Joanna memiliki kehidupan yang bahagia. Keluarga yang menyayangi dan mendukungnya. Pekerjaan yang mapan dengan gaji tinggi. Dan calon suami yang mencintainya.
Sayangnya, kehidupan Jo hancur hanya dalam tempo singkat. Usaha keluarganya hancur. Menyebabkan kematian ayah dan ibunya. Dipecat dan bahkan tidak dapat diterima bekerja dimanapun. Dan calon suaminya menikah dengan putri konglomerat.
Dan semua itu karena satu orang. Konglomerat yang terlalu menyayangi adiknya sampai tega menghancurkan kehidupan orang lain.
Jo tidak akan pernah memaafkan perbuatan musuh terburuknya. Tidak akan
yang belum 20 tahun, jangan baca ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Brengsek.
Padahal Jo ingin beristirahat setelah mengalami hari yang panjang. Dan tiga klien yang sangat cerewet. Kenapa pria itu harus menyentuhnya di titik yang tepat. Membuatnya tidak bisa berpikir jernih dan tenggelam dalam gairah.
Pagi datang dan pria itu menghilang. Saat Joanna berpikir bisa tidur lebih lama, sebuah nampan besar datang beserta pria itu. Sajian sarapan yang sangat besar, apa pria itu pikir dia rakus?
Jo hanya mengambil sedikit makanan dan pergi ke kamar mandi. Melihat dirinya sendiri di kamar mandi membuat Joanna hampir pingsan. Tidak pernah dia tampak seburuk ini. Jo merapikan diri dan berbalik. Bertatapan dengan pria yang terus saja ada di tiap sudut.
"Aku harus bekerja" katanya lalu membuka laptop dan catatan di meja. Dan mulai mencari barang yang diminta oleh kliennya kemarin. Juga sebuah rumah lagi.
"Apa pekerjaanmu lancar?" tanya pria yang ternyata masih ada di kamarnya. Padahal pria itu kemarin mengatakan tentang privasi.
"Hemm" jawab Jo malas.
"Sebenarnya aku tidak terlalu terkesan dengan pekerjaanmu. Tapi setelah tahu kau bisa membeli rumahmu kembali, kurasa penghasilannya tidak terlalu buruk"
Tidak terlalu buruk? Bahkan Jo harus memotong anggaran makannya hanya agar bisa menabung lebih banyak. Tapi dia tidak mungkin merendahkan diri di depan pria yang memiliki segalanya.
"Hemm"
"Apa kau bisa menjawab ku dengan kalimat lengkap?"
Jo menghentikan pencariannya dan melihat ke samping. Pria itu seakan menantikan percakapan diantara mereka. Apa ini termasuk dalam syarat dia tinggal disini?
"Apa kau tidak bekerja?" tanya Jo
"Kau tidak suka aku ada disini dan mengganggumu?"
"Lebih baik seperti itu" ujarnya lalu ingin kembali bekerja. Tapi pria itu menarik catatannya, membuat Jo terpaksa berhenti.
"Aku kenal mereka. Teman-teman Nyonya Lane. Apa kau bertemu dengan mereka di pesta ulang tahun cucunya? Mereka termasuk orang kaya besar tapi sangat cerewet. Suami mereka sering menghabiskan waktu di luar rumah" jelas pria itu tidak ingin didengar oleh Jo.
Dia tidak peduli dengan kehidupan pribadi klien. Yang dia pedulikan hanyalah uang masuk dari pekerjaan yang mereka berikan.
"Berikan padaku!" pintanya.
"Bercinta dulu denganku!"
Pria brengsek ini gila. Setelah semalam apa benar yang dia dengar? Pria itu meminta untuk melakukannya lagi? Jo rasa otak pria itu hanya dipenuhi oleh masalah seks. Bagaimana bisa pria seperti ini memiliki uang sangat banyak sedangkan dia hanya cukup untuk hidup dua sampai tiga bulan?
"Aku butuh pekerjaan ini" ucap Jo memelas.
"Aku bisa memberimu lebih banyak"
"Aku tahu dan tidak tertarik"
Jo berusaha merebut catatannya dan berakhir di ranjang. Ditekan oleh tubuh besar pria yang mengajaknya bercinta pagi-pagi.
"Lalu kenapa kau mau tinggal disini?" tanya pria itu. Jo hanya diam tidak menjawab.
"Kau tidak butuh uang , tempat tinggal bahkan apapun dariku. Apa karena pelayanan dan bagian tubuhku yang itu, begitu memuaskan fantasi liar mu?" lanjut pria itu penasaran.
Jo lupa tentang tujuannya tinggal di rumah ini. Hanya semalam dan dia lupa.
"Berapa yang akan kau berikan agar aku berhenti bekerja pagi ini?"
Pria itu terdiam untuk beberapa detik lalu menciumnya dengan rakus.
"Aku akan mengirimkannya ke rekeningmu" bisik pria itu.
Ciuman itu berlanjut ke bagian dada. Baju tidur mahal di tubuhnya dengan mudah terlepas begitu saja. Dan saat pria itu siap untuk masuk, sebuah ketukan menghancurkan suasana.
"Tuan, sekertaris Anda sudah datang" kata seseorang diluar kamar.
Pria itu tidak bisa menyembunyikan rasa kesalnya. Jo tidak ingin melepas pria itu. Dia sudah terlanjur merasa ... Basah.
"Cepat masukkan!" desaknya membuat pria itu melupakan kesalnya dan segera menyatukan mereka berdua. Tidak ada yang bisa mengganggu waktu mereka berdua sampai semuanya selesai.
Saat pria itu akhirnya meninggalkan Jo sendiri, dia kembali fokus pada pekerjaan.
"Aku ingin sekali membunuhmu tapi akan ku batalkan" kata Anthony pada sekertarisnya yang berdiri tegak di ruang tengah.
"Anda harus pergi keluar negeri. Apa Anda lupa?"
Anthony berhenti bergerak. Dia berusaha mengingat jadwal yang dibacakan oleh sekertarisnya sebelum pulang semalam. Sepertinya memang ada rencana pergi keluar negeri.
"Apa aku harus pergi?" tanyanya tidak rela untuk pergi setelah mengalami pagi menggairahkan dengan wanita itu.
"Anda pemilik perusahaan. Tidak bisa diwakilkan"
"Sial. Beri aku waktu satu jam"
"Pesawat akan berangkat setengah jam lagi"
"Itu pesawatku, kenapa aku tidak bisa mengaturnya sesukaku?!" ucapnya marah.
"Karena kita harus mengurus ijin terbangnya dari semalam, Tuan"
Anthony dengan kesal pergi ke kamarnya dan bersiap. Dia tidak lanjut ke bawah tapi berbelok ke arah kamar wanita itu. Dilihatnya wanita itu kembali mengerjakan sesuatu di meja.
"Aku harus pergi keluar negeri. Apapun yang kau inginkan beritahu aku. Juga ... Jangan bekerja terlalu keras"
Sial. Anthony tidak ingin pergi. Dia ingin sekali membatalkan kepergiannya tapi ... .
"Berapa hari?" tanya wanita itu membuatnya sedikit senang.
"Tiga hari"
"Kau kembali hari Sabtu?"
"Iya"
Wanita itu penasaran kapan dia kembali, sungguh melegakan.
"Pergilah!"
Hanya itu? Ternyata wanita itu tidak menahannya. Anthony keluar dari kamar wanita itu dan merasa kecewa. Ketika dia keluar dari kamar sebuah tangan putih dan ramping terjulur keluar. Menarik kerah jas dan memaksa dia berbalik. Sebuah kecupan lembut diberikan oleh wanita itu.
"Kembalilah dengan selamat"
Anthony tidak tahu apa yang terjadi padanya. Hanya sebuah kecupan dan kata-kata sederhana yang diucapkan wanita itu. Tapi kenapa tubuhnya terasa sangat ringan. Bahkan tanpa pesawat, dia merasa bisa terbang kemanapun. Lalu dia mendapati tatapan tajam dari sekertaris yang ada di sampingnya.
"Ada apa?"
"Anda tidak apa-apa?"
"Ada apa denganku?" tanyanya lalu menatap lurus ke depan.
"Anda tampak bodoh"
"Kau mengejekku?"
"Iya"
Tidak tahu kenapa sekertarisnya begitu berani hari ini. Mengatainya bodoh. Tapi suasana hatinya sedang baik. Dia tidak ingin bertengkar dengan siapapun saat ini. Tiga hari. Hanya tiga hari dan dia akan pulang lagi.
"Kembalilah dengan selamat"
Terngiang lagi kata-kata itu di telinganya. Membuat Anthony bertepuk tangan karena senang. Dan sekertarisnya memberi tatapan tajam lagi.
"Apa Anda yakin dengan semua tentang Nona Harding? Saya masih merasa nona itu hanya mengejar uang Anda"
"Siapa yang tidak? Ohh, sebelum aku lupa. Berikan uang pada Joanna. Lima ratus juta. Apa cukup untuk pengeluaran selama tiga hari?" kata Anthony lalu bersiul senang.
Dan sekertarisnya tidak punya jalan selain menuruti perintah Anthony. Sejumlah uang berpindah cepat ke rekening wanita itu. Tapi Anthony sama sekali tidak peduli.