Cinta Untuk Si Gadis Buta

Keyra berjalan kembali ke ruangannya, dia hanya mengganti kemeja yang terkena tumpahan minuman oleh Mariska.

Blazer dan celana hitamnya masih yang di pakai tadi pagi, hanya kemejanya saja yang di ganti, namun tak ada yang tahu karena warna kemejanya sama putihnya dengan yang di pakai tadi pagi.

Yang berbeda hanya wangi tubuh Keyra saja, tercium sangat wangi dan segar. Seperti sehabis mandi.

"Key lo mandi di ruang presdir?" tanya Inggit.

Keyra mendelik lalu kembali menatap layar laptopnya, sambil memanyunkan bibirnya berpura pura marah.

Padahal Keyra berusaha untuk mengalihkan perasaan gugup yang menyerangnya, karena rupanya Inggit tahu bahwa dia habis mandi di ruangan presdir.

"Lo di apain sama tuan gunung es itu?" tanya Irna.

"Gue enggak di apa apain kok, dia cuma tanya ada masalah apa sama si Mariska, karena di kantor bukan ajang untuk mencari musuh tapi tempat cari duit yang halal," cerocos Keyra.

Terpaksa Keyra berbohong demi menyelamatkan wibawa suaminya di mata sahabatnya, karena bagaimana pun juga Keyra adalah istri sah dari bos mereka.

"Terus si Mariska di panggil juga enggak sama si tuan gunung es itu?" tanya Irna lagi.

"Kalau masalah itu mending lo tanyain sama si tuan Fahri aja, gue enggak tahu soalnya," jawab Keyra.

"Ah males banget gue nanyanya juga, ngeri lihat wajah dinginnya," jawab Irna.

Keyra tertawa mendengar apa yang di katakan oleh Irna, tanpa Irna sadari jika Fahri mendengar apa yang di katakan oleh Irna tentang dirinya.

"Eekkhhhemmmm!"

Deheman Fahri membuat ruangan staff keuangan mendadak mencekam, bahkan Irna merasa bulu kuduknya merinding seolah ada sesuatu yang mengancam keselamatannya.

Irna pun berbalik, dia melihat Fahri sedang menatapnya dengan tatapan membunuh, membuat jantung Irna berdetak karena takut.

"Deghhhh!"

"Mampus gue, tuan Fahri denger enggak ya apa yang gue bilang? Waduh tamat gue kali ini," batin Irna.

"Kerja yang bener, jangan ngobrol aja apalagi ngomongin orang!" sentak Fahri membuat nyali Irna semakin menciut.

Mereka pun mengerjakan pekerjaan mereka dengan baik, tak ada satu pun di antara mereka yang berani mengangkat kepala mereka.

Sedangkan di divisi pemasaran, pak Roni sedang menceramahi Mariska. Dia sudah kesal dengan keponakannya itu karena selalu saja membuat ulah.

Tanpa pak Roni sadari, Dewa sedang memandang Mariska dengan tatapan membunuh. Dewa geram dengan kelakuan Mariska yang bar bar dan selalu seenaknya terhadap karyawan baru.

Namun rupanya kali ini Mariska salah memilih lawan, dia telah melakukan kesalahan besar dengan mengganggu ketenangan Nyonya Airlangga.

Roni menunduk lalu mempersilakan Dewa duduk di kursinya, Dewa pun melangkah masuk dengan aura yang terlihat menakutkan.

Wajahnya mengeras, tatapan matanya tajam setajam silet. Terlihat kilat amarah dari setiap langkah panjangnya, membuat Mariska benar benar merasa takut.

"Tuan Langga," sapa pak Roni.

"Hmmm!"

Dewa menjawab dengan gumaman saja, bahkan gumaman yang keluar dari bibir Dewa seolah auman harimau yang begitu mengerikan terdengar di telinga Mariska.

Membuatnya merinding dengan tubuh gemetar yang menggigil hingga untuk sekedar mengangkat wajah saja dia merasa kesusahan.

"Ada masalah apa kau dengan Keyra dari divisi keuangan?" tanya Dewa dengan tatapan mengintimidasi.

"Sa-saya," Mariska tak bisa berkata kata nyalinya menciut bagai kerupuk di siram air.

Dewa masih menatap Mariska dengan tatapan mengintimidasinya, dia benar benar tak berani untuk memandang wajah tampan Dewa.

"Dengar Mariska, kalau sampai aku mendengar keributan seperti tadi lagi, maka persiapkan surat pengunduran diri mu, dan terima semua konsekuensinya," ucap Dewa dengan suara beratnya.

Siapa pun yang melakukan kesalahan fatal, dia akan di keluarkan dari perusahaan dengan tidak hormat serta bersiap masuk ke dalam daftar hitam di semua perusahaan. Yang artinya dia tidak akan di terima di perusahaan mana pun.

Mariska mengangguk lemah, wajahnya sudah pucat seolah kehilangan banyak darah. Bahkan bibirnya tak sanggup berkata seolah terkunci dengan begitu rapat.

"Dan satu lagi, jangan pernah sentuh Keyra! Dia wanita yang istimewa," ucap Dewa.

Dewa segera meninggalkan ruangan staff divisi pemasaran, dia ingin menjambak rambut Mariska saja rasanya karena saking kesalnya jika dia berlama lama di sana.

Tanpa Dewa sadari jika kalimat terakhir yang di ucapkannya akan menjadi boomerang bagi Keyra, Mariska bahkan sudah menyusun rencana agar Keyra di keluarkan dari perusahaan King Airlangga.

"Aku tak bisa terima itu, bagaimana pun juga aku harus bisa menyingkirkan Keyra!" teriak Mariska dalam hati.

**

"Tuan, rupanya tuan Langga sudah mengingat semuanya!" lapor anak buah Marco.

Marco yang sedang bermain main dengan beberapa wanita, juga minuman di tangannya langsung berdiri dengan tatapan mata yang tajam.

"Apa!" sentak Marco.

Lalu pengawal itu pun kembali melaporkan bahwa Dewa sudah mengingat semuanya, dan rupanya Dewa memiliki kekasih bernama Keyra yang juga bekerja di perusahaan King Airlangga.

"Siapa Keyra itu?" tanya Marco lagi.

"Keyra adalah kekasih tuan Langga, dia bekerja sebagai staff keuangan di perusahaan King Airlangga," jelas pengawal tersebut.

"Kurang ajar, apa saja yang di lakukan oleh Aruna bodoh itu?" teriak Marco.

Para pengawal yang melapor itu pun ketakutan karena teriakan Marco, lalu dengan tangannya Marco mengusir wanita wanita yang tadi memanjakannya.

"Aku harus lakukan sesuatu, Aruna benar benar tidak bisa di andalkan dia hanya tahu belanja dan pamer saja," umpat Marco.

Marco segera pergi ke mansion Airlangga, dia ingin tahu perkembangan dari rencananya, karena Aruna tak kunjung melapor juga.

Sesampainya di mansion Airlangga, Marco segera turun dari mobilnya. Dia berjalan menuju halaman, di sana tampak beberapa pelayan yang sedang membersihkan tanaman hias dan juga rumput liar di sekitar taman bunga.

"Apa Nyonya Aruna ada?" tanya Marco.

"Ada Tuan, beliau sedang bersama tuan Andre di kamarnya," jawab pelayan tersebut.

Marco tampak marah, dia lalu melangkah menuju ke dalam. Dia berniat masuk ke dalam kamar sang adik.

Ketika di luar kamar Aruna, Marco mendengar suara suara yang menjijikan. Karena pintu kamar Aruna rupanya sedikit terbuka, sehingga suara suara di dalam bisa terdengar jelas.

Dengan sekali tendangan, Marco membuka pintu kamar sang Adik. Tampaklah Aruna dan Andre yang sedang bergumul tanpa sehelai benang pun di atas kasur dengan di tutupi selimut.

Marco merasa jijik melihat Andre sahabatnya, Aruna sibuk menarik selimut agar menutupi tubuh bagian atasnya dengan selimut tersebut.

Andre pun bersembunyi di balik selimut yang di pakai Aruna, sehingga posisi mereka menjadi duduk sambil bersandar.

"Kakak, mengapa tidak sopan sekali?" gerutu Aruna.

"Apa aku mengganggu?" Marco balik bertanya dengan wajah sisnis.

"Setidaknya ketuklah pintunya, kau membuatku benar benar kesal dan malu!" sentak Aruna.

"Mengapa kalian tidak menikah saja? Hah!" teriak Marco geram.

"Kalau begitu, nikahkan aku sekarang juga dengan adikmu!" teriak Andre.

Marco lalu memanggil pengawal agar mempersiapkan pernikahan Aruna, sederhana saja tak perlu pesta dan yang lainnya.

"Aku ingin kau segera mengeksekusi rencana kita, aku ingin kau memaksa Dewa untuk menikah dengan Cindy, agar kita bisa segera menguasai harta kekayaan Airlangga," cerocos Marco.

"Apa obat perangsang dosis tinggi itu tidak mempan untuk Dewa?" tanya Andre.

"Aku masih menyelidiki dengan siapa Dewa melakukannya, karena wanita itu terlihat misterius," jawab Marco dengan wajah yang penuh amarah.