Gadis Polos Tawanan Mafia Dingin

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, semua murid langsung berhamburan keluar dari kelas untuk pulang ke rumah masing-masing.

Murid-murid masih menatap Aurora dengan sinis setelah kejadian tadi di kantin. Mereka mempercayai ucapan Jeni kalau Aurora adalah simpanan om om.

"Udah Ra, gak usah dilihatin. Biarin aja mereka mau bilang apa. Yang penting kamu gak seperti apa yang mereka pikirkan kan".

"Kita gak bisa membungkam mulut mereka, tapi lebih baik kita gunakan kedua tangan kita untuk menutup telinga kita agar tidak perlu mendengar ucapan-ucapan mereka".

"Aku yakin, besok mereka juga akan lupa dengan kejadian tadi. Jadi lebih baik sekarang kita pulang aja yuk" ucap Risa.

"Makasih ya, karena kamu selalu percaya sama aku" ucap Aurora.

"Pasti dong, aku selalu percaya sama sahabat aku ini. Mana mungkin aku percaya dengan ucapan Jeni si tukang bully itu".

"Sebenarnya ya, aku itu kesal banget sama Jeni and the geng itu. Kalau aja aku punya kekuasaan, udah aku bales tuh si Jeli" ucap Risa dengan menggebu-gebu.

"Jeli siapa?" tanya Aurora.

"Jeli itu ya Jeni, itu nama panggilan khusus dari aku buat dia" ucap Risa.

"Shutttt Risa, jangan keras-keras. Gimana kalau ada yang dengar dan mereka mengadukan ucapan kamu ke Jeni".

"Bisa-bisa nanti kamu akan jadi korban bully Jeni dan teman-temannya. Aku gak mau kalau sampai itu terjadi" ucap Aurora.

Mendengar ucapan Aurora, Risa langsung melihat ke sekeliling. Takutnya benar, ada orang yang mendengar ucapannya tadi.

"Iya juga ya, ada orang yang denger gak ya. Aku kok jadi sedikit takut ya" ucap Risa.

"Emmm kayanya si enggak ya, tapi kamu harus ingat, jangan mengulanginya lagi.Kita lagi beruntung karena gak ada yang mendengar pembicaraan kita" ucap Aurora.

"Huftt coba aja aku anak orang kaya ya, pasti aku akan melawan jeni" ucap Risa.

"Udah Ris, gak boleh bilang kaya gitu. kita harus bersyukur dengan hidup kita yang sekarang".

"Kamu juga harus bersyukur karena masih memiliki kedua orang tua yang lengkap. Gak seperti aku" ucap Aurora.

"Iya iya" jawab Risa.

Aurora dan Risa langsung keluar dari kelas untuk pulang. Saat mereka baru keluar dari kelas, tiba-tiba ada seorang siswa yang mencegah mereka.

"Hai, Lo Aurora kan" ucapnya.

"Iya, maaf kamu siapa ya?" tanya Aurora.

"Kenalin, nama gue Kelvin" ucapnya.

"Emm, terus kenapa ya menghalangi jalan kita. Maaf soalnya kita berdua mau pulang" ucap Aurora.

"Emm gue cuma mau kenalan aja kok. Oh iya, gue percaya kok kalau Lo gak Seperi yang Jeni bilang tadi saat di kantin" ucap Kevin.

"Tunggu, kamu siapa ya. Kenapa tiba-tiba dateng terus ngomong kaya gitu" ucap Risa.

"Kan tadi gue udah memperkenalkan diri, nama gue Kevin" ucapnya.

"Iya aku tahu nama kamu Kevin, tapi apa maksud dan tujuan kamu memperkenalkan diri ke kita. Atau jangan-jangan kamu suruhan Jeni ya buat ngerjain kita" ucap Risa.

"Enggak sama sekali, seperti yang gue bilang tadi. Gue cuma mau kenalan aja, soalnya gue anak baru disini".

"Jadi belum punya banyak teman, karena itu gue mau berteman dengan kalian. Boleh kan?" tanya Kevin.

"Seriusan dia mau temenan sama kita, dilihat dari tampangnya si dia ganteng. Tapi kenapa mau temenan sama kita ya" bisik Risa.

"Shuttt jangan bilang gitu, gimana kalau dia denger" bisik Aurora.

"Emm boleh aja si, kalau kamu mau. Iya kan Ris" ucap Aurora.

"Iya boleh banget, mana kamu ganteng lagi. Pasti kita mau lah" ucap Risa.

"Risa" tegur Aurora.

"Ya ampun bercanda Ra" ucap Risa sambil tersenyum.

"Oke deh, jadi kita berteman ya" ucap Kevin.

"Iya" ucap Aurora.

"Yaudah kalau gitu gue balik dulu, atau kalian mau bareng gue aja baliknya" tawar Kevin.

"Ehh gak usah, kita bisa pulang sendiri" ucap Aurora.

"Oh gitu, yaudah deh. Gue balik ya" pamit Kevin.

"Iya hati-hati Kevin ganteng" ucap Risa.

Kevin sendiri hanya melambaikan tangannya. Sebelum dia menaiki motornya untuk pulang, Kevin mengirim pesan pada seseorang.

"Beres, semuanya udah sesuai rencana. Untuk selanjutnya gue akan jalanin semua yang Lo suruh sesuai perintah" tulis Kevin.

Sedangkan Aurora langsung menyenggol lengan Risa mendengar ucapannya tadi.

"Biasa aja kali" ucap Aurora.

"Kenapa si Ra, kan emang Kevin ganteng. Siapa tahu dia mau sama aku, biar aku gak jomblo terus" ucap Risa.

"Yaudah, kau Aminin deh kalau gitu" ucap Aurora.

"Aminnnn juga kalau gitu" ucap Risa sambil tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, kita pulang yuk. Aku kan harus lanjut kerja, jadi gak bisa lama-lama pulangnya" ucap Aurora.

"Yaudah kalau gitu, oh iya kamu pulang naik apa?" tanya Risa.

"Pagi tadi si tuan Edgar bilang mau jemput" jawab Aurora.

"Seriusan?".

"Wah wah wah, kayanya apa yang aku bilang tadi beneran deh. Bos kamu itu suka tahu sama kamu Ra" ucap Risa.

"Udah deh Ris, jangan mulai lagi. Itu tuh sesuatu yang mustahil tahu" ucap Aurora.

"Eh Ra, didunia ini gak ada yang mustahil tahu. Kita lihat aja deh, aku yakin banget kalau bos kamu punya perasaan sama kamu".

"Aku jadi pengin lihat wajah bos kamu secara langsung. Di foto aja ganteng, apalagi aslinya ya" ucap Risa.

Aurora sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Risa. Dia tidak menyangka, sahabatnya ini ternyata bisa narsis juga.

Sampai di depan gerbang sekolah, Aurora melihat mobil milik tuan Edgar.

"Itu dia orangnya" ucap Aurora sambil menunjuk mobil Edgar.

"Mana mana" ucap Risa dengan heboh.

"Astaga, biasa aja dong Ris" ucap Aurora.

"Aku gak sabar mau lihat wajah seorang pengusaha kaya raya yang banyak di kejar oleh wanita-wanita Ra".

"Jadi mohon di maklumi kalau aku jadi heboh dan norak kaya gini" ucap Risa sambil tersenyum.

"Hemmmm".

"Yaudah deh, terserah kamu aja" ucap Aurora.

"Tidak lama, Edgar dan Max menurunkan kaca jendela mobil mereka.

Melihat itu, Risa langsung terperangah melihat ketampanan dia orang didepannya.

"Astaga, mereka itu manusia atau pangeran si. Kenapa bisa ganteng banget" ucap Risa.

"Diam Risa, jangan bikin malu. Lagian biasa aja kali, ganteng dari mana" ucap Aurora.

"Udahlah, aku gak tahu standar ganteng kamu kaya gimana kalau mereka berdua kamu sebut biasa aja".

"Apa jangan-jangan mata kamu bermasalah deh. Kayanya kamu harus ke dokter buat periksa mata deh" ucap Risa.

"Enak aja, mata aku baik aja ya" ucap Aurora yang tidak terima kalau dibilang matanya bermasalah.

"Eh Ra tunggu, itu yang duduk di bangku depan siapa Ra. Kalau gak salah asistennya ya" ucap Risa.

"Iya, itu asisten tuan Edgar. Namanya kak Max" ucap Aurora.

"Ya ampun, atasan sama bawahan sama-sama ganteng. Aku jadi bingung mau pilih yang mana" ucap Risa.

"Astaga, semua orang kamu bilang ganteng, tadi Kevin baru beberapa menit kemudian udah ganti aja yang di bilang ganteng" ucap Aurora tidak habis pikir dengan sahabatnya ini.

"Tapi seriusan Ra, tuan Edgar itu ganteng pake banget banget. Kalau bisa diurutkan dari mereka bertiga itu ya yang paling pertama udah pasti tuan Edgar".

"Yang kedua tuan Max, dan yang ketiga baru Kevin" ucap Risa.

"Udahlah, aku gak akan pulang-pulang kalau dengerin ucapan kamu terus. Yang ada tuan Edgar bisa marah kalau lihat aku terus berdiri disini".

"Kalau gitu aku pulang dulu ya, kamu hati-hati pulangnya" ucap Aurora.

"Iya Ra, salamin buat pria-pria ganteng itu ya Ra" ucap Risa.

Aurora hanya bisa menghela nafas mendengar ucapan sahabatnya itu.

"Iya nanti, kalau aku gak lupa" ucap Aurora yang langsung pergi meninggalkan Risa.