NovelToon NovelToon
Splash

Splash

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Romansa
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Elsa safitri

Rasa bersalah yang menjerumuskan Evelin, atlet renang kecil untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seluruh keluarganya. Kesepian, kosong dan buntu. Dia tidak mengerti kenapa hanya dia yang di selamatkan oleh tuhan saat kecelakaan itu.


Namun, sebuah cahaya kehidupan kembali terlihat, saat sosok pria dewasa meraih kerah bajunya dan menyadarkan dia bahwa mengakhiri hidup bukanlah jalan untuk sebuah masalah.


"Kau harus memperlihatkan pada keluargamu, bahwa kau bisa sukses dengan usahamu sendiri. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal menyelamatkanmu dari kematian." Reinhard Gunner.


Semenjak munculnya Gunner, Evelin terus menggali jati dirinya sebagai seorang perenang. Dia tidak pernah putus asa untuk mencari Gunner, sampai dirinya tumbuh dewasa dan mereka kembali di pertemukan. Namun, apa pertemuan itu mengharukan seperti sebuah reuni, atau sangat mengejutkan karena kebenaran bahwa Gunner ternyata tidak sebaik itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putus asa

Pria itu mendengarkan sampai bagian terakhir. Karena merasa iba, dia semakin beringsut mendekat dan memeluknya. Evelin yang malang terkejut, namun tidak membuat tanggapan.

"Kau harus memperlihatkan pada keluargamu, bahwa kau bisa sukses dengan usahamu sendiri. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal menyelamatkanmu dari kematian."

Gadis itu semakin di buat menangis. Dia selalu berpikir bahwa kehidupannya adalah sebuah kutukan setelah bangun dari koma. Namun, saat ini dia menemukan sebuah tujuan baru. Yaitu menjadi sukses untuk di perlihatkan pada ayah dan ibunya.

Setelah sadar betapa memalukannya menangis di depan orang asing, Evelin menjauh dan raut wajahnya kembali seperti semula. Dia menunjuk pria itu dengan tajam seolah memberi ancaman.

"J-jangan mengatakannya pada siapapun, dasar kau brengsek."

Dia melengos lalu pergi dari teras. Meninggalkan seorang pria yang sudah susah payah memberi nasihat absurd yang muncul secara bergilir di dalam kepalanya.

Pria itu hanya melihat punggung Evelin yang semakin menjauh. Dia tidak mengerti harus bereaksi seperti apa tentang kejadian barusan. Bukankah itu cukup mengharukan? tapi kenapa di bagaimana terakhir malah sedikit menyebalkan?

"Bocah tengik itu benar-benar."

*

*

*

Setelah kejadian di teras, Evelin jadi lebih sering bertemu dengan Gunner. Pria asing yang memberi nasihat saat di teras hari itu.

Setiap dia keluar kamar, dia terus melihat Gunner yang duduk di kursi rumah sakit. Dan yang lebih menyebalkan, setiap kali mata mereka bertemu, pria itu selalu melambai seolah mereka cukup akrab untuk saling menyapa. Namun, Setiap kali hal itu terjadi, Evelin selalu bersikap acuh tak acuh.

Meski demikian, Gunner sebenarnya tampak sangat putus asa tidak di ketahui apa alasannya.

*

*

Suatu hari, Evelin duduk di taman rumah sakit sambil menunggu bibinya. Dia mendongak menikmati angin yang berhembus mengenai dahan pohon di atas kepalanya. Dia merasa kembali hidup setelah terus berdiam diri dalam ruangan.

Saat dia asik memejam sambil merasakan dobrakan angin, Gunner tiba-tiba duduk di sampingnya. Dengan senyuman mekar, pria tak tahu malu itu melakukan hal yang sama.

Sadar dengan kehadiran seseorang, Evelin membuka mata dan mendapat wajah pria asing itu lagi. Dia berhenti bersandar dan menggeram.

"Apa yang kau lakukan disini?!"

"Menemanimu."

Pria itu menjawab dengan senyuman. Setelah menjawab, dia kembali seperti semula. Bersandar sambil memejam, merasakan dobrakan angin dari dahan pohon yang bergoyang.

Sementara itu, Evelin hanya memperhatikannya dalam diam. Dia tidak mengerti kenapa pria yang tak di ketahui namanya itu begitu sering dia lihat akhir-akhir ini.

"Oh iya, bagaimana kondisimu?"

Gunner tiba-tiba bertanya. Evelin yang terdiam gugup langsung tersadar. Sebenarnya, dengan hanya melihat saja orang lain bisa menyimpulkan bahwa Evelin masih butuh perawatan. Perban di wajahnya masih sangat banyak. Yang membedakan hanya kaki yang sudah bisa menapak dengan benar.

"Sudah membaik. Hanya butuh beberapa hari lagi sampai aku bisa keluar dari rumah sakit."

"Benarkah? baguslah. gadis manis memang harus mendengarkan ucapan dokter~"

Evelin tidak membuat tanggapan. Dia sebenarnya ingin mengetahui nama pria itu sebelum keluar dari rumah sakit, namun masih sangat malu. Menurutnya orang asing hanya akan dia temui sekali seumur hidup. Jadi tidak perlu memberi informasi lain selain kebenaran bahwa mereka hanya pernah bertukar kata.

"Setelah sembuh, teruslah menjadi perenang sampai mendapat medali emas pertama untuk Jerman."

Gunner melanjutkan. Dia mengelus rambut Evelin dengan senyuman yang sama seperti sebelumnya. kata-katanya yang terdengar bagus, dan suaranya yang melambung terdengar seperti sebuah melodi indah.

Pria itu sangat luar biasa. Dari segi fisik dan kemampuannya untuk memikat orang lain.

"Dari mana kau tahu aku suka berenang?"

Evelin memicingkan mata curiga. Dia jelas tidak pernah memperkenalkan diri sebelumnya. Sebuah nama saja masih di sembunyikan, apalagi hobi.

"Kamu pernah mengatakannya saat kamu bercerita tentang kecelakaan itu."

Gunner menjawab dengan lugas. Jika di ingat, Evelin memang mengatakan bahwa dia memenangkan sebuah perlombaan renang sebelum kecelakaan terjadi.

Gadis itu tampak sangat malu setelah mengingat sampai ke bagian sana. Dia seharusnya tidak banyak bicara pada orang asing tentang masalah hidupnya.

"... Aku akan melakukannya bahkan tanpa kau suruh."

Dia menyahut tentang ucapan pria itu sebelumnya. Bohong jika dia mengatakan demikian. Padahal niat awalnya dia ingin berhenti berenang karena kecelakaan itu. Karena cedera tangan dan kaki tidak cukup parah, dia masih bisa bergerak di dalam air. Seharusnya itu akan baik-baik saja jikapun dia akan tetap meneruskan hobinya.

*

*

*

Setelah terus bertemu satu sama lain, Evelin jadi sangat penasaran tentang alasan pria itu tetap ada di rumah sakit. Jika di lihat dari tubuhnya, dia tidak memiliki luka sedikitpun untuk terus melalukan pemeriksaan. Lalu kenapa dia selalu berada di rumah sakit tanpa berobat?

Dia memutuskan untuk mengintip ke dalam kamar seorang pasien yang sering Gunner datangi. Ternyata, di dalamnya terdapat nenek tua yang terbaring di ranjang. Saat berhadapan dengan nenek itu, tampang Gunner menjadi sangat bahagia. Dia terlihat sedang menceritakan hal sepele yang membuat keduanya tertawa secara bersamaan.

Sementara itu, Evelin hanya terdiam di dekat pintu. Dia sebenarnya sangat terkejut dengan kebenaran tersebut. Ternyata pria menyebalkan itu bisa bersikap sangat manis saat berhadapan dengan orang yang dia sayangi.

Setelah mengetahui alasan keberadaan Gunner di rumah sakit, Evelin kembali ke kamarnya. Saat ini, yang sangat ingin dia tahu adalah nama pria itu. Dia memutuskan untuk menanyakan namanya saat mereka bertemu besok.

*

*

*

Keesokan harinya setelah rutinitas pagi, Evelin bergegas keluar untuk menemui Gunner. Dia sudah mempersiapkan diri untuk bertanya tentang namanya dan memperkenalkan dirinya sendiri. Dia sadar setelah beberapa kali bertemu, bahwa dia sangat menyukai pria asing itu.

Namun, dia tidak menemukan pria itu setelah menyusuri semua tempat yang sering dia kunjungi. Kemudian, dia memutuskan untuk memeriksa ke dalam kamar yang di tempati oleh neneknya. Dan semua usaha itu tidak membuahkan hasil.

Pria asing itu sudah pergi dari rumah sakit! Ini adalah kebenaran yang sangat buruk. Awalnya dia berpikir bahwa mereka akan berpisah beberapa hari lagi karena dia yang akan segera keluar dari rumah sakit, namun ternyata pria itu mendahuluinya.

Ini akhir yang buruk. Dia bahkan belum sempat bertanya tentang nama.

Dengan hati yang putus asa, dia keluar dari kamar kosong itu untuk kembali ke kamarnya sendiri. Namun, saat dia melangkah keluar, seorang dokter hampir menabraknya dari samping.

"Hati-hati, nak. Apa yang kamu lakukan di kamar kosong?"

Evelin menoleh dengan wajah yang menunjukkan kesedihan. Dia tampak begitu putus asa seolah baru saja kehilangan sesuatu yang berharga.

"Pasien di kamar ini.. Kapan mereka keluar, dok?"

"Dia sudah meninggal dunia. Malam tadi mayatnya di antarkan ke rumah beliau, bersama cucu satu-satunya."

Evelin membola terkejut. Dia menolak percaya, namun yang bicara adalah seorang dokter. Dia berpikir berarti selama ini bukan hanya dia yang merasa begitu hampa dan putus asa tentang hidup.

"Lalu, apa dokter tahu siapa nama cucu satu-satunya itu?"

Suara Evelin berubah. Kini terdengar begitu pelan dan serak. Bahkan dokter hampir tidak dapat mendengar seluruhnya.

"Kalau tidak salah, namanya Gunner."

1
yoruuu
saya akan lebih sering update mulai sekarang. Jadi maafkan saya atas keterlambatan yang terus berkelanjutan, haha..
yoruuu
semangat
Eci Rahmayati
jangan pisahkan mereka LG Thor
Lusie
cerita othor ini memang selalu bikin aku gemes
Lusie
malah sedih jadi mereka bakal pisah lagi nih Thor?
Lusie
bagus drew para pembaca udh kesel banget nih sama si Gunner
yoruuu
maaf ya, kesehatan othor sering menurun/Frown/
Lusie
Thor kirain ga bkl up lagi novel ini/Sob/ makasih thorr udh up kembali semangat thorr
Eci Rahmayati
bagus Evelyn kamu harus tegas
Eci Rahmayati
sangat menarik untuk di baca
Eci Rahmayati
up lagi Thor hihihi semangat
Lusie
jdi s Gunner ini sbnrnya cmn lakuin cinta satu MLM doang ya thor
Lusie
bagus Thor ceritanya anak muda banget aku suka
Lusie
namanya bgus mukanya bgus kelakuannya yg ga bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!