Callista merupakan salah satu murid yang menjadi korban pem-bully-an. Ternyata dalang dari semua itu adalah Zanetha, adik kesayangannya sendiri. Sampai suatu hari Callista meninggal dibunuh oleh Zanetha. Keajaiban pun terjadi, dia hidup kembali ke satu tahun yang lalu.
Di kehidupan keduanya ini, Callista berubah menjadi orang yang kuat. Dia berjanji akan membalas semua kejahatan Zanetha dan antek-anteknya yang suka melakukan pem-bully-an kepada murid yang lemah.
Selain itu Callista juga akan mencari orang tua kandungnya karena keluarga Owen yang selama ini menjadi keluarganya ternyata bukan keluarga dia yang asli. Siapakah sebenarnya Callista? Kenapa Callista bisa menjadi anak keluarga Owen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Zanetha Yang Malang
Bab 12
Zanetha merasakan sakit perut yang tidak tertahankan. Dia bolak-balik ke toilet untuk buang air besar. Sampai-sampai tubuhnya merasa lemas.
"Kenapa aku yang sakit perut dan Callista malah sehat bugar begitu?" Zanetha bergumam sambil berjalan ke tempat tidurnya.
Michael Owen memanggil dokter untuk memeriksa kondisi tubuh Zanetha. Putrinya itu sudah sakit perut sejak semalam. Dia takut terjadi sesuatu yang buruk kepadanya.
"Sepertinya Nona Zanetha makan sesuatu yang mengandung bakteri," ucap dokter yang memeriksa putri pasangan Michael dan Hannah.
"Apa? Kita semua makan makanan yang sama dengannya. Tapi, kita tidak sampai sakit," kata laki-laki berbadan tinggi tegap itu tidak percaya.
Callista yang mendengar percakapan dokter dengan Michael, hanya bisa mengulum senyum. Di kehidupan sebelumnya dia lah yang mengalami itu, sekarang kebalikannya.
'Sekarang kamu bisa merasakan sendiri apa yang aku rasakan dahulu,' batin Callista.
Berbeda dengan di kehidupan sebelumnya yang liburan penuh dengan luka dan duka, kini Callista menikmati liburannya di villa ini. Dia pun berjalan ke arah dapur untuk belajar memasak kue pie susu dan kue pie apel.
Keramahan Callista kepada para pekerja membuat mereka langsung sayang dan menyukainya. Callista juga tidak suka menyuruh ini itu kepada mereka seperti Hannah dan Zanetha.
"Kita lihat hasilnya!" pekik Callista begitu selesai melakukan pemanggangan.
Wangi butter dan manis langsung menusuk hidung semua orang yang ada di sana. Setelah dingin Callista membagi ke semua penghuni villa. Dia juga membawakan untuk Zanetha.
"Zanetha Sayang, ini aku buatkan kue pie susu. Rasanya sangat enak sekali. Aku harap kamu segera sembuh setelah makan ini," kata Callista dengan lemah lembut dan bersungguh-sungguh.
Zanetha pun memakan sampai habis. Bahkan dia meminta tambah lagi. Tentu saja ini membuat Callista senang karena mendapat pujian dari Michael dan Hannah.
***
Keesokan harinya Zanetha sudah sembuh. Bukannya insyaf, dia malah ingin melakukan kejahatan kepada Callista. Dia ingin saudaranya itu juga merasakan diare seperti dirinya kemarin. Melalui pesuruh gadis itu memesan obat pencahar.
Callista yang kebetulan sedang jalan-jalan di taman bunga mawar, melihat Zanetha sedang bersama seorang laki-laki. Karena penasaran, maka dia pun mendekatinya.
"Kata penjaga toko obat, ini sangat mujarab agar mudah buang air besar," kata laki-laki itu.
"Bagus. Ini upah untukmu. Ingat, jangan sampai ada yang tahu," tukas Zanetha dan laki-laki itu mengangguk.
Callista mengikuti Zanetha masuk ke dalam rumah. Ketika adiknya masuk ke kamar mandi, dia buru-buru mengeluarkan botol itu dan membuang isinya ke luar jendela. Lalu, dia mengganti dengan air minum yang ada di teko.
'Aku harus cepat-cepat pergi dari sini,' batin Callista sambil keluar dari kamar.
'Sampai habis pun obatnya tidak akan berkhasiat,' lanjutnya dalam hati.
***
Callista kembali menjalani sisa kurungan hukuman dari Hannah. Dia belajar memasak beberapa resep makanan yang diberikan oleh Martha ketika di villa kemarin.
"Kak, tolong kerjakan tugas ini!" perintah Zanetha kepada Callista begitu masuk ke dapur.
Gadis itu meletakkan beberapa buku catatan di meja kayu yang ada di area dapur. Setelah itu dia pun beranjak pergi. Namun, sebelum mencapai pintu ucapan Callista menghentikan langkahnya.
"Kerjakan sendiri! Aku tidak mau lagi mengerjakan pekerjaan rumah yang seharusnya menjadi tanggung jawab kamu," ucap Callista dengan tatapan tajam kepada adiknya.
Di kehidupan masa lalu, setiap ada tugas sekolah, selalu saja Callista yang mengerjakan semuanya. Tentu saja Zanetha akan membanggakan itu hasil kerja kerasnya dalam belajar. Sesungguhnya dia itu orang bodoh dan licik.
"Kenapa, Kakak?" tanya Zanetha dengan mata berkaca-kaca dan ekspresi wajah tersakiti seakan Callista sudah berbuat jahat kepadanya.
"Aku ingin kamu menjadi murid yang pintar, Zanetha. Aku sangat sayang sama kamu. Apa kamu tahu kalau ada beberapa orang membicarakan kamu? Mereka tahu kalau semua tugas sekolah itu aku yang mengerjakannya," jawab Callista dengan lemah lembut. Dia harus memerankan seorang kakak yang baik hati dan sayang sama adik, seperti diri sebelumnya.
"Bagaimana mereka bisa tahu?" tanya Zanetha dengan terisak.
"Ada apa ini?" Hannah masuk ke dapur karena mendengar suara Zanetha.
"Kakak tidak mau lagi mengerjakan tugas sekolah aku, Ma," balas Zanetha sambil menangis memeluk ibunya.
Melihat itu Callista merasa muak dengan drama adiknya. Dia sangat tahu betul bagaimana sifat dan perbuatan Zanetha sebenarnya.
'Kamu bermain drama, aku tantangin kamu bermain drama juga,' batin Callista.
Hannah menatap tajam kepada Callista. Dia paling tidak suka melihat Zanetha menangis atau menderita. Apa pun keinginan putrinya semua orang harus mau menuruti keinginannya. Tidak boleh ada bantahan atau penolakan.
"Kenapa kamu tidak mau mengerjakan tugas itu, Callista?" tanya Hannah dengan suara menggelar dan tatapan mata yang nyalang.
Jika tidak ada Michael di rumah atau di sekitar mereka, Hannah berani memaki atau membentak Callista. Itu adalah bentuk pelampiasan kemarahannya. Sampai saat ini dia masih menduga kalau gadis itu adalah anak haram dari selingkuhan suaminya.
"Ma, orang-orang sudah tahu tulisan aku dan Zanetha berbeda. Jadi, mereka tahu kalau semua tugas sekolah itu dikerjakan oleh aku, bukan Zanetha. Mereka mencibir dan mengolok-olok Zanetha di belakang. Aku sedih dan sakit hati mendengar itu semua, walau memang begitu kenyataannya dan ucapan mereka tidak salah," jawab Callista menohok Hannah dan Zanetha.
"Benarkah itu?" tanya Hannah kini ekspresi wajahnya berubah.
"Iya, Ma. Aku tahu semuanya karena beberapa kali mendengar itu tanpa sengaja," jawab Callista dengan wajah sendu seolah dia juga ikut bersedih dan sakit hati.
Diam-diam dalam hati, Callista tertawa melihat ekspresi wajah ibu dan anak itu. Keduanya mengira apa yang diucapkan oleh gadis itu adalah suatu kebenaran, bukan hasil rekayasa.
"Mama ...."
Zanetha memasang wajah memelas dan tidak berdaya. Dia memang lemah dalam ilmu matematika atau ekonomi. Hanya pandai bagaimana caranya menghabiskan uang.
Hannah merasa kasihan kepada putri kesayangannya. Hatinya ikut terluka melihat Zanetha seperti ini.
"Mama tidak mau tahu. Kerjakan semua tugas Zanetha itu sebelum kamu tidur nanti," ujar Hannah lalu pergi dari dapur dan diikuti oleh Zanetha.
Mendengar ucapan ibunya, Zanetha tersenyum senang. Dia pun melirik dengan tatapan mengejek kepada Callista. Seakan dia berbicara lewat matanya, "Lihatkan! Apa yang aku mau pasti terkabul."
"Oke. Kita lihat apa yang akan terjadi besok. Apa kamu masih bisa tersenyum seperti itu?" batin gadis pemilik surai panjang.
Callista tidak akan melakukan hal yang bodoh lagi. Dia menyuruh salah seorang pelayan untuk mengerjakan tugas milik Zanetha. Gadis itu tidak memberi tahu cara menjawab soal dan membiarkan sesuai dengan keinginan sang pelayan.
***
jngan lengah ya callista... karena boom wktu menunggumu... apalgi dngan perbhan si zanet nntinya yg hbis oprasi...
semoga saja...
sehat slalu...
ku tunggu karyamu yang lainnya...
smoga callista bahagia slalu...
orang ko bener2 iblis kamu zanetta
semoga segera terungkap kejhtan kluarga owen...
lanjut kak...
si zanetta jadi orgil