TAMAT 18 NOVEMBER 2024
Rahardian adalah luka bagi Nathalie, tiba-tiba saja suami tampan yang mengkhianatinya selama dua tahun terakhir justru memintanya hamil bahkan menata ulang pernikahan yang sudah hancur lebur.
Atas dasar cinta, Nathalie mau menuruti keinginan suaminya. Mereka berbulan madu ke Bali, dan kehamilan pun tak terelakan lagi.
Namun, di suatu malam, Nathalie tersadar akan sesuatu. Sadar, tentang tanda yang melekat di punggung suaminya bukanlah milik suaminya.
Cinta, obsesi, dendam, luka, intrik, dibungkus dengan indah dalam satu karya ini. Di mana pada akhirnya semua harus mengalah pada takdir yang telah digariskan sang maha esa.
Cerita romantis, tentang kekaguman, tentang kesetiaan, tentang kepemilikan, tentang keegoisan, tentang kepedulian dan tentang tanggung jawab versi Pasha Ayu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SPS SEMBILAN
Tepatnya saat Nathalie kabur dari rumah dan meminta sebuah perceraian. Selain memang memiliki leukimia, ditambah dengan koktail yang ditenggaknya malam itu terlalu banyak.
Disaat seluruh asisten Rahardian mencari Nathalie di segala penjuru, Rahardian sendiri terkapar di parkiran basement kala itu.
Dira membawa Rahardian untuk dirawat intensif, bahkan sempat gencarkan lagi usahanya mencari donor sumsum tulang belakang untuk Rahardian.
Sebetulnya saat Dira mendukung Bagas agar melakukan pencarian Nyonya Aster, bukan semata karena Dira ingin Rahardian bertemu dengan ibunya, tapi, karena Dira akan meminta donor sumsum tulang belakang yang dimiliki kembar identik Rahardian.
Hanya dengan cara itu Rahardian bisa memiliki kesempatan sembuh. Yah, Dira ingin Rahardian sembuh dan berkesempatan hidup bersama Nathalie walau sejatinya ia tak rela.
Hampir empat tahun Dira menjadi dokter khusus Rahardian. Bukan semata karena Dira seorang dokter tetapi juga memiliki perasaan yang berbeda terhadap lelaki yang akhirnya memilih menikahi Nathalie.
Dira mengingat kembali satu bulan sebelum Rahardian koma. Percakapan yang terjadi di meja kantor, Dian dan Dira duduk bersitatap.
Rahardian tampak mengatur gemuruh napas ketika mengetahui jika Nathalie membayar pemuda lagi demi membuatnya cemburu.
"Nathalie benar-benar membawa satu pemuda lagi. Dan kali ini sangat tampan."
"Nathalie lancang seperti itu karena kau tidak memberitahu apa yang terjadi padamu saat ini, Dian," lanjut Dira.
Rahardian menyodorkan beberapa lembar foto, di mana gambar seseorang yang amat sangat mirip dengan dirinya diambil dengan jepretan amatir.
Bagas dan orang-orangnya sudah menyelidiki, Adhigama nama kembarannya. Tidak dirubah dari yang pernah Bagas dengar 27 tahun lalu.
Kelahiran Gama sudah tercatat di data-data keluarga Niko Dewantara. Hanya saja memang sudah dinyatakan meninggal dunia dan tidak ditemukan jasadnya.
Di kartu tanda penduduk yang sekarang, Gama tidak menyertakan nama belakang Dewantara mungkin sudah diperbarui semenjak Aster kabur dari Rumah Sakit.
"Ini kamu?" selidik Dira.
"Itu Gama." Dira mendadak tersenyum seakan dirinya ikut bahagia atas ditemukannya kembaran Dian.
"Kemarin ... Om Bagas sudah menemukan titik terang di mana tempat tinggal Mama Aster dan kembaran ku. Om Bagas benar- benar sudah menemukan kembaran ku."
"Syukurlah kalau begitu." Dira menggenggam tangan Rahardian yang mundur secara reflek.
Rahardian mengulur setumpuk buku-buku yang dia ketik sendiri selama ini. "Andai nanti Mama Aster membawa Gama, kau harus berikan buku-buku ini padanya."
"Untuk?" Dira tidak mengerti apa saja yang Rahadian tulis di semua buku-buku itu. Dan entah sedari kapan buku-buku itu dibuat.
Rahardian berkata sangat lirih. "Aku ingin menghadiahkan Gama untuk Nathalie. Dan, biarkan Dian yang mati tapi Gama yang menggantikan aku tanpa ada satupun orang yang tahu selain kau dan Om Bagas."
"Apa kau gila, Dian?" Dira berdiri menggebrak meja kerja Rahardian. "Jangan coba-coba mempermainkan hidup seseorang!"
"Cuma ini yang bisa aku berikan untuk Nathalie, cuma ini, Dira!" sergah Rahardian.
"Kau akan sembuh setelah donor sumsum tulang belakang dari kembaran mu," sela Dira kembali, tak kalah kerasnya.
"Aku tidak yakin itu." Rahardian lirih.
"Aku sudah siap mati. Dan Gama yang akan mendapatkan hak semestinya. Dia yang akan duduk di kursi Presdir setelah Papa lengser, Gama lebih berhak daripada Fajar!"
Dira paham hak-hak itu, apa lagi setelah mengetahui jika perusahaan DT-Company masih dimiliki oleh Kamal dan Aster yang itu berarti jika bersatu Nathalie dan Rahardian maka sepenuhnya perusahaan itu kembali kepada owner yang tepat.
Sayangnya waktu hidup Rahardian tidak lama, Gama yang akan menggantikan perjuangan Rahardian di hidup Nathalie. Maka dengan demikian, saham dan hak Nathalie tidak akan mudah dikuasai siapa pun termasuk Letta si ular betina yang kini menjadi istri Papa Niko.
Nathalie amat sangat cantik, seksi, tidak kurang suatu apapun. Rahardian yakin jika Gama tidak akan menolak istri titipannya.
Lagi dan lagi, Dira menggenggam tangan Rahardian menghiba. "Kita akan berusaha sama-sama, Dian. Kau hanya perlu percaya keajaiban akan tiba. Dan aku berusaha."
Rahardian yakin, Dira menyukainya, bisa dilihat dari cara wanita itu menyentuhnya seperti sekarang ini. Tapi, Rahardian tidak pernah memiliki rasa selain pada Nathalie.
Rahardian bangkit menghindari harapan- harapan lancang Dira. "Kau juga perlu menikah, Dira, umurmu sudah tidak muda."
Dira terkekeh samar. "Aku tidak akan menikah sampai kau sembuh, Dian."
"Itu hal yang mustahil." Rahardian meraih jas miliknya untuk dipakai. "Andai aku sembuh, aku tetap tidak akan menikahi mu."
...----°°••°°----...
Dari balik dinding kaca transparan, Nathalie menatap wajah tenang Rahardian.
Dira bilang Dian memang belum bisa menerima donor sumsum tulang belakang dari Gama oleh sebab kondisi tubuh dan otaknya masih belum menerima anestesi.
Kemarin sempat dilakukan operasi untuk mengurangi pembengkakan otak, demi mencegah kerusakan otak lebih lanjut.
Selain Dira dokter pribadinya. Ada sekitar dua puluh dokter yang menangani Rahardian dan mereka sepakat untuk menunggu hingga koma Rahardian selesai baru dilakukan donor sumsum tulang belakang dari Gama.
Sekarang, Nathalie sedang menunggu keajaiban terjadi. Di mana Rahardian akan terbangun dan mengatakan secara langsung aku mencintaimu seperti yang tertulis di buku catatan harian Rahardian.
"Kau perlu makan." Nathalie menoleh ke arah lelaki itu. Tak ada yang tidak mirip, Gama benar-benar sangat identik dengan Dian.
Suaranya, caranya memberikan gesture, bahkan, bahasa campuran Melayu, Inggris dan Indonesianya pun hampir sama persis seperti pinang dibelah dua.
"Aku sudah siapkan makanan untuk mu," ulang Gama.
"Aku tidak lapar." Sesaat kemudian, pergelangan tangan Nathalie diseret lelaki itu hingga keluar dari ruangan tersebut.
Tak ada yang boleh keras kepala di sini, Gama tahu mana yang terbaik. Memaksa Nathalie untuk makan juga pilihannya kali ini.
Bait kedua dari halaman lima di buku catatan terakhir Rahardian ialah, menjaga semua hak dan yang menjadi kepemilikan Rahardian termasuk membahagiakan seorang Nathalie.
"Aku tidak mau makan!" Nathalie terpaksa duduk ketika saja Gama mengancamnya dengan memilih makan atau ranjang.
Nathalie menatap nanar menu yang tersuguh di hadapannya. "Kenapa tidak kau saja yang mati dan Dian yang tetap hidup untukku?"
Gama tak memiliki jawabannya.
bikin novel komedi aja Thor
engkau shangat kocaks