NovelToon NovelToon
I Will Protect You

I Will Protect You

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Kyurincho

Demi menjaga kehormatan keluarga, Chandra terpaksa mengambil keputusan yang tidak pernah terbayangkan: menikahi Shabiya, wanita yang seharusnya dijodohkan dengan kakaknya, Awan.
Perjodohan ini terpaksa batal setelah Awan ketahuan berselingkuh dengan Erika, kekasih Chandra sendiri, dan menghamili wanita itu.
Kehancuran hati Chandra membuatnya menerima pernikahan dengan Shabiya, meski awalnya ia tidak memiliki perasaan apapun padanya.
Namun, perlahan-lahan, di balik keheningan dan ketenangan Shabiya, Chandra menemukan pesona yang berbeda. Shabiya bukan hanya wanita cantik, tetapi juga mandiri dan tenang, kualitas yang membuat Chandra semakin jatuh cinta.
Saat perasaan itu tumbuh, Chandra berubah—ia menjadi pria yang protektif dan posesif, bertekad untuk tidak kehilangan wanita yang kini menguasai hatinya.
Namun, di antara cinta yang mulai bersemi, bayang-bayang masa lalu masih menghantui. Bisakah Chandra benar-benar melindungi cintanya kali ini, atau akankah luka-luka lama kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyurincho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Storms in the Ballroom

Suasana di aula perlahan berubah. Tepuk tangan dari para tamu mereda, digantikan oleh obrolan rendah yang terdengar seperti gumaman lebah di kejauhan. Namun, bagi Chandra, keramaian itu hanyalah latar belakang kabur dari pikirannya yang sibuk mencerna pertanyaan Shabiya.

Shabiya berjalan menjauh darinya, gaun putih panjangnya meluncur anggun di lantai marmer, memantulkan cahaya kristal dari lampu gantung di atas. Punggungnya tegak, kepalanya sedikit terangkat, seperti seorang ratu yang baru saja memutuskan bahwa ia tidak peduli lagi dengan kerajaannya. Tapi Chandra tahu lebih baik. Gerakan itu adalah caranya menyembunyikan sesuatu. Amarah. Luka. Atau mungkin… ketidakpastian.

Di sisi lain ruangan, Awan dan Erika masih berdiri. Awan kini bersandar santai di meja hidangan, memegang segelas anggur merah dengan senyum miring yang sama sekali tidak membantu suasana hati Chandra. Erika, di sisi lain, tampak resah. Matanya melirik Shabiya, kemudian Chandra, lalu kembali lagi. Ada sesuatu yang menggumpal dalam tatapan wanita itu—sesuatu yang membuat Chandra ingin tertawa sinis.

"Jadi kau cemburu," gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Ia memutuskan untuk bergerak, meninggalkan kerumunan yang mulai mendekat untuk memberikan ucapan selamat. Tapi langkahnya terhenti ketika seorang tamu tua dengan jas abu-abu mendekat, memaksa Chandra untuk berhenti dan beramah tamah.

"Selamat, Chandra. Pengantin wanita yang cantik sekali," ujar pria itu sambil menjabat tangannya erat.

"Terima kasih, Pak Hari," jawab Chandra dengan senyum diplomatis, meski matanya sesekali melirik ke arah Shabiya yang kini berdiri di dekat balkon, sendirian.

Ia mendapati dirinya terganggu. Biasanya, ia mampu membagi perhatian tanpa kesulitan, tetapi malam ini berbeda. Ada sesuatu tentang Shabiya—ketegangan di bahunya, tatapan dinginnya, dan cara ia mengajukan pertanyaan itu—yang membuat Chandra merasa… terbuka. Rawan. Dan ia benci perasaan itu.

Setelah berhasil mengakhiri percakapan dengan tamu, Chandra memutuskan untuk mendekati Shabiya. Langkahnya mantap, ekspresinya netral, tapi di dalam dirinya, ada badai yang sulit dikendalikan. Ketika dia sampai di balkon, dia berhenti sejenak, membiarkan bayangan tubuhnya terpantul di lantai marmer sebelum akhirnya berkata dengan suara rendah yang hanya bisa didengar mereka berdua.

“Kau selalu memiliki cara untuk mengakhiri momen, bukan?”

Shabiya berbalik perlahan. Angin sore yang masuk melalui pintu balkon menggoyangkan rambutnya yang panjang. Matanya yang gelap bertemu dengan milik Chandra, penuh dengan keteguhan yang membuat pria itu kembali merasa ditelanjangi.

“Apa aku salah?” jawab Shabiya, nada suaranya tajam namun terkendali. “Bukankah itu yang kau lakukan? Membuktikan pada mereka bahwa kau masih bisa berdiri lebih tinggi?”

Chandra menghela napas panjang, mencoba menahan dorongan untuk merespons dengan kemarahan. Ia melangkah lebih dekat, hingga jarak mereka hanya beberapa inci, lalu bersandar di pinggiran balkon.

“Kau tidak tahu apa-apa tentang aku,” katanya dengan nada rendah yang mengandung bahaya.

“Tidak, aku tidak tahu.” Shabiya menyilangkan tangannya, matanya masih terpaku pada Chandra. “Dan kau juga tidak tahu apa-apa tentang aku. Jadi mengapa kita berpura-pura, Chandra?”

Shabiya diam sesaat, membiarkan kata-kata itu menggantung di udara. Lalu ia melanjutkan, lebih pelan namun lebih tajam. “Kau tahu apa yang paling menyedihkan dari semua ini? Kau pikir aku peduli pada permainan kecilmu dengan mereka. Aku tidak peduli.”

Chandra merasa darahnya mendidih. Tapi sebelum ia bisa menjawab, Shabiya melanjutkan.

“Yang aku pedulikan adalah… apakah kita akan terus begini? Bermain perang dingin yang sama sekali tidak ada pemenangnya? Jika ya, maka aku tidak mau melanjutkan ini. Aku punya lebih banyak hal untuk dilakukan.”

Ia berbalik, meninggalkan Chandra lagi, kali ini dengan langkah yang lebih cepat. Tapi sebelum ia sepenuhnya menghilang ke keramaian aula, ia berhenti, menoleh sedikit, dan berkata dengan nada datar.

“Aku akan pergi ke ruang ganti lebih dulu. Aku harap kau tidak lama.”

Chandra berdiri diam di sana, mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Angin sore bertiup lebih dingin, tapi dadanya terasa lebih panas dari sebelumnya. Ia merasa kalah, meskipun tidak ada pertarungan yang jelas.

Kemudian, dari sudut balkon, ia mendengar suara langkah mendekat. Ketika ia menoleh, ia menemukan Awan berdiri di sana, membawa segelas anggur dengan ekspresi penuh kepuasan.

"Berat ya, punya istri yang tidak bisa kau kendalikan?" Awan meneguk anggurnya dengan santai, senyumnya licik.

Chandra menatapnya tajam, bibirnya melengkung ke dalam senyum tipis yang dingin.

"Sudah mulai menarik, bukan?" Suara Awan terdengar di belakang Chandra, memecahkan keheningan yang ia nikmati. Awan berdiri dengan senyum santai, tetapi ada kilatan sinis di matanya. "Kau bahkan tidak terlihat seperti pria yang baru saja menikah. Kau seharusnya... sedikit lebih banyak senyum, mungkin?"

Chandra menoleh perlahan, memberikan senyum tipis yang tak sampai ke matanya. "Kau benar, Awan. Mungkin aku harus mempelajari caramu tersenyum sambil mengkhianati keluargamu."

Ekspresi Awan berubah, tapi hanya sekejap. Ia meneguk anggurnya dengan santai, mencoba tetap terlihat tenang. "Aku hanya mencoba bersikap ramah, Chandra. Jangan terlalu sensitif."

"Ramah? Itu hal baru," balas Chandra dengan nada tajam. Ia mencondongkan tubuh sedikit lebih dekat, suaranya rendah, hampir berbisik. "Tapi aku tahu permainanmu, Awan. Dan aku tidak akan kalah kali ini."

Awan tersenyum tipis, tetapi ada ketegangan di garis rahangnya. "Hati-hati, adikku. Kadang, terlalu banyak strategi bisa membuatmu lupa pada tujuan sebenarnya."

Sebelum Chandra sempat merespons, suara langkah sepatu hak menghentikan pembicaraan mereka. Shabiya muncul, mendekati mereka dengan langkah tegap yang hampir menyerupai seorang prajurit. Wajahnya tetap tenang, tetapi ada kilatan tajam di matanya yang membuat Awan langsung terdiam.

Shabiya kembali. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda dalam tatapannya. Ia berdiri tegap di pintu balkon, matanya tajam seperti pisau yang baru diasah. Ekspresinya begitu dingin hingga membuat Awan berhenti tertawa, meskipun hanya sesaat.

"Apa kalian sedang membicarakan aku?" Shabiya berhenti di depan mereka, tangannya menyentuh meja kecil di samping. Ia menatap keduanya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Jika iya, jangan ragu untuk melanjutkan. Aku selalu suka mendengar bagaimana orang lain mencoba menilai hidupku."

***

1
Kyurincho
Recommended
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Coffeeandwine
Bagus
Kyurincho: /Drool/
total 1 replies
Anne139
knp sii brp dikit banget thor 😁😁😁 next
Kyurincho: lagi kendor nih semangatnya /Gosh/
total 1 replies
Anne139
ni laki bini modelan 2024 😂😂😂 next
Kyurincho: tiada hari tanpa gelud /Hey/
total 1 replies
ona
bener tuh badut sirkus, shabiya
Kyurincho: sebel yaa kaa sama Erika /Smirk/
total 1 replies
Anne139
aing lieur... pdhal tinggal blg dy telp krn mau batalin janji. udeh beres 🤦‍♀️ next thor
Kyurincho: udah bilang padahal, Chandranya ajah yang paranoid /Smug/
total 1 replies
Anne139
kuuuraaang thor... aduuuhh gantung euy
Kyurincho: ditunggu kelanjutannya besok yaa kaa /Kiss/
total 1 replies
Anne139
baaaguusss
Kyurincho: /Heart/
total 1 replies
Anne139
kenapa ga lsg diusir aj si tu cwe gatel... gw yg kesel. next
Kyurincho: /Facepalm/ mau diapain nih si Erika, nanti aku sampein Shabiya /Smirk/
total 1 replies
Anne139
next thor
Kyurincho: ditunggu ya kaa
aku update daily tiap jam 19.00
sambil nunggu boleh baca novelku yang lain 🤭
total 1 replies
Siti Amalia
plissss....up yg buannnyakkkkkk thorrrr
Kyurincho: sabar yaaa kaaa 😭
authornya kerja juga soalnya, jadi nyuri waktu senggang dulu, tapi aku usahain daily, makasih supportnya 🥰
baca juga novel aku yang lain yaa
total 1 replies
Nenti Malau
smngat thor lanjut
Kyurincho: komenmu bikin aku semangat ka, makasih banget 😭
total 1 replies
Faf Rin
padahal bagus ceritanya kenapa sepi
Kyurincho: ngga tau ka 😅
tapi makasih udah ngeramein 🥹
total 1 replies
Cahaya Langit
bagus
Kyurincho: makasih kaaa 🥹
total 1 replies
ona
full revisi kah??
Kyurincho: iya ka, saran editor karakter Shabiya kurang strong 😭
total 1 replies
ona
waduh, susah /Scowl/ dua-duanya ngeri /Shame/
Kyurincho: biasanya sama-sama ngatur, jadi ngga suka klo diatur 😅
total 1 replies
ona
selamat atas pernikahannya, shabiya dan chandra /Hey/
Kyurincho: /Facepalm/
total 1 replies
ona
wih keren banget, kakak /Applaud/ semangat ngetik lanjutannya /Determined/
Kyurincho: aaaaa makasih /Sob/
seneng banget ada yang komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!