Runa seorang gadis cantik yang sudah lelah menjalin hubungan dengan kekasihnya yang posesif memilih mengakhiri sepihak. namun apakah Abi akan membiarkan gadis yang sudah di claim sebagai miliknya lolos dari genggamannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wattped Love, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Setelah mandi dan berpakaian santai, runa menuruni anak tangga menuju ruang makan.
Meja makan yang tadinya kosong sudah terisi oleh berbagai roti dan selai, juga segelas susu coklat hangat atas meja.
Runa duduk sendirian di meja makan. Ia mengambil satu roti tawar yang ia olesi selai coklat penuh lalu ambil satu roti lagi untuk menumpuknya. Runa memakan sarapannya dengan tenang.
Setelah sarapan runa duduk di ruang keluarga menyalahkan tv. Ia bosan harus melakukan apa. Biasanya di jam-jam segini ia akan membolos bersama sahabatnya sekedar ke kantin atau rooftop. Tapi hari ini runa hanya rumah sendirian. Mau keluar malas di rumah bosan, bingung jadinya runa.
Matanya tidak sengaja melihat mbok Siti di kebun samping rumah lewat jendela besar. Dari pada bosna lebih baik runa menghampiri mbok Siti. Runa membuka pintu geser yang membatasi ruang keluarga dengan kebun yang tidak terlalu besar namun indah di pandang. Banyak tanaman sayuran dan bunga yang tubuh subur di sana.
Bundanya Laras memang menyukai tanaman. Hanya saja bundanya itu tidak suka menanam apalagi merawat. Laras hanya suka memandangi tanaman. Jadi bundanya itu menyuruh tukang kebun rumah agar membuat kebun kecil di samping rumah.
Kebun itu di bagi menjadi beberapa petak untuk membatasi tanaman satu dengan tanaman yang lain. Di sebelah pojok kiri ada tanaman tomat, lalu di sampingnya ada tanaman terong, cabai, sayur selada, sayur sawi, juga ada kentang dan wortel. Di sebelah kanan memutari tembok tinggi ada beragam jenis bunga seperti mawar merah, mawar hitam, mawar putih, mawar biru, mawar pink, bunga Kamboja, bunga lili, beberapa jenis anggrek, juga lain-lain runa tidak terlalu tau namanya.
Runa berjalan mendekati mbok Siti yang sibuk memanen sayur terong. Di tangannya terdapat keranjang berukuran sedang yang sudah berisi tomat dan cabai.
" Mbok Siti." panggil runa yang sudah berdiri atas rumput jepang dekat mbok Siti.
" Ehh non runa, sudah sarapan?" tanya mbok Siti.
" Udah kok mbok." balas runa.
" Lagi ngapain mbok?"
" Ini lagi metik sayuran, sayang kalo di biarkan. Banyak yang sudah matang dan siap panen. Mending mbok masak dari pada nanti busuk." balas mbok Siti menunjuk beberapa sayuran yang memang sudah banyak yang matang.
" Non runa mau ikutan metik?" tanya mbok Siti yang melihat runa asik memandangi dirinya memetik hasil kebun.
" Ngga ahh, takut ada ulat." tolak runa memilih melihat-lihat saja.
" Mana ada ulat atuh non, kan udah di basmi sama pak Rizki." balas mbok Siti. Pak Rizki adalah tukang kebun di rumah Hendra.
" hehe ngga deh mbok, runa kasih semangat aja buat mbok." balas runa sembari melihat nama-nama sayuran yang tertempel di setiap petakan.
Mbok Siti hanya menggelengkan kepalanya tersenyum kecil. Ia juga hanya bercanda menyuruh anak majikannya untuk ikut memetik sayuran. Mana tega ia membiarkan tangan lembut non runa terkena kotoran.
Runa berpindah melihat-lihat bunga yang bermekaran. Ia jadi berpikir ingin menanamkan tanaman besar di dekat bunga-bunga agar bisa di jadikan tiang ayunan. Pasti nanti ia betah di kebun sekedar untuk bersantai.
Sepertinya ia harus mengatakan keinginannya pada ayahnya agar ia punya taman kecil yang indah di rumahnya sesuai desainnya sendiri.
" Ini pohon apa mbok?" tanya runa saat melihat mbok Siti mencabut tanaman dengan daun panjang berwarna hijau yang sudah mulai kering.
" Ini teh bawang merah non." balas mbok Siti menunjukkan bawang merah yang sudah tercabut dari tanah.
" Waahh runa baru tau, pohon bawang seperti ini." ucap runa melihat tanaman bawang yang baru pertama ia lihat.
" Kalo yang ini bawang putih." Mbok Siti kembali mencabut tanaman yang hampir sama.
" Kok beda buahnya?" tanya runa. Perasaan daunnya terlihat sama.
" Emang hampir sama non, tapi ada bedanya kok. Kalo yang bawang putih daunnya lebih kecil." balas mbok Siti mengambil dua tanaman bawang merah dan bawang putih untuk menunjukkan perbedaannya.
" Ohhh gitu." runa menganggukan kepalanya paham.
Selesai dari kebun runa kembali ke kamarnya untuk bermalas-malasan alias rebahan. Hari juga sudah mulai siang jadi sangat cocok untuk istirahat dan nyemil.
Runa sengaja tidak mengaktifkan ponselnya. Ia malas jika Abi mengirim pesan. Lebih baik ia mematikan datanya. Toh runa juga sudah memberi tau ayah bundanya jika ia sedang istirahat. Jadi ia bisa bersantai sebelum hari tenangnya habis esok hari.
***
Pagi-pagi runa sudah di kejutkan dengan kehadiran ayah dan bundanya yang duduk di meja makan.
" Ayah, bunda!" teriak runa tersenyum bahagia.
Runa langsung berlari dari atas tangga dengan seragam yang sudah lengkap dan tas sekolahnya.
" Hati-hati sayang!" peringkat Hendra saat putrinya berlari di tangga yang cukup tinggi dan panjang. Namun di abaikan runa, ia terlalu bahagia melihat kedua orang tuanya telah kembali. Padahal hanya tidak bertemu dua hari tapi rasanya Seperti satu bulan saja.
" Kangen." ucap runa memeluk Hendra dan Laras bergantian.
" Bunda juga kangen." ucap Laras membalas pelukan putrinya tak kalah erat.
" Ayah ngga kangen runa?" protes runa saat melihat Hendra tetap santai menikmati sarapan paginya.
" Ngga biasa aja." balas Hendra berbohong. Ia suka sekali menjahili putrinya yang manja.
" Bundaaa liat ayah tuh." rengek runa mengadu.
Laras hanya mengelus kepala runa sayang. Mana aja suaminya itu tidak kangen putrinya. Hampir setiap jam saja dia menyuruh laras mengabari keadaan runa.
" Jahat banget udah di kangenin, ngga kangen balik." ujar runa menatap cemberut Hendra.
" Biarin wleee." balas Hendra menjulurkan lidahnya mengejek.
" Udah-udah ayo sayang sarapan nanti kamu telat." lerai Laras saat wajah putrinya sudah memerah menahan emosi. Pasti nanti ujung-ujungnya menangis.0
Tanpa mengalihkan tatapannya sebalnya dari Hendra, runa menarik kursi. Runa memakan roti yang Laras sodorkan di piringnya lengkap dengan segelas susu coklat kesukaannya.
" Nenek putri sudah sehat Bun?" tanya runa sembari mengigit rotinya.
Sebenarnya ia ingin menjenguk nenek putri dari pihak ayahnya itu. Sudah lama mereka tidak bertemu. Runa sangat rindu dengan neneknya yang sangat cerewet itu.
Jika kalian bertanya di mana kakek runa. Beliau sedang ada di Italia untuk membeli barang yang diinginkan neneknya yang cerewet itu. Memang saat sakit neneknya itu pasti banyak maunya. Jika tidak di turuti pasti akan ngambek. Berhubung kakeknya begitu bucin dengan sang nenek akhirnya dengan suka rela pergi ke Italia hanya untuk memenuhi keinginan kanjeng ratu. Jadilah anak-anaknya lah yang menjaga nenek putri.
" Sudah lebih baik, tadi malam Tante sela juga sudah datang jadi kita bisa bergantian jaga nenek putri."
Tante sela adalah adik ayah Hendra yang tinggal di solo ikut suaminya. Tantenya itu juga memiliki anak laki-laki berusia satu tahun di bawah runa. Namanya Raden mas Aditiya. Juga adik perempuannya bernama haira Sekar adiratna baru berusia enam tahun. Suami tantenya itu memang masih memiliki keturunan darah bangsawan kerajaan di solo.
Tapi kalian jangan tertipu dengan nama sosok Raden dan haira. Jika kalian pikir mereka adalah anak-anak baik, lemah lembut, dan sopan kenyataan sifat mereka tidak jauh berbeda. Darah memang lebih kental dari pada air dan itu terjadi pada keturunan mereka.
Tapi bukan berarti Raden dan haira adalah anak yang ugal-ugalan. Mereka hanya akan bersikap menyebalkan dengan anak-anak seusianya ataupun orang terdekatnya seperti runa. Jika pada orang yang lebih tua sikapnya patut di acungi jempol. Mungkin karena setiap darah keturunan bangsawan memiliki tata Krama yang di ajarkan sejak kecil.
" Kemarin nenek nanyain kamu terus loh, katanya cucu perempuannya udah ngga sayang sama nenek karena ngga mau jenguk. Terus katanya nanti kalo nenek udah ngga ada harta warisannya cuma buat Raden sama haira. Soalnya mereka yang udah mau jenguk nenek di rumah sakit." goda Hendra pada putrinya.
Runa mendengus pelan mendengar ucapan ayahnya. Pasti itu hanya akal-akalan saja biar runa mau ke rumah neneknya di bandung. Apa-apaan segala pake ngancam warisan. Kalaupun ia tidak mendapatkan warisan neneknya itu bukan masalah baginya. Yang penting ia dapat dari kakeknya. Karena harta warisan kakeknya juga lebih banyak dari milik neneknya. Ia yakin dirinya lebih di sayang dari pada Raden dan haira yang menyebalkan itu.
" Biarin aja, nanti Harta ayah kan buat runa semua." balas runa santai.
" Kata siapa?" tanya Hendra sembari mengelap bibirnya dengan tisu setelah selesai sarapan.
" Emang ngga?" tanya runa meremehkan.
Heh dirinya ini anak tunggal. Siapa lagi yang akan meneruskan kerajaan bisnis orang tuanya jika bukan dirinya. Jadi runa tidak bekerja pun hidupnya masih sangat terjamin sampai anak cucu nanti. Kalo uangnya habis tinggal jual aja tuh saham-saham milik ayahnya hehe.
" Tergantung." balas Hendra.
" Tergantung? Maksudnya?" ulang runa tidak paham.
" Kalo kamu bisa masuk universitas yang ayah tentukan kamu bisa dapetin itu semua. tapi kalo ngga bisa ya terpaksa ayah sumbangkan semua harta ayah ke panti asuhan." ujar Hendra enteng.
Runa membulatkan matanya dengan bibir terbuka sedikit. Mudah sekali ayahnya itu berucap. Dan universitas yang Hendra maksud bukanlah universitas kaleng-kaleng. Apalagi tempatnya bukan di Indonesia melainkan di luar negeri. Mana siap ia harus jauh dari kedua orang tuanya. Lagian juga runa tidak mau berpisah dari kedua sahabatnya. Mereka sudah merencanakan akan melanjutkan pendidikan tingginya di kampus yang sama.