[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Dua wanita surga Abian
Shakila akhirnya melepas burqanya. Rambut panjangnya terurai karena ikat rambutnya tidak sengaja ikut terlepas saat melepaskan burqanya.
Kedua mata Shakila terlihat sembab, tapi bukan karena menangisi sakit hatinya. Shakila menangis karena mengingat dosa-dosanya terhadap Allah SWT.
Cinta Shakila terhadap Tuhannya sangat besar. Setiap hari yang ada dipikirannya hanya apakah dirinya sudah melakukan hal yang Allah benci atau tidak.
Shakila tidak takut dibenci dan dimusuhi manusia, yang Ia takutkan hanyalah dibenci Allah sang pemilik alam semesta dan tempatnya berpulang.
"Aku menangis bukan karena mas Abian, tapi karena tadi malam aku dan mas Abian berselisih, aku takut mas Abian berpikir aku menangis karenanya," Shakila akhirnya mengungkap alasan memakai burqa.
Shakila tahu Abian akan merasa bersalah melihat dirinya dalam keadaan mata sembab, maka dari itu Ia terus memakai burqanya.
"Kalau bukan karena mas, lalu hal apa yang membuat kamu menangis semalaman?" tanya Abian.
Abian tidak ingin mencurigai Shakila dalam hal apapun lagi sekarang, tapi kalau seperti ini siapa yang akan percaya bahwa Shakila menangis bukan karena Abian?
Jelas-jelas kemarin Abian melakukan hal yang menyakiti Shakila. Ia melempari Shakila dengan kain kafan dan membentuknya.
"Shakila, kamu istri mas. Luka dan sakit hati kamu menjadi tanggungjawab mas sekarang," ucap Abian berharap Shakila jujur dan lebih terbuka terhadapnya.
Abian dan Shakila sudah resmi menjadi suami istri. Tidak peduli apapun alasan dibalik pernikahan mereka, Abian tetap bertanggungjawab atas Shakila.
Jika Shakila terluka dalam pernikahan mereka, Abian menanggung dosa dan harus bertanggungjawab atas luka yang sudah Ia torehkan.
"Iya, kalau ada hal yang mengganggumu, kamu bisa menceritakannya pada mas Abian. Suami kita jago bela diri loh, nanti biar mas Abian yang membereskan orang yang menyakiti kamu," ucap Zahra menambahkan.
"Iya kan, mas?" Zahra bertanya pada Abian karena membutuhkan validasinya.
Tanpa berpikir Abian langsung menyiakannya, "iya, kamu bisa cerita kalau memang ada yang mengganggu pikiran dan hati kamu."
"Iya terimakasih, mba, mas. Tapi aku menangis bukan karena seseorang, aku menangis karena diriku sendiri."
Suasana menjadi hening untuk sesaat karena Shakila dianggap menyembunyikan lukanya dari Abian dan Zahra, sampai Zahra kembali bicara.
"Mba minta maaf kalau mas Abian lalai terhadapmu karena mas Abian mengurusi mba," ucap Zahra dengan tulus meminta maaf.
Abian sekarang memiliki istri lain, seharusnya Abian bisa membagi waktunya dengan baik layaknya suami yang memiliki dua istri.
Zahra sadar bahwa penyakitnya sudah melalaikan tanggungjawab Abian terhadap Shakila. Padahal, baik istri pertama maupun istri kedua memiliki hak yang sama atas suami mereka.
Terlepas dari Zahra yang membutuhkan Abian karena sedang berjuang dengan penyakitnya, Shakila juga membutuhkan Abian sebagai seorang istri.
"Apa yang mba bicarakan?" tanya Shakila, "sudah seharusnya mas Abian mengurusimu, mba."
"Iya, tapi sekarang mas Abian juga suamimu. Mas Abian seharusnya bisa membagi waktunya dan tidak hanya mengurusiku yang sakit-sakitan."
"Aku tidak masalah dengan itu, mba. Aku sangat mengerti karena mba lebih membutuhkan mas Abian dibandingkan aku."
"Tapi itu bukan berarti mas Abian harus lalai dengan kewajibannya terhadapmu, Shakila."
Abian hanya menyimak kedua wanita surganya bicara. Sebenarnya, Ia sibuk bukan hanya mengurusi Zahra, tapi juga mencari uang untuk istri-istrinya. Apalagi Zahra membutuhkan biaya banyak untuk berobat.
-
-
Abian melihat brownies diatas meja. Adiba bilang itu dari Adam yang dibelikan khusus untuk Shakila.
"Kenapa tidak dimakan browniesnya?" tanya Abian pada Shakila karena melihat browniesnya masih utuh.
"Aku sedang puasa, mas," jawab Shakila seadanya.
Shakila sedang menjalankan puasa sunnah, itu sebabnya tadi Ia berniat ingin memberikan browniesnya pada Adiba.
"Sekarang hari apa?" tanya Zahra karena seingatnya hari ini bukan hari senin ataupun hari kamis.
Puasa sunnah ada beberapa jenis, tapi yang biasa dilakukan umat muslim dan dicontohkan langsung oleh nabi Muhammad SAW adalah puasa sunnah di hari senin dan hari kamis.
"Sekarang hari jum'at, aku puasa sunnah daud," jawab Shakila seakan mengerti alasan Zahra bertanya.
Puasa Daud merupakan Puasa sunnah yang dikerjakan selang seling, sehari puasa sehari tidak. Sebelum menikah Shakila sudah terbiasa melakukan puasa sunnah tersebut, kecuali saat datang bulan karena wanita yang sedang datang bulan haram berpuasa.
"Simpen di kulkas buat nanti buka kalau gitu, kalau disimpen disini nanti dimakan Khansa," saran Zahra.
Sekarang Adam dan Adiba sudah pulang, menyisakan keluarga kecil mereka di rumah itu. Khansa sedang tidur di kamar, tapi takutnya Khansa bangun dan melihat brownies Shakila.
"Adiba bilang browniesnya dari Adam khusus buat kamu, kan?" pertanyaan Zahra membuat Abian mendecih.
Ada sedikit rasa terganggu dalam diri Abian saat mendengar apa yang baru saja Zahra katakan. Khusus terdengar terlalu istimewa.
"Eh? kamu mau apa, mas?" tanya Zahra melihat Abian mengambil dan membuka brownies milik Shakila.
"Mas makan saja browniesnya, takutnya kalau buat nanti keburu dingin," Abian memakan brownies Shakila tanpa meminta izin pemiliknya.
"Heh!" pekik Zahra merasa ucapan suaminya tidak masuk diakal.
Memang sejak kapan brownies dimakan panas-panas? atau, sebenarnya hati Abian yang panas sekarang?
"Aku tahu mas cemburu, tapi setidaknya izin dulu sebelum memakan brownies orang lain," Zahra menegur Abian dengan senyuman mengejek.
Abian yang mendengarnya hampir tersedak brownies yang Ia makan, "mas tidak mengerti yang kamu bicarakan. Lagipula Shakila sedang puasa, tidak apa-apa browniesnya mas makan. Nanti mas ganti yang baru."
"Astaghfirullah, mas," Zahra hanya menggeleng melihat kelakuan suaminya yang cemburu.
Jika ditanya bagaimana perasaan Zahra melihat Abian mencemburui perempuan selain dirinya, Zahra akan dengan jujur menjawab hatinya sakit. Tapi dibalik itu ada kebahagiaan yang lebih mendominasi.
Lagipula, wajar Abian cemburu terhadap sesuatu yang sudah menjadi miliknya. Shakila istri Abian, milik Abian, wajar jika Abian cemburu.
"Tapi kamu belum mendapat izin Shakila loh, mas."
"Tidak apa-apa kalau mas Abian mau, mba," ucap Shakila tidak keberatan.
Shakila termasuk golongan orang yang mudah peka, kecuali soal perasaan. Ia sama sekali tidak mengerti maksud dari obrolan Abian dan Zahra.
-
-
Saat waktunya Shakila buka puasa, Abian menepati janjinya menggantikan brownies istimewa Adam untuk istri keduanya itu.
Abian sengaja membeli lebih banyak dan lebih istimewa, bahkan sengaja dimasukkan ke dalam box cantik yang membuat browniesnya terkesan mewah.
"Buat kamu," Abian memberikan brownies yang dibelinya pada Shakila, "lain kali jangan terima apapun dari laki-laki lain, kalau butuh sesuatu kamu bisa meminta langsung pada mas."
Bahkan, setelah Abian mengatakan hal sejelas itu Shakila tidak sadar suaminya cemburu karena Shakila mendapat brownies dari Adam.
"Oh, iya. Terimakasih, mas," Shakila tersenyum menerima brownies Abian tanpa mengerti yang Abian bicarakan padanya.
"Kenapa disimpan?" tanya Abian melihat Shakila menyimpan browniesnya.
"Aku baru makan, perutku masih kenyang sekarang, mas."
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁