NovelToon NovelToon
Hak Milik Yang Ternoda

Hak Milik Yang Ternoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Paksa / Teen Angst / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: adelita

SIPNOSIS:
Kenneth Bernardo adalah pria sederhana yang terjebak dalam ambisi istrinya, Agnes Cleopatra. demi memenuhi gaya hidupnya yang boros, Agnes menjual Kenneth kepada sahabatnya bernama, Alexa Shannove. wanita kaya raya yang rela membeli 'stastus' suami orang demi keuntungan.

Bagi Agnes, Kenneth adalah suami yang gagal memenuhi tuntutan hidupnya yang serba mewah, ia tidak mau hidup miskin ditengah marak nya kota Brasil, São Paulo. sementara Alexa memanfaatkan kesempatan itu untuk mendapatkan suami demi memenuhi syarat warisan sang kakek.

Namun, kenyataan tak berjalan seperti yang Agnes bayangkan, setelah kehilangan suaminya. ia juga harus menghadapi kehancuran hidupnya sendiri-dihina orang sekitarnya, ditinggalkan kekasih gelapnya uang nya habis di garap selingkuhan nya yang pergi entah kemana, ia kembali jatuh miskin. sementara Alexa yang memiliki segalanya, justru semakin dipuja sebagai wanita yang anggun dan sukses dalam mencari pasangan hidup.

Kehidupan Baru Kenneth bersama Alexa perlahan memulihkan luka hati nya, sementara Agnes diliputi rasa marah dan iri merancang balas dendam, Agnes bertekad merebut kembali Kenneth bukan karena haus cinta tetapi ingin menghancurkan kebahagiaan Alexa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HMYT 33

Malam di kota itu selalu sibuk, tapi tidak pernah terasa terlalu berlebihan. Lampu-lampu jalan bercampur dengan cahaya dari deretan foodtruck yang menawarkan aroma menggoda. Kenneth menghentikan motornya di dekat salah satu foodtruck favoritnya—tempat kecil yang menyajikan makanan sederhana namun lezat.

Setelah memesan, Kenneth memilih meja kecil di sudut, agak jauh dari keramaian. Dia duduk, meletakkan helmnya di kursi kosong di sebelah, dan menyandarkan punggungnya dengan santai. Makanannya tiba—sebuah porsi besar loaded fries yang masih mengepul hangat. Kenneth siap untuk menikmati makan malamnya setelah hari yang melelahkan.

Namun, tepat ketika dia mengangkat garpu, seseorang tiba-tiba menarik kursi di depannya dan duduk tanpa banyak bicara.

Kenneth mendongak, menatap orang itu. Mulutnya terbuka sedikit karena terkejut. "Kau?" tanyanya, suaranya sedikit lebih keras dari yang dia maksudkan.

Alexa, tanpa memandangnya, membuka kotak makanannya. Dia mengambil sepotong besar fried chicken dan mulai makan seolah Kenneth tidak ada di sana.

"Serius? Kamu duduk di sini?" Kenneth menyipitkan matanya, nada suaranya mulai menunjukkan tanda-tanda kesal.

Alexa akhirnya menatapnya sekilas, wajahnya datar. "Apa? Semua meja penuh," katanya singkat sebelum kembali fokus pada makanannya.

Kenneth menghela napas, menatap sekeliling. Memang, hampir semua meja terisi, tapi dia tidak bisa mengabaikan kebetulan ini. "Dari semua tempat yang ada, kamu harus duduk di sini?"

Alexa mengunyah perlahan sebelum menjawab, suaranya tidak kalah ketus. "Kenapa? Ini meja kosong, kan? Atau kamu mau pasang tulisan 'reserved' di sini?"

Kenneth menyandarkan punggungnya ke kursi, memandangi Alexa dengan tatapan menilai. " Saya nggak nyangka kamu akan sejauh ini mengikuti Saya. Apa kamu nggak punya hal lain yang lebih penting untuk dilakukan?"

Alexa menghentikan suapannya dan menatap Kenneth dengan alis terangkat. "Mengikuti kamu?" Dia tertawa kecil, tawanya terdengar sarkastik. "Kamu pikir kamu siapa, ya? Presiden? Aku cuma lapar, Kenneth. Kebetulan aja foodtruck ini ada di jalanku."

"Kebetulan? Dari sekian banyak meja dan sekian banyak foodtruck, kamu kebetulan duduk di depan Saya?" Kenneth menatapnya tajam, menyilangkan tangan di depan dada.

Sudah tiga kali Kenneth mendapati hal ini. Pertemuan yang katanya kebetulan, tapi terasa terlalu sering untuk dianggap sebagai sesuatu yang tidak disengaja.

Pertama kali, di kedai kopi kecil di sudut kota. Kenneth sedang membaca buku sambil menikmati kopinya ketika Alexa masuk, memesan minuman, lalu tanpa ragu duduk di meja yang berseberangan dengannya. Saat itu Kenneth tidak memikirkan apa-apa, hanya menganggapnya sebagai kejadian biasa.

Kali kedua, di taman dekat kompleks apartemennya. Kenneth sedang jogging pagi ketika dia melihat Alexa duduk di bangku taman, membaca buku. Lagi-lagi, dia mencoba mengabaikan pikiran bahwa ini lebih dari sekadar kebetulan.

Dan malam ini, di deretan foodtruck tempat dia biasa makan malam, Alexa kembali muncul, duduk di depannya tanpa permisi.

Alexa kembali fokus pada makanannya, mengabaikan Kenneth sepenuhnya. Dia makan dengan lahap, seolah-olah percakapan mereka tidak pernah terjadi. Kenneth menatapnya beberapa saat, frustrasi tapi akhirnya menyerah.

Sebelum dia sempat melanjutkan makan, Alexa tiba-tiba berseru, "Ah, sausnya kurang!" Dia berdiri, meninggalkan Kenneth yang masih menatapnya dengan alis berkerut.

Setelah Alexa Pergi Kenneth hanya duduk diam, memandangi makanannya. Dia menghela napas panjang, menatap piringnya yang masih penuh. Matanya sesekali melirik ke arah Alexa yang sedang berdiri di depan foodtruck, sibuk meminta saus tambahan.

Ketika Alexa pergi untuk mengambil saus tambahan, Kenneth duduk diam sambil menatap makanannya. Pikirannya mulai merangkai semua pertemuan mereka yang terasa aneh.

"Kenapa dia selalu ada di mana-mana?" gumamnya pelan.

Dia tidak suka terlalu banyak berspekulasi, tapi kali ini dia tidak bisa mengabaikan rasa penasaran yang mengganggunya. Apa Alexa benar-benar kebetulan berada di tempat yang sama, atau ada sesuatu di balik semua ini?

Alexa kembali duduk, menuangkan saus ke makanannya dengan ekspresi puas. Dia melahap makanannya tanpa mempedulikan Kenneth yang hanya memandanginya dengan tenang.  Kenneth yang sejak tadi diam akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya.

"Kamu yakin ini cuma kebetulan?" katanya tiba-tiba, suaranya rendah tapi tegas.

Kenneth menatapnya beberapa detik sebelum menjawab. "Masuk ke tempat orang lain, duduk tanpa izin, lalu berpura-pura tidak ada apa-apa."

Alexa tersenyum tipis, mencoba terlihat santai. "Meja ini nggak ada namamu, Kenneth. Lagi pula, aku cuma makan. Kamu terlalu berlebihan."

Kenneth tidak langsung menjawab. Dia mengambil garpu, mengaduk-aduk makanannya, lalu berkata pelan, "Kalau cuma makan, kenapa harus di sini?"

Alexa terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. "Kamu serius? Kenneth, ini kebetulan. Aku cuma lapar."

Kenneth mendongak, menatap Alexa dengan pandangan yang dingin. "Kebetulan? Kamu nggak pernah kelihatan seperti orang yang melakukan sesuatu tanpa alasan."

Alexa tertegun, tidak menyangka kalimat pendek itu membuatnya merasa seperti sedang ditelanjangi. Tapi dia segera menutupi perasaannya dengan tawa kecil. "Kalau kamu pikir aku ngikutin kamu, kamu terlalu percaya diri."

Kenneth tersenyum tipis, senyum yang lebih seperti ejekan. "Mungkin." Dia mengangkat bahu, kembali fokus pada makanannya. "Tapi kamu selalu ada di tempat yang sama, di waktu yang salah."

Alexa meletakkan garpu dengan keras, menatap Kenneth dengan tajam. "Maksudmu apa?"

"Ini bukan pertama kali," Kenneth berkata pelan, matanya tidak lepas dari Alexa. "Kopi di kafe sudut jalan, taman di pagi hari, dan sekarang di sini. Kamu nggak merasa itu aneh?"

Alexa meletakkan botol saus perlahan, mencoba memahami maksud Kenneth. "Kamu pikir aku ngikutin kamu?"

Kenneth tidak menjawab langsung. Dia hanya menatap Alexa, ekspresinya datar tapi cukup untuk membuat Alexa merasa seperti sedang diinterogasi.

"Kalau iya?" Kenneth akhirnya berkata, nadanya lebih seperti tantangan.

Alexa tertawa kecil lagi, meski ada sedikit ketegangan di dalamnya. "Tuan bengkel, aku punya hidup sendiri. Kenapa aku harus ngikutin kamu?"

Kenneth mengangkat bahu, tidak terlihat yakin. "Saya juga bertanya-tanya soal itu."

Alexa Terpojok, Tapi Tetap Membela Diri

Alexa merasa seperti sedang didesak, tapi dia tidak ingin terlihat kalah. Dia menarik napas panjang, lalu berkata, "Percaya atau nggak, ini semua cuma kebetulan. Aku nggak punya alasan untuk ngikutin kamu."

Kenneth menatapnya lebih lama, seperti mencoba mencari kebohongan di balik kata-kata itu. Setelah beberapa saat, dia mengalihkan pandangannya ke makanannya, berkata dengan nada rendah, "Kalau memang kebetulan, semoga ini yang terakhir."

Alexa mengerutkan kening. "Kenapa? Kamu terganggu?"

Kenneth menyentuh sisi piringnya, jarinya mengetuk pelan. "Bukan soal terganggu. Tapi kalau ini bukan kebetulan, lebih baik kamu bilang sekarang."

Alexa terdiam. Dia merasa Kenneth tidak akan percaya apapun yang dia katakan, tapi dia juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya tanpa membuat dirinya terlihat mencurigakan.

Percakapan itu terhenti sejenak, hanya suara keramaian di sekitar mereka yang terdengar. Kenneth akhirnya mengangkat garpu, melanjutkan makanannya tanpa berkata apa-apa lagi. Alexa hanya bisa menatapnya, merasa untuk pertama kalinya ada seseorang yang tidak bisa dia kendalikan dengan mudah.

Alexa mengangkat bahu, tampak tidak peduli. "Kamu pikir aku sengaja? Kalau nggak suka, pindah aja. Aku nggak bakal protes."

Kenneth terkekeh pelan, tapi nada suaranya tajam. " Kamu yang datang ke meja Saya, tapi Saya yang harus pindah? Logika macam apa itu?"

Alexa menghela napas, tampak terganggu. "Dengar, Tuan bengkel. Aku lapar, aku makan, selesai. Aku nggak ada waktu buat drama semacam ini."

"Drama? Kamu yang bikin suasana ini aneh," balas Kenneth dengan nada tajam. " Saya cuma pengen makan dengan tenang."

1
Dinar
kakak aku kirim dua mawar 🌹 sebagai pengantar cinta dari Kenneth untuk istri barunya
Tiramisyuu
kak cover kita sama wkwk , tp untuk ceritaku di platform sebelah
Adelita0305: Oke deh kak
Tiramisyuu: judulnya Kubalas Penghianatan Sahabatku , ada di platform Fi**o hihi .
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!