NovelToon NovelToon
The Constellation : Legenda Zodiak

The Constellation : Legenda Zodiak

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Mengubah Takdir / Preman / Penyelamat
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Banu Sahaja

Di Sektor 5, kekuasaan, loyalitas, dan reputasi adalah segalanya. Setelah cedera menghentikan karier balapnya, Galang kembali ke kota asal hanya untuk mendapati jalanan dikuasai oleh 12 geng brutal, dipimpin oleh Blooded Scorpio yang kejam. Ketika sahabatnya, Tama, menjadi korban, Galang terpaksa kembali ke dunia balapan liar dan pertarungan tanpa ampun untuk mencari keadilan. Dengan keterampilan balap dan bela diri yang memukau, ia menantang setiap pemimpin geng, menjadi simbol harapan bagi banyak orang di tengah kekacauan. Namun, musuh terbesar, Draxa, pemimpin Blooded Scorpio, menunggu di puncak konflik yang dipenuhi pengkhianatan dan persatuan tak terduga, memaksa Galang menghadapi bukan hanya Draxa, tetapi juga dirinya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banu Sahaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan Tengah Malam

Langit malam di Sektor 5 gelap tanpa bulan. Hanya lampu-lampu jalan yang redup menjadi saksi pertemuan itu. Suara mesin motor bergemuruh di kejauhan, menandai kedatangan rombongan Blooded Scorpio. Galang sudah tiba lebih dulu, berdiri di samping motornya yang diparkir dengan rapi di tepi jalan. Angin dingin malam itu tak cukup untuk menggoyahkan keteguhannya.

Motor-motor itu berhenti dengan raungan keras, memecah keheningan. Draxa, dengan jaket kulit yang dihiasi emblem Scorpio besar di punggungnya, turun dengan gerakan santai, seolah ia sudah yakin akan menang. Di belakangnya, enam anggota geng berdiri, membentuk lingkaran. Mereka tersenyum mengejek, seperti serigala yang bersiap mengoyak mangsa.

“Jadi kau benar-benar datang,” kata Draxa, suara beratnya menggema di jalan kosong itu. “Aku salut dengan keberanianmu, meskipun itu mungkin hal terakhir yang kau miliki.”

Galang menatapnya dengan tatapan dingin. “Aku tidak datang untuk berbicara panjang lebar. Apa maumu?”

Draxa tertawa kecil, mengangkat bahu. “Kau tahu apa yang aku mau. Temanmu Tama harus tahu tempatnya. Bengkelnya ada di wilayahku, dan aku tidak suka ada orang yang melawan. Tapi kau membuat semuanya lebih menarik. Sekarang ini tentang harga diri.”

Galang mengepalkan tangannya, mencoba menahan amarah. “Harga diri bukan soal memeras orang lain. Kalau kau punya keberanian, kau tidak akan menyandera mereka yang lebih lemah.”

Draxa berhenti tertawa, wajahnya menjadi dingin. “Kau ingin bermain hero? Baiklah. Kita selesaikan ini sekarang.”

Ia melangkah maju, melepaskan jaket kulitnya dan memberikan isyarat pada anak buahnya untuk mundur. Lingkaran yang terbentuk kini menyisakan ruang bagi dua pria itu, bersiap menghadapi duel yang menentukan.

 

Duel dengan Draxa

Pertarungan dimulai tanpa peringatan. Draxa melayangkan pukulan pertama, sebuah serangan kuat yang ditujukan ke kepala Galang. Tapi Galang sudah mengantisipasi. Ia menunduk dengan cepat, memutar tubuhnya untuk menghindar, lalu melancarkan pukulan ke sisi tubuh Draxa. Serangan itu tepat sasaran, membuat Draxa mundur selangkah.

Namun, Draxa tidak mudah dijatuhkan. Ia membalas dengan ayunan tangan yang lebih cepat dari dugaan Galang, mengenai bahunya dan membuatnya kehilangan keseimbangan sejenak. Galang menahan rasa sakit, melompat mundur untuk menjaga jarak.

“Kau cukup tangguh,” kata Draxa, menyeringai. “Tapi aku sudah bertarung lebih lama daripada kau bisa mengendarai motor.”

Galang tidak menjawab. Ia tetap fokus, membaca gerakan lawannya. Ketika Draxa maju lagi, Galang mengubah taktiknya. Alih-alih hanya menghindar, ia memanfaatkan tenaga Draxa untuk melancarkan serangan balik. Dengan gerakan cepat, ia menangkap tangan Draxa yang menyerang, memutar tubuhnya, dan meluncurkan tendangan ke lutut lawannya.

Draxa terjatuh, tapi hanya sebentar. Dengan tawa penuh amarah, ia bangkit, kali ini terlihat lebih hati-hati. “Kau pintar, aku beri kau itu. Tapi aku belum selesai.”

Pertarungan berlanjut. Kali ini, Draxa mengandalkan kekuatan tubuhnya yang besar, mencoba memojokkan Galang. Namun, Galang terus bergerak lincah, menghindari setiap serangan dengan efisiensi. Ia tahu, satu kesalahan kecil bisa membuat Draxa mengambil kendali.

Akhirnya, setelah beberapa menit, Draxa meluncurkan serangan besar—sebuah pukulan berat yang diarahkan ke kepala Galang. Namun, ini adalah kesalahan besar. Galang memanfaatkan momen itu, menghindar ke samping, dan dengan cepat meluncurkan pukulan lurus yang menghantam rahang Draxa dengan keras. Draxa terhuyung, darah menetes dari sudut bibirnya.

Suasana hening. Anggota Blooded Scorpio tampak ragu untuk bergerak, melihat pemimpin mereka kehilangan keseimbangan. Draxa mengangkat tangan, menghentikan mereka. Ia menatap Galang dengan sorot mata penuh kebencian.

“Kau menang malam ini,” katanya dengan suara rendah. “Tapi jangan berpikir ini sudah selesai.”

Dengan susah payah, ia kembali ke motornya, memberi isyarat pada anak buahnya untuk pergi. Dalam sekejap, suara motor mereka menggema di kejauhan, meninggalkan debu dan ketegangan di udara.

 

Setelah Pertarungan

Tama, yang menunggu dengan gelisah di dojo, hampir tidak percaya ketika Galang kembali tanpa cedera serius. Ia bergegas menghampiri sahabatnya.

“Galang, kau… kau benar-benar melawan mereka?” tanya Tama, matanya penuh kekhawatiran dan rasa kagum.

“Aku hanya memastikan mereka tidak menyentuh bengkelmu lagi,” jawab Galang singkat, meletakkan helmnya di atas meja. “Tapi ini belum selesai.”

Pak Dharma, yang mendengar percakapan itu, mendekati mereka. “Galang,” katanya dengan nada serius, “kau tahu bahwa Draxa tidak akan menyerah begitu saja. Dia akan kembali, dan kali ini dengan cara yang lebih licik.”

“Aku tahu, Paman,” kata Galang sambil memandang ke arah dojo yang sunyi. “Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka terus menindas orang lain.”

Pak Dharma menghela napas. “Jika ini jalan yang kau pilih, aku hanya bisa berharap kau siap untuk menghadapi apa pun.”

 

Rencana Balas Dendam Draxa

Di markas Blooded Scorpio, Draxa duduk dengan wajah muram. Di sekelilingnya, anggota geng berbicara pelan, tak berani menatap pemimpin mereka secara langsung.

“Kita tidak bisa membiarkan ini berlalu begitu saja, Draxa,” kata salah satu anggota, mencoba menyemangatinya. “Orang-orang akan mulai meremehkan kita.”

Draxa mengangkat tangannya, membuat semua orang diam. “Aku tahu,” katanya dingin. “Tapi ini bukan soal kekuatan. Kita akan menyerang di tempat yang paling lemah.”

Ia menatap sebuah peta di meja kayu di depannya, menunjukkan wilayah Sektor 5. “Kita akan menghancurkan apa yang dia lindungi. Bengkel itu. Dojo itu. Semuanya.”

Rencana itu mulai disusun. Draxa tahu, untuk mengalahkan Galang, ia harus menyerang dari sudut yang tidak terduga.

 

Ketegangan Memuncak

Malam berikutnya, suara langkah kaki yang berat terdengar mendekati dojo. Tama, yang sedang membantu Pak Dharma merapikan peralatan, berhenti sejenak. Wajahnya memucat ketika melihat sekelompok pria mendekati pintu dojo dengan sikap mengancam.

“Pak Dharma! Galang!” teriak Tama.

Galang segera keluar, berdiri di depan pintu dengan tubuh tegap. “Apa yang kalian inginkan sekarang?” tanyanya tajam.

Pemimpin kelompok itu tersenyum sinis. “Kami hanya ingin mengingatkanmu. Draxa akan datang, dan kali ini dia tidak main-main.”

Galang tidak menjawab. Ia hanya mengepalkan tangannya, bersiap menghadapi ancaman yang sudah pasti datang.

 

1
penadau
keren banget, di tunggu updatenya!
Banu Sahaja: terima kasih 😘💕
total 1 replies
Semangat bang cerita nya bagus
Banu Sahaja: terima kasih banyak, tunggu updatean selanjutnya yaa...cerita ini adalah salah satu cara saya untuk pulih
total 1 replies
Sara la pulga
Sumpah keren banget, saya udah nungguin update tiap harinya!
Banu Sahaja: makasih banyak yaa, aku nangis baca komen ini
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!