak oleh teman-temannya ataukah memang dia lelaki yang nakal saat jauh dariku? Ya Allah, mengapa semuanya ini aku tahu justru disaat Fatar sudah pergi?" tangis Aina. Hatinya kembali sakit.
"Nona.....!"
Perlahan Aina membuka matanya. Ia terkejut melihat ada seorang wanita tua, menggenakan kebaya tua, duduk di samping tempat tidurnya.
"I...ibu siapa?" tanya Aina kaget. Ia segera bangun dan terkejut saat menyadari kalau dirinya berada di sebuah kamar yang sederhana namun nampak bersih.
"Tenang, nona. Nona berada di rumah kami. Nona ditemukan pingsan di kompleks kubur oleh anak saya." ujar perempuan tua itu. Ia tersenyum ramah dan Aina merasa sedikit tenang. "Nama saya Tita. Panggil saja bibi Tita."
"Terima kasih bibi. Ini....ini baju siapa?" Aina menyadari kalau ia menggunakan pakaian yang lain.
"Baju nona basah. Nanti sakit kalau dipakai terus. Jadi bibi pakaikan pakaian ponakan bibi yang tertinggal di sini. Maaf ya, mungkin nona tidak suka."
"Ini nyaman, bi."
"Pakaian nona sudah bibi cuci. Tapi masih basah. Maklum, di luar masih hujan deras. Oh, ya bibi sudah siapkan makanan. Ayo kita makan. Nanti kalau hujannya sudah reda, anak bibi akan mengantarkan nona pulang. Ponsel nona kayaknya juga kehabisan batrei. Mau di charger tapi nggak ada model charger yang seperti hp nona di sini."
Aina turun dari ranjang. Ia masih mendengar hujan yang turun cukup deras.
Saat keduanya keluar kamar, seorang lelaki nampak baru masuk. Ia membuka jaket hujan dan helm yang ada di kepalanya.
"Nona itu sudah siuman, Bu?" tanya lelaki itu.
Aina terpana menatap wajah lelaki itu. Tinggi, berbadan tegap, rambutnya agak bergelombang dan wajahnya seperti blesteran bule.
"Perkenalkan ini Emir, anak bibi yang menemukan nona di kompleks pemakaman."
Lelaki itu tersenyum. "Saya Emir." Lelaki itu mengulurkan tangannya.
"Aina." ujar Aina sambil berpikir, dimana ia pernah melihat lelaki tampan ini?
**********
Siapa saja yang tahu pernikahan Fatar dan Wilma?
krn mgkn sbnrnya Hamid, Wilma dan Emir adlh saudara seayah...
smoga brharap Emir GK trmsuk dlm lingkaran orang jht yg mo ancurin kluarga kmu ai.....smoga....