Kyra terlahir sempurna meski dia tidak memiliki kehidupan yang sempurna.
Tumbuh menjadi gadis biasa membuatnya jauh bertalenta dari saudari-saudari tirinya yang penuh prestasi.
Kyra tumbuh sebagai gadis pemalu, pendiam serta lugu, tidak modis bahkan tidak mempunyai prestasi apa-apa.
Namun suatu hari takdir berkata lain dan mengubahnya menjdi berbeda, Kyra yang polos dan lugu berubah tiba-tiba menjadi gadis dewasa yang sempurna berkat adanya sebuah sistem misterius yang diperolehnya secara tak terduga.
Mampukah Kyra mencapai tujuan hidupnya oleh bantuan sistem misterius yang dia dapatkan itu ?
Mari kita saksikan setiap episodenya ya 🤝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 Situasi Rumah Ikram
Rumah Keluarga Ikram...
"Auwh ?!" ibu tiri tersentak kaget ketika lengannya dapat digerakkan.
Ibu tiri langsung jatuh terduduk sembari memegangi dadanya yang kesakitan akibat terlalu lama berdiri diam.
"Uhuk ?! Uhuk ?! Uhuk ?!'' ibu tiri terbatuk-batuk.
Sorot matanya memerah, tubuhnya lemas dan kepalanya terasa pening.
"Dasar gadis sialan ! Gara-gara dia, aku seperti ini ?!" kata ibu tiri dengan tubuh gemetaran.
Ibu tiri memalingkan mukanya ke arah dua putrinya.
"Tabana ! Ifaya !" panggilnya cemas seraya berlari ke arah Tabana dan Ifaya secara bergantian.
Ibu tiri sangat cemas saat diaa melihat kondisi Tabana yang masih diam menelungkup ke bawah.
"Tabana !" panggilnya panik.
Sedangkan Ifaya mulai bisa beranjak berdiri meski tangannya masih sakit.
"Ifaya !" panggil ibu tiri. "Kau tidak apa-apa, nak ?" sambungnya cemas.
Ifaya terlihat muram dengan tatapan sedih lalu berkata pada ibunya.
"Tanganku sakit, sepertinya masih terkilir, ibu", sahut Ifaya.
Ifaya terhuyung-huyung saat mencoba berjalan ke arah ibunya, wajahnya meringis kesakitan sembari memegangi tangannya yang terkilir.
"Coba ibu lihat, sayang !" sahut ibu tiri dengan pandangan cemas kepada Ifaya.
Tampak pergelangan tangan Ifaya yang membiru lebam serta membengkak besar saat ibu tiri mengamatinya.
"Tanganmu bengkak, ini pasti sangat sakit sekali, kita akan pergi ke dokter untuk memeriksakan tanganmu ini, Ifaya", kata ibu tiri.
Ibu tiri memperhatikan pergelangan tangan milik Ifaya lalu mengusap-usapnya pelan.
"Aku akan memanggil ayah Ikram agar dia mengantarkan kita semua ke dokter, tubuh ibu juga terasa pegal-pegal bahkan kedua kaki ini seperti kebas", keluhnya.
"Ya, ibu, cepatlah, aku sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit di tanganku ini", sahut Ifaya.
"Tunggu sebentar, kita harus menolong Tabana karena dia masih sulit bergerak sejak tadi", kata ibu tiri.
Ibu tiri menoleh kembali ke arah Tabana yang masih terbaring diam serta menelungkup ke bawah.
"Kita akan bawa dia ke kamarnya sebelum pergi ke dokter, aku ingin melihat keadaannya saat ini", lanjut ibu tiri.
"Kita panggil Eijaz dan yang lainnya agar mereka membantu kita untuk membawa Tabana, tapi sayang sekali, aku tidak bisa membantu Tabana", kata Ifaya yang meringis kesakitan.
"Tidak apa-apa, diamlah saja dan sebaiknya kau duduk disana sampai Tabana dipindahkan ke kamarnya", sahut ibu tiri.
"Kenapa tidak langsung dibawa ke dokter saja ?" kata Ifaya.
"Kasihan Tabana kalau kelamaan di lantai, akan lebih baik baginya jika dia dipindahkan ke kamarnya", sahut ibu tiri.
"Terserah ibu saja", kata Ifaya lalu memandang ke arah Tabana yang terbaring di atas lantai ruang tamu, yang menghadap ke bawah.
"Ibu akan memanggil Eijaz dan yang lainnya untuk membantu Tabana ke kamarnya", kata ibu tiri.
"Tapi sepertinya kondisi Tabana sulit untuk dipindahkan ke kamarnya, tubuhnya kaku seperti itu", sahut Ifaya.
"Mereka pasti kuat untuk membawa Tabana ke kamarnya", kata ibu tiri.
Ibu tiri beranjak berdiri lalu melangkah cepat ke sisi Tabana sembari memanggil Eijaz dengan kencangnya.
"Eijaz ! Eijaz ! Eijaz !" teriak ibu tiri.
Terlihat Eijaz datang tergopoh-gopoh ke ruangan tamu sembari menjawab.
"Iya, nyonya besar, ada apa", sahut Eijaz.
Eijaz menghampiri ibu tiri dan Tabana yang berada di lantai ruangan tamu.
"Tolong angkat dia !" kata ibu tiri.
"Ba-baik, nyonya", sahut Eijaz.
Eijaz segera menghampiri Tabana yang tergeletak dilantai ruang tamu.
"Aduh berat sekali tubuh nona Tabana", kata Eijaz sambil mengeluh keberatan, saat dia mencoba mengangkat tubuh Tabana dari atas lantai ruangan tamu.
"Mengeluh saja kerjaannya ! Bantu angkat dia dari atas sini, jangan mengeluh terus menerus !" sahut ibu tiri.
"Ta-tapi saya tidak kuat membawa tubuh nona Tabana, dia berat sekali, saya tidak mampu mengangkatnya, nyonya besar", kata Eijaz.
Tampak Eijaz kesulitan saat mencoba memindahkan tubuh Eijaz dari atas lantai ruang tamu.
"Berat, nyonya !" kata Eijaz kembali mengeluh.
"Diam kenapa ! Angkat saja ! Atau panggil saja yang lainnya kemari !" perintah ibu tiri.
"Baik, nyonya besar, saya akan memanggil yang lainnya, tu-tunggu sebentar", kata Eijaz sembari berdiri cepat-cepat.
Eijaz segera berlari kembali ke ruangan belakang lalu terdengar suara teriakan Eijaz saat memanggil teman-teman kerjanya.
"Aduh, Tabana, bagaimana tubuhmu sulit sekali dipindahkan, sayang ?!" kata ibu tiri mengeluh sembari mencoba memindahkan tubuh Tabana.
"Ibuuuu...", sahut Tabana yang hanya bisa mengeluh saja ketika ibunya mencoba memindahkan dirinya dari atas lantai ruang tamu.
"Cobalah kau gerakkan sedikit tubuhmu atau gulingkan tubuhmu agak ke samping, nak !" kata ibu tiri.
"Su-sulit ibuuuu...", sahut Tabana kaku.
"Cobalah ! Berusahalah sedikit, nak !" saran ibu tiri.
"Aduuuh...", keluh Tabana yang mencoba menggerakkan badannya tapi terasa sangat susah.
"Ayo, nak ! Cobalah terus !" kata ibu tiri memberi semangat pada Tabana tapi tetap tubuhnya tidak bisa digerakkan olehnya.
Ibu tiri berusaha membantu Tabana membalikkan badannya, ternyata memang tubuh Tabana berubah keras sekeras patung.
"Apa yang terjadi padanya ???" kata ibu tiri panik.
Beberapa saat kemudian, datang sejumlah orang datang beramai-ramai ke ruangan tamu dan mendekati Tabana serta ibu tiri yang berada di lantai ruangan tamu.
"Bawa Tabana segera ke kamarnya ! Cepat ! Cepat !" perintah ibu tiri kepada mereka semua.
Sejumlah orang segera mengangkat tubuh Tabana yang telah mengeras kaku seperti patung semen dari lantai ruang tamu.
"Aduh berat sekali dia !" kata salah satu pelayan rumah saat mengangkat kaki Tabana.
"Bagaimana kalau kita gunakan kain seperai saja agar lebih mudah saat mengangkatnya ?" sahut seorang pelayan yang lainnya.
"Ba-baik, aku akan mengambilnya ke belakang, tu-tunggu, aku kembali kemari", kata pelayan wanita lalu berlari terburu-buru ke ruangan dalam rumah.
Tak lama kemudian, tampak tubuh Tabana telah diangkat oleh sejumlah pelayan rumah ke ruangan dalam rumah, dengan menggunakan kain seperai tempat tidur.
Tubuh Tabana yang membujur kaku bagaikan patung kayu itu dibawa beramai-ramai di atas kain seperai menuju ke kamarnya.
"Ibuuu...", keluh Tabana saat dirinya dibawa pergi dari ruang tamu.
Ibu tiri hanya menangis sedih ketika melihat kondisi putri tersayangnya seperti itu.
Tidak tega saat melihat keadaan Tabana yang menderita, ibu tiri hanya bisa berteriak histeris.
"Tabana !!!" teriaknya lalu terjatuh tak sadarkan diri.
Keadaan ibu tiri semakin menambah panik situasi di dalam rumah saat ini, disamping sibuk membawa Tabana kembali ke kamarnya, para pelayan juga kebingungan dengan melihat kondisi ibu tiri yang ikut-ikutan pingsan.
"Aduh, nyonya besar pingsan ?! Bagaimana ini ?!" keluh Eijaz panik.
"Sudah, sudah, sebaiknya kita urus nona Tabana terlebih dahulu lalu gantian mengurus nyonya besar", sahut pelayan bertubuh gemuk.
"Ta-tapi nyonya besar juga sama pentingnya, karena dia yang membayar gaji kita, kalau kenapa-kenapa dengannya, bahaya !" kata Eijaz.
"Hai, Eijaz ! Diotakmu itu hanya yang dipikirkan uang saja ! Pikirkan ini caranya mereka kembali normal !" sahut pelayan gemuk.
"A-aku bukan dokter lalu bagaimana caranya memikirkan kondisi nyonya dan nona ?!" kata Eijaz. "Aku tidak tahu apa-apa bahkan aku tidak memiliki keahlian medis sedikitpun !" sambungnya.
Eijaz melirik pelan-pelan ke arah Tabana yang dibawanya bersama-sama yang lainnya ke kamar.
"Serahkan saja pada dokter atau rumah sakit maka keadaan mereka akan dijamin baik-baik saja jika sudah diurus mereka", kata Eijaz.
"Kau ini ! Masih saja melawak ! Mana ada dokter disini apalagi rumah sakit sangat jauh sekali dari sini, Eijaz !" sahut pelayan lainnya.
"Kita tinggal menelpon mereka atau minta tolong saja pada tuan Ikram, agar dia membawa mereka pergi ke dokter atau rumah sakit", kata Eijaz.
"Oh, iya, sejak tadi, aku tidak melihat tuan Ikram, kemana dia ?!" sahut pelayan berwajah penuh jerawat sambil menolehkan pandangannya ke arah sekeliling ruangan rumah.
"Iya, ya, kenapa tuan Ikram sepertinya tidak peduli dengan kondisi keluarganya padahal dulunya tuan sangat memperhatikan mereka daripada putri kandungnya, nona Kyra", kata pelayan gemuk keheranan.
"Semua cepat sekali berubah drastis, baru beberapa hari, rumah ini ditinggal pergi oleh nona Kyra, keadaannya langsung berbeda", celetuk pelayan berwajah penuh jerawat.
"Apalagi kemarin, nona Kyra sempat mampir kemari, untuk menjenguk tuan Ikram, ayah kandungnya", sahut pelayan gemuk bertanya-tanya.
"Apa yang terjadi saat nona Kyra datang kemari ?" tanya pelayan berwajah penuh jerawat.
"Tidak ada yang tahu apa yang terjadi, tapi aku sempat mendengar keributan dari arah ruang tamu saat nona Kyra datang ke rumah ini", sahut Eijaz.
"Apa kau melihat kejadiannya sewaktu nona Kyra datang kesini, Eijaz ?" tanya pelayan gemuk.
"Awalnya aku yang membukakan pintu saat nona Kyra datang bersama seorang laki-laki yang sangat tampan ke rumah ini, tapi aku tidak melihat keseluruhan kejadian yang terjadi kemarin", sahut Eijaz sembari berbisik pelan.
"Apa ??? Seorang laki-laki ???" kata yang lainnya dengan kompaknya lalu menoleh ke arah Eijaz seraya menatapnya serius. "Benarkah itu ???"
selamat akhirnya bisa juga, nih thor...
semangat ya... 👍💪