Keyra Onellia, seorang putri angkat keluarga Arlott yang kini sudah tak dianggap akibat keluarganya kembali menemukan sang anak kandung. Dari umur 13 tahun, Keyra mulai tersisihkan. Kembalinya Dasya, membuat dirinya tak mendapatkan kasih sayang lagi. Di hancurkan, di kucilkan, di buang dan di rendahkan sudah ia rasakan. Bahkan diakhir hidupnya yang belum mendapatkan kebahagiaan, ia harus dibunuh dengan kejam.
Keyra mengira jika hidupnya telah berakhir. Namun siapa sangka, bukannya ke alam baka, jiwanya malah bertransmigrasi ke tubuh bibinya—adik dari daddy angkatnya.
•••
"Savierra, kau hanya alat yang akan dikorbankan untuk kekasihku. Ku harap kau jaga sikap dan sadar diri akan posisimu!"
Mampukah Savierra yang berjiwa Keyra itu menghadapi tiran kejam, yang sial nya adalah suaminya itu? Takdir benar benar suka bercanda! Apakah Savierra harus mengalami kemarian tragis untuk kedua kalinya? Tidak! Savierra akan berusaha mengubah takdir hid
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sweetstory_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Harap bijak dalam membaca..
Rara dan Nio masih menelusuri salah satu bangunan tua yang tak dihuni itu. Mereka memasuki lantai pertama yang nampak tak asing di mata Nio.
"Kamu cek lantai satu ini. Cari beberapa petunjuk kamera tersembunyi."
Rara yang mendapat tugas pun mengangguk. "Lalu, kamu kemana?"
"Aku akan mencoba mengecek lantai dua.."
"Jangan!" sanggah Rara. Lalu tersentak dan memalingkan wajahnya. "M-maksudnya.. itu.. haruskah kita berpencar? Bukannya ini terlihat menyeramkan jika berjalan sendiri sendiri?" tanya Rara gugup.
Tukk!
Nio menyentil dahi Rara, yang kini mengaduh. "Dasar! Bilang saja kamu takut!" ledeknya lalu menarik tangan Rara. "Sudahlah, ayo kita cari bersama saja!"
Beberapa saat setelah menelusuri lantai satu dan dua..
"Nioo, ketemu!"
•••
Saat ini, Ryden tengah menatap layar laptopnya dengan pandangan serius. Ia menatap wajah yang juga menampilkan wajah seriusnya itu.
"Jadi, apa yang ingin kau diskusikan Ryd? Cepat bilang, aku sudah sangat mengantuk!" seru Zyonel di seberang.
"Zyo.. aku tidak tahu ini hanya perasaanku atau benar benar nyata, tapi hari ini aku sungguh melihat orang yang hampir mirip dengan dia," ungkap Ryden dengan sedikit ragu.
Terlihat Zyonel yang menegakkan duduknya, merasa tertarik dengan pembahasan kali ini. "Oh? Siapa yang kau maksud Ryd?"
"Arsen."
Terdiam. Zyonel dan Ryden sama sama terdiam setelah satu nama itu di sebutkan oleh Ryden. Nama yang begitu sakral, yang setiap penyebutannya selalu mengingatkan mereka pada kejadian satu tahun silam. Nama yang menjadi luka dan penyesalan di hati mereka.
Sebuah nama yang pernah menghancurkan dan mengacaukan perasaan mereka berdua. Arsen, seorang sahabat yang sangat mereka sayangi, dan seorang yang sangat mereka hormati karena kebijakannya sebagai yang tertua diantara mereka.
Kematiannya membuat dunia Ryden dan Zyonel sempat hancur. Arsen tidak hanya bagai seorang sahabat bagi mereka, namun juga sebagai seorang kakak yang sangat menjaga adik adiknya. Seorang Zevan Arsenio Patrice, tak akan pernah hilang di hati Ryden dan Zyonel.
"Jujur saja Ryd. Bukan dirimu saja yang merasakan itu. Ingat misi pengambilan diamond royals di Florence?"
"Hm, misi sesaat setelah kita datang ke Italia? Ada apa dengan misi itu?"
Terlihat Zyonel yang menghela nafas lirih. "Aku juga sempat melihat seseorang yang sangat mirip dengan Arsen. Aku sempat melihatnya saat dia juga tengah menatapku. Tatapan yang menyiratkan sebuah kekhawatiran yang mendalam. Wajahnya mungkin tak terlalu terlihat. Namun aku sudah melihat matanya. Aku juga melihat kemiripannya dengan Arsen pada postur tubuhnya."
Ryden terdiam dengan perasaan yang rumit. Ia menatap Zyonel, lalu mengaguk kecil secara bersamaan. "Ada kemungkinan 30% jika dia adalah Arsen. Namun ini tidak bisa dipastikan begitu saja. Aku akan menyuruh tim black shadow untuk menyelidiki."
"Baiklah. Semoga saja dia benar benar masih hidup."
Akhirnya, perbincangan itupun selesai setelah keputusan mereka berdua. Ya! Entah itu Arsen atau bukan, tidak ada salahnya untuk di selidiki bukan?
Ryden menutup laptopnya dengan mata memejam. Helaan nafas terdengar, menandakan bahwa perasaannya saat ini benar benar rumit. Kejadian satu tahun lalu terus menghantui dirinya. Bayangan dirinya saat memukul Arsen, saat Arsen memeluknya dengan erat, dan saat Arsen mendorongnya keluar gedung agar terhindar dari ledakan.
Ryden beranjak dari ruang kerja ibunya itu, dan berjalan memasuki kamar yang ditempati oleh Savierra. Sang ibu tadi sudah memberikan warning agar tidur satu kamar dengan sang istri.
Perasaan canggung menyelimuti hati Ryden saat membuka pintu kamar itu. Ia menatap sekeliling mencari keberadaan Savierra.
"Apa mungkin di kamar mandi?"
Ryden berjalan ke kamar mandi dan membukanya perlahan. "Tidak ada," lirihnya lalu tertawa bodoh.
"Bodoh, kenapa aku mengecek kamar mandi? Jika dia memang sedang mandi, bukankah aku telah melakukan hal tak senonoh?"
Ryden menggeleng kecil. Namun netranya tak sengaja melihat ke arah pintu kaca balkon yang terbuka. Kakinya melangkah menuju ke arah itu.
Benar saja, Ryden melihat Savierra yang menatap kosong ke arah hamparan langit malam. Angin malam membuat surai indah Savierra tergerak. Sinar bulan yang memancar terang menerpa wajah cantik Savierra yang terlihat sangat memukau malam ini.
"Ryden.. kamu sudah datang?" sapa Savierra tanpa menoleh ke arah belakang.
"Hmm, apa mommy sudah tidur?"
Savierra mengangguk pelan. "Iya, sebenarnya ada yang ingin mommy sampaikan tadi. Namun karena sepertinya kamu sedang sibuk, jadi mommy memilih untuk menundanya," jelasnya sembari berbalik menatap Ryden.
Perempuan itu berjalan pelan ke arah Ryden lalu menarik sudut kemeja yang Ryden pakai. "Ryd, istirahatlah. Aku akan pergi ke ruang tamu untuk tidur." Savierra lalu melepaskan tarikannya dan berjalan menjauhi Ryden. Savierra kembali memasuki kamar yang diikuti oleh Ryden.
"Tunggu. Kamu tidak perlu pergi! Tidurlah disini malam ini, aku yang akan ke kamar tamu," cegah Ryden.
Savierra terdiam. Merasa tak enak dengan Ryden. "Tidak, tuan rumah tidak boleh tidur di kamar tamu," tolak Savierra cepat.
Ryden mengangguk, "Benar juga. Kalau begitu..."
"Kita tidur bersama saja!"
"APAA?!"
Brukkk!
Ryden menarik Savierra ke ranjang. Ia menarik selimut untuk menutupi badan keduanya.
Savierra tercengang. Kecepatan Ryden sungguh membuat dirinya tak sempat mengelak. "Begini tak terlalu baik bukan?"
"Apanya yang tidak baik. Bukannya kamu istriku?"
Deg!
Savierra tertegun mendengar pengakuan Ryden yang menurutnya terlalu mendadak itu. Jantungnya berdegub kencang tak dapat di kendalikan. Setelah sekian lama, apakah ia akhirnya di akui oleh Ryden? Ini benar benar membuat Savierra senang. Bahkan matanya berkaca kaca.
Aku, akhirnya di akui juga?
"Juga, kita sudah melakukannya dua kali!"
Blushhh!!
"Ryden! Apa yang kau bicarakan?!" pekiknya kesal namun tak urung wajahnya memerah mendengar ucapan frontal dari Ryden. Ia berbalik memunggungi Ryden. Tak lupa menarik selimut sampai atas kepalanya.
Ryden terkekeh pelan, tangannya terulur ingin meraih bahu Savierra. "Apakah kamu mal-"
"Diam!!" Savierra tiba tiba saja berbalik, membuat tangan Ryden salah sasaran. Keinginan Ryden yang ingin meraih bahu Savierra malah menyentuh dada istrinya itu.
Keduanya sama sama terbengong, lalu serempak menatap ke arah tangan Ryden mendarat.
"Ryden..!!" geram Savierra merasa malu. "Cepat lepas tanganmu!"
"Enak juga rasanya" celetuk Ryden tanpa sadar.
"BRENGSEK! TIDUR SANA!"
"Savierra kenapa kau memperlakukanku seperti seorang mesum yang melakukan hal tak senonoh?"
"Terserah. Aku tidak perduli!" sentak Savierra lalu berbalik sembari menggigit bibir bawahnya, menahan kekehan geli.
•••
20 menit kemudian...
"Apa kamu belum tidur?" bisik Savierra pada Ryden. Dirinya benar benar tak bisa tidur kala merasakan sesuatu hal yang selalu menyorotnya.
"Hmm.."
Savierra terdiam, "Tidurlah, jangan menatapku terus!" bisiknya kembali lalu berusaha memejamkan mata.
"Vierra.." panggil Ryden dengan suara serak. Ia menatap punggung Savierra yang terekspos sedari tadi.
"Kenapa?" tanya Savierra lalu berbalik. Ia merasa merinding dengan panggilan Ryden dengan suara yang deep voice seperti tadi.
Srettt..
Ryden menarik Savierra dalam pelukannya. Lelaki itu mendekap erat dengan mengendus leher jenjang Savierra.
"R-ryd apa yang ingin kamu lakukan? I-ini sudah malam, cepat tidur!" gugup Savierra sembari memekik kecil saat Ryden menggigit lehernya.
"Percuma, bukankah kita sama sama tidak bisa tidur?" Ryden memeluk erat pinggang Savierra sembari mengelusnya perlahan. Ia menenggelamkan wajahnya pada bahu mulus Savierra yang terpampang jelas.
Ryden menjauhkan wajahnya dan menatap Savierra sayu, "Bolehkah?" tanyanya serak, matanya menyelami netra biru Savierra yang menenangkan itu.
Savierra yang ditatap sedemikian rupa oleh Ryden menjadi gugup. Jantungnya berdetak sangat kencang. "I-ini.. itu, a-aku..."
"Tidak perlu memaksakan diri, aku tidak akan memaksamu," desis Ryden di samping telinga Savierra. Lelaki itu bergeser menjauhi Savierra lalu memunggungi perempuan itu.
Sedangkan, Savierra menggigit bibir bawahnya ragu. 'Dua kali aku membantu Ryden, namun terasa kosong.. karena Ryden melakukan itu denganku karena pengaruh obat.. tapi sekarang..' batin Savierra berkecamuk.
Tidak apa apa Savierra.. bukankah ini adalah kesempatanmu untuk memasuki hatinya? Apa lagi yang kamu tunggu?
Savierra menelan ludah, ia menarik sudut bibirnya keatas untuk mengurangi rasa gugupnya. Ia menggeser tubuhnya dan memeluk Ryden dari belakang.
"Bagaimana mungkin.. kamu adalah suamiku, sudah kewajibanku untuk memberimu kepuasan, Ryden.." bisik Savierra dengan nada mendayu, tangannya bergerak mengelus perut Ryden yang terasa keras.
Aku sudah melakukannya dengan Ryden dua kali, namun baru kali ini aku baru bisa merasakan tubuh Ryden dengan seksama..
"Savierra kamu.."
Savierra mengendus leher belakang Ryden, "Hmm, tapi kamu harus berjanji, selalu mengingatku, dan jangan sebut nama wanita lain. Aku Savierra, Savierra Arlott. Jangan sampai kamu melupakan namaku, suamiku~"
Ryden berbalik, ia menatap Savierra yang tersenyum manis. "Maaf, mungkin sakit hatimu dulu tidak akan pernah bisa disembuhkan dengan kata maaf. Tapi aku janji, kali ini aku juga melakukannya dengan sadar, aku ingat, bahwa kamu adalah Savierra, bukan Caroline."
Tangan Ryden mulai menarik resleting baju tidur Savierra, tangannya menyusup ke punggung istrinya. "Mau berhenti pun sudah terlambat, Savierra.." bisiknya serak, lalu menarik tengkuk Savierra.
Bibir mereka menempel satu sama lain, menciptakan gairah yang mulai membara. Tangan mereka saling mengelus tubuh satu sama lain, mencoba menumbuhkan gairah di lubuk hati mereka.
Suara kecapan san lenguhan memenuhi kamar tersebut. Menjadikan suasana yang panas. Bahkan dinginnya ac pun terkalahkan dengan gairah mereka yang memanas satu sama lain.
"Emmhh, Ryd.." lenguh Savierra saat tangan Ryden mulai meremas salah satu benda kenyal itu.
Savierra meremas rambut Ryden saat lelaki itu dengan lihai memainkan lidahnya di area sensitifnya. Tubuhnya menggeliat, merasakan sensasi geli dan enak secara bersamaan.
"Savierra.." lirih Ryden yang terdengar di telinga Savierra dengan jelas. Tentu saja perempuan itu tersenyum. Ini adalah pertama kalinya Ryden secara sadar melakukan hubungan intim dengannya dan tanpa menyebut nama wanita lain.
"Ryden.. terima kasih sudah mengingatku.."
•••