“Aku menghamilinya, Arini. Nuri hamil. Maaf aku selingkuh dengannya. Aku harus menikahinya, Rin. Aku minta kamu tanda tangani surat persetujuan ini.”
Bak tersambar petir di siang hari. Tubuh Arini menegang setelah mendengar pengakuan dari Heru, suaminya, kalau suaminya selingkuh, dan selingkuhannya sedang hamil. Terlebih selingkuhannya adalah sahabatnya.
"Oke, aku kabulkan!"
Dengan perasaan hancur Arini menandatangani surat persetujuan suaminya menikah lagi.
Selang dua hari suaminya menikahi Nuri. Arini dengan anggunnya datang ke pesta pernikahan Suaminya. Namun, ia tak sendiri. Ia bersama Raka, sahabatnya yang tak lain pemilik perusahaan di mana Suami Arini bekerja.
"Kenapa kamu datang ke sini dengan Pak Raka? Apa maksud dari semua ini?" tanya Heru.
"Masalah? Kamu saja bisa begini, kenapa aku tidak? Ingat kamu yang memulainya, Mas!" jawabnya dengan sinis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga
Dada Nuri kembang kempis menahan amarah. Secuek itu Arini menanggapinya, seolah tak ada masalah pada dirinya. Arini tetap pada pendiriaanya, dia santai dan tegas menanggapi apa yang Nuri inginkan.
“Kau tidak bisa tegas dengan Arini, Her!”
“Diam kamu! Kita tidak usah bahas ini sekarang!” bentak Heru pada Nuri yang dari tadi sudah jengah mendengar Nuri ngomel-ngomel dan memaksa Arini untuk menyutujui pernikahannya dengan Heru.
“Her, ini nasib anakmu bagaimana? Aku hamil anakmu, Her! Aku ingin anakku punya ayah yang sah! Supaya ada nama kamu di akta kelahirannya!”
“Diam Nuri! Aku bilang diam, diam! Apa kamu turun saja!” sentak Heru.
“Mau dinikahin sah, atau tidak, namanya hamil di luar nikah ya tidak ada nasabnya? Bodoh sekali! Kalau mau melakukan sesuatu itu mikir!” sindir Arini.
“Kau!” Nuri menunjuk wajah Arini dengan geram.
“Kamu juga, Rin, apa salahnya kamu menyetujui kita!”
“Silakan kalian menikah, tapi tidak ada pernikahan sah!”
Arini sudah capek dengan keadaan, ia biarkan saja mereka menikah siri, daripada Arini terus didesak oleh mereka. Rasa sakit di hatinya sudah berubah menjadi benci pada dua orang munafik yang telah mengusik ketenangan rumah tangganya.
“Benar kau setuju kami menikah?” tanya Heru.
“Silakan! Tapi saya tidak akan menyetujui kalian menikah sah! Mau sah atau tidak, sama saja nasib anakmu, tak ada nasab!”
Nuri terdiam, benar yang Arini katakan, akan tetapi dia tetap ingin Arini menyetujui pernikahan mereka secara sah.
Sesampainya di rumah Raka. Arini keluar dari mobil lebih dahulu, ia tidak memedulikan Heru yang memanggilnya dan menyuruh dirinya untuk berjalan berdampingan dengan Heru. Arini langsung masuk ke rumah Raka, ia sudah terbiasa akan hal itu, apalagi Raka adalah sahabat dekatnya, sama dengan Asti mendiang istri Raka.
“Tante Arin ....!!!” teriak anak kecil memanggil Arini.
Arini berlari kecil menghampiri Juna yang memanggilnya. Arini berjongkok di depan Juna yang terlihat begitu bahagia dengan kedatangan Arini.
“Hai ... ganteng sekali keponakan Tante? Selamat ulang tahun, Sayang ....” Arini langsung memeluk Juna.
“Apa tante sendirian? Mana Om Heru?” tanya Juna.
“Itu, sama Tante Nuri di belakang, lagi ngobrol,” jawab Arini.
“Oh ....” ucap Juna, lalu kembali lagi memeluk Arini. “Aku kangen sama Tante,” ucapnya lirih.
“Miss you too, Sayang ....”
Juna sedikit dekat dengan Arini, apalagi kadang Raka menitipkan Juna pada Arini kalau Arini sedang tidak sibuk.
“Ehem .... kalau udah ketemu Tante Arini begitu, ya?” Raka berdiri di belakang Arini dan Juna yang sedang berpelukan melepaskan rindu. Maklum mereka hampir satu bulan tidak bertemu, karena Arini benar-benar sedang sibuk.
“Kan kita sedang kangen-kangenan, ya?” ucap Arini.
“Mana suamimu?” tanya Raka.
“Tuh langsung gabung dengan teman-temannya, ada Nuri juga tadi, mungkin sedang bahas pekerjaan,” jawab Arini.
“Weekend itu yang dipikirin Quality Time dengan istri, malah begitu,” ucap Raka.
“Biar saja, Ka.”
“Aku lihat Heru dengan Nuri sangat dekat sekali akhir-akhir ini. Di kantor saja mereka sering makan siang bareng, ke mana-mana bareng. Ya maklum sih mereka satu divisi, tapi ya tidak seperti itu juga seharusnya,” ucap Raka.
“Ya biar saja, selagi bahas masalah kerjaan,” ucap Arini.
“Tetap saja sih, gak etis!”
Raka sebetulnya mendengar desas-desus perselingkuhan Heru dengan Nuri. Akan tetapi, Raka tidak percaya begitu saja dengan gosip itu. Melihat kebahagiaan rumah tangga sahabatnya itu, Raka tidak percaya begitu saja. Namun, Raka tetap menyelidiki, karena mau seharmonis apa pun rumah tangga seseorang, pasti akan ada badai di tengah-tengahnya.
“Ya sudah sih, mereka Cuma teman, lagian Nuri itu teman akrabku, aku tahu dia,” ucap Arini.
“Ya, iya sih? Ya sudah yuk masuk, acaranya mau mulai,” ajak Raka.
Raka semakin yakin dengan desas-desus soal Heru dan Nuri, apalagi melihat Arini dan Heru malah berjauhan, dan Heru memilih bersama dengan Nuri. Arini berjalan dengan menggandeng Juna. Posisi Juna berada di tengah-tengah Arini dan Raka. Seperti sebuah keluarga kecil yang bahagia mereka. Bahkan semua orang yang melihat juga berpikir demikian. Semua orang sudah tahu, kalau Arini adalah sahabat mendiang istri Raka. Tidak heran Juna pun dekat dengan Arini, itu sudah hal biasa. Adanya Heru bekerja di perusahaan Raka pun karena campur tangan Arini. Arini yang meminta Raka supaya Heru bekerja di perusahaannya.
“Dad .... Aku pengin punya mommy lagi,” ucap Juna.
Raka dan Arini saling tatap, mereka bingung dengan apa yang Juna katakan. Tumben-tumbennya Juna bicara soal ingin punya Mommy. Biasanya Juna tidak pernah mengucapkan hal itu.
“Kapan aku punya Mommy, Dad?” tanya Juna.
“Mommy? Nanti saja ya punya Mommy laginya? Daddy belum siap, Sayang?” ucap Raka.
“Dad, kalau cari Mommy lagi, yang kaya Tante Arin, ya? Cantik, baik, suka ajakin Juna jalan-jalan?” pinta Juna.
Sepertiya di ulang tahun ke lima ini, Juna banyak sekali permintaannya. Semua permintaan Juna sudah Raka turuti semua. Namun, permintaan malam ini Raka belum bisa mengabulkannya. Bagaimana caranya mengabulkan permintaan Juna yang satu itu? Selama Asti meninggal, Raka malah berpikir sudah tidak ingin meikah lagi. Ia ingin fokus dengan Juna. Dengan tumbuh kembang Juna.
“Tante, mau tidak jadi mommy aku?” pinta Juna.
Arini mengerutkan keningnya, tidak Arini sangka Juna mengatakan hal itu. Meminta dirinya menjadi ibunya. Arini kembali berjongkok, lalu mengusap pipi Juna dengan lembut.
“Sayang ... dengarkan Tante. Kamu boleh panggil Tante dengan sebutan Mommy, Tante sudah anggap kamu seperti anak tante sendiri. Tante sayang banget sama Juna,” ucap Arini.
“Benar, aku boleh manggil Tante dengan panggilan Mommy? Aku gak punya Mommy sendiri di kelas, Tante, itu kenapa aku ingin Mommy,” ucap Juna dengan mata berkaca-kaca.
Tidak salah Juna meminta hal itu. Namanya anak-anak, pasti dia masih belum bisa terima dibilang tidak punya mama di sekolahannya. Bahkan pasti ada salah satu atau salah dua temannya itu yang mengejek Juna, mebully Juna karena tidak punya Mama.
“Arini ... jangan seperti itu, kamu kalau Juna minta apa-apa, pasti dituruti. Nanti apa kata orang dia manggil kamu Mommy?” ucap Raka yang menghormati Arini, apalagi Pekerjaan Arini berhubungan erat dengan para netizen, apakata orang kalau Arini dipanggil Mommy oleh anak sahabatnya itu.
“Ya tidak masalah, memang kenapa? Kamu kebiasaan, gak usah dengar apa kata orang, Ka! Aku hanya ingin lihat Juna bahagia. Kamu gak tahu rasanya tidak punya ibu dari kecil, kamu ingin Juna seperti aku?” ucap Arini.
“Ya sudah terserah kamu, tapi suamimu gimana?”
“Biar saja, pasti dia nurut sama Juna, apalagi kamu tahu kan, Heru ingin sekali punya anak?”
Arini diajak Juna untuk mendampinginya di acara tiup lilin malam ini. Semua iri dengan Arini yang bisa dekat dengan Raka. Apalagi para wanita yang selama ini mengincar Raka, semua kesal melihat kedekatan Raka dengan Arini, termasuk Heru. Meski Heru tahu sedekat apa Arini dan Raka, dan setiap Juna ulang tahun pasti mendampingi Juna tiup lilin, tapi malam ini Heru terbakar api cemburu melihat Arini dekat dengan Raka.
“Itu istrimu kan, Her?” tanya teman Heru.
“Iya, kenapa? Kan memang selalu begitu kalau ulang tahun Juna?” jawab Heru.
“Ya tapi malam ini beda, kelihatan seperti keluarga harmonis mereka.”
“Lagian ada suaminya kok dekat-dekat dengan laki-laki lain?” ucap Nuri.
“Mereka sahabatan dari jaman orok! Jadi wajar, aku tahu bagaimana, dan mereka tahu batasannya,” ucap Heru.
“Yakin?”
Nuri sangat tahu, tatapan Heru kali ini menyiratkan kalau Heru cemburu dengan kedekatan Arini dan Raka malam ini. Menurut Heru itu terlihat tidak seperti biasanya. Apalagi dari awal datang di rumah Raka, Arini sudah menjauh saja dari Heru, sama sekali tidak berdekatan dengan Heru. Arini memilih langsung menghampiri Juna yang sudah menunggu dirinya.