Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Putri Ana, mendengar pertama kalinya Dominict khawatir pada dirinya.
" Kau.. khawatir pada diriku? " Tanya Putri Ana, memastikan.
" Aku? Aku tidak khawatir padamu! Aku hanya khawatir pada diriku sendiri jika sampai kau terluka saat mengawasi pelatihan militer, pasti aku yang akan menanggung hukumannya. " Jelas Dominict.
" Eh! Aku pikir dia benar-benar khawatir. " Batin Putri Ana.
" Kenapa?! " Tanya Dominict, sambil tersenyum nakal. " Apa kau mengharapkan sesuatu yang berbeda? " Lanjut Dominict, mendekati dan memepet Putri Ana di balkon dengan tubuhnya.
" D..Dominict... " Putri Ana mendorong tubuh Dominict menjauh. Dominict Tersenyum licik, sambil mengangkat dagu Putri Ana dengan jari telunjuknya.
" Kau memang selalu lucu saat seperti ini, Tuan Putri. " Kata Dominict, kemudian menggenggam tangan Putri Ana dan mengusapkan telapak tangan Putri di dadanya. Sontak Putri Ana terkejut saat tangannya menyentuh dada Dominict, yang kekar. Dominict menyeret pelan telapak tangan Putri Ana ke bawah hingga di pusarnya.
" Mau lihat? " Ucapku Dominict pelan.
Sontak tubuh Putri Ana melompat kebelakang, saking kagetnya. Wajahnya memerah malu.
Dominict, terkekeh melihat reaksi Putri Ana.
Melepaskan tangan Putri Ana dari genggamannya, Dominict melompat dari balkon kembali kelapangan untuk melanjutkan tugasnya. Menoleh kearah Tuan Putri sekilas sambil tersenyum nakal.
" Dia benar-benar, mempermainkan ku! " Batin Putri Ana, kesal.
Setelah beberapa jam yang mengesalkan. Putri Ana tampak kelelahan, namun masih kesal. Setelah di permainkan oleh Dominict.
Di hari yang sama, Dominict mempersiapkan pasukan pemanahnya untuk melakukan latihan di luar istana. Mereka berlatih di Padang rumput pinggir kota. Disana meraka tidak hanya berlatih memanah, para prajurit itu juga berburu rusa liar sebagai sasaran tembak.
Sementara itu, Putri Ana mengajak Sbastian, pelayan pribadinya ke kota untuk pergi ke festival yang sedang berlangsung di kota.
" Tidak... Yang mulia, saya tidak bisa menemani anda ke kota!! " Kata Sbastian tegas, menolak permintaan tuan Putrinya.
" Hanya sebentar saja, lagi pula dekat. " Jelasnya.
" Yang mulia, saya tidak bisa membawa anda pergi!! Membawa anda pergi keluar dari istana adalah hal yang berbahaya, Yang Mulia! " jelas Sbastian lagi.
" Kan ada kau yang bersamaku! " ucap Putri Ana lagi.
" Pokonya, tidak..tidak..tidak..tidak.. dan tidak! " tegas Sbastian.
" Sbastian, aku ini Tuan Putri, majikanmu jadi kau harus menuruti perintah ku!! " desak putri Ana. Sambil menyilangkan tangannya di dada.
" Justru karena itu, saya sedang menjalankan tugas untuk melindungi anda, Yang Mulia! " Jawab Sbastian tegas.
" Hanya sebentar saja.. toh.. dekat dari istana.. boleh ya..ya..ya.. " bujuk Putri Ana.
Karena terus di bujuk dan di bujuk, akhirnya membuat Sbastian mengalah.
" Baiklah, saya akan menemani anda ke festival. Tapi anda harus menuruti apa yang saya katakan, Yang Mulia! " tegas Sbastian.
" Baiklah.." Putri Ana, tampak senang Karena ini pertama kalinya dia akan pergi ke festival di luar istana.
Sbastian, menghela napas panjang, ia merasa tak berdaya dengan permintaan Tuan Putri.
Kemudian Tuan Putri dan Sbastian pergi ke kota hanya berdua saja tanpa ada pengawal yang mengawal mereka. Sepanjang perjalanan Tuan Putri tampak sangat senang dan antusias. Selama tinggal di istana Putri Ana jarang sekali keluar istana. Di festival Putri Ana tampak bersenang-senang dan melakukan banyak permainan.
Hingga sampai lupa waktu, tanpa mereka sadari hari sudah sore. Sbastian membujuk Putri Ana agar segera kembali ke istana. Namun Putri Ana tak menghiraukan Sbastian yang sudah mulai khawatir karena mereka sudah berjalan-jalan sampai lupa waktu.
" Yang Mulia, kita harus segara kembali ke istana!! " ucap Sbastian cemas. " Saya bisa dalam masalah jika tidak segera membawa anda kembali. " lanjut Sbastian. Berusaha terus membujuk Tuan Putri.
" Baiklah, kita pulang, " ucap Putri Ana. Melihat wajah Sbastian yang khawatir.
Selama perjalanan dari kota menuju ke istana. Tuan Putri melihat Sbastian sedikit khawatir karena mereka kembali agak terlambat ke istana.
Tiba-tiba.....
Beberapa orang pria menghadang mereka di perjalan menuju istana. Tampak dari penampilannya mereka seperti preman.
" Wah.wah.. sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan kami.. " ucap salah seorang dari mereka.
" Tuan Putri, mundur! " Sbastian berusaha melindungi Putri Ana dengan berdiri di depan Putri Ana.
" Dari penampilan kalian, sepertinya kalian adalah bangsawan kaya.. " kata para preman itu, sambil menyeringai licik.
Melihat Sbastian yang berusaha melindungi Tuan Putri di balik punggungnya, membuat para preman tertantang dengan sikap Sbastian.
" Hei!! Tuan apa kau pelayan gadis itu.?! " Tertawa mengejek. Sbastian menatap mereka tajam.
" Aku suka tatapanmu. " Tiba-tiba mereka menyerang Sbastian hingga terkapar dan menjatuhkannya ke tanah dan menahan kepala dan tubuhnya, hingga membuat Sbastian tidak bisa melawan.
Dengan kasar para penjahat itu menarik tangan Putri Ana.
" Lihatlah!! Nonamu! kami akan bersenang-senang dengannya... " Menjambak kepala Sbastian dan memaksanya untuk melihat apa yang akan mereka lakukan pada Putri Ana.
" Kalian!! Hentikan!! " Sbastian mencoba memberontak, namun dengan dua orang pria yang menahan tubuhnya agar tetap di tanah ia tak bisa melakukan apapun.
" LEPASKAN!! " Putri Ana berteriak memberontak, namun tenaga nya tidak lebih besar dari pria-pria ini.
" Ho.. bagus begitu!! Akan seru jika ada perlawanan... " Ucap salah Seorang dari preman yang memegangi kedua tangan Putri Ana. Mereka tertawa licik, kemudian mereka merobek gaun yang di kenakan Tuan Putri putri dan bermaksud melecehkannya.
" Hei!! Kau juga ingin lihat tubuh Nonamu kan?! " Kata mereka mengejek Sbastian.
" Hentikan!! " Teriak Sbastian.
" Wah.. kalian bersenang-senang tanpa aku... Aku juga ingin melihat tubuhnya. "
Tiba-tiba... Terlihat seseorang sedang berdiri di pepohonan dengan menyadarkan bahunya di sebatang pohon dan melipat kedua tangannya di dada. Sontak mereka melihat ke arah pria itu.
" J..Jendral Dominict?!! " Ucap Sbastian terkejut saat mengenali sosok itu.
Dominict muncul di sana wajahnya tampak dingin menatap para preman itu.
" Siapa kau?! "
" Kalian tidak perlu tahu siapa aku.. ayo, lanjutkan!! Aku juga ingin melihat tubuhnya.." ucap Dominict santai, ia masih berdiri sambil bersandar di sebatang pohon.
" Dominict!!! Kau...!!! " Putri Ana terkejut dengan pernyataan Dominict barusan.
" Apa? " Jawab Dominict datar.
para preman yang melihat, wanita yang mereka goda memiliki hubungan dengan pria yang tampak santai melihat mereka dari kejauhan dan merasa tidak akan ada perlawanan darinya, mereka tetap melanjutkan aksinya. Saat para preman itu mulai menyentuh tubuh Tuan Putri saat itu juga Dominict mulai bertindak mendekati mereka, dan menghajar para preman itu.
Dominict hanya memasang senyum sinis, setelah berhasil melumpuhkan para preman itu satu persatu.
Lalu ia menatap Putri Ana, dan melihat tubuhnya yang hampir telanjang.
" Kau.. kau benar-benar gadis bodoh!! " Ucap Dominict, tanpa segan. Lalu menghela napas panjang.
" Sudah berapa kali aku bilang! Aku melarangmu pergi meninggalkan istana tanpa pengawasan!! Kau pikir Sbastian akan bisa melindungimu, HAH?! " bentak Dominict kesal dan marah. Memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam mencoba menenangkan diri dari emosi.
Kemudian Dominict melepaskan jubahnya dan menyelimuti tubuh Putri Ana dengan jubahnya.
" Kau.. benar-benar membuatku gila.. " Gumam Dominict di hadapan Putri Ana, namun Putri mendengar semua yang Dominict katakan.
" M..maafkan aku.. " ucap Putri Ana menyesal.
Kemudian ia menangis karena saking syoknya.
" Sial!! " Batin Dominict, saat ia melihat wajah putri Ana yang tampak syok. " Sudahlah! Kau harus segera kembali ke istana, Yang Mulia. " Kata Dominict, lalu ia membawa para preman itu ke tempat pelatihan militer di luar istana dimana Dominict melatih pasukan pemanahnya.
Menendang dengan kasar para preman itu sambil menyeringai licik.
" HEII!!! KALIAN MEMILIKI SASARAN TEMBAK BARU!!! " teriak Dominict lantang di tengah lapangan. Sontak seluruh prajurit pemanah melihat kearahnya.
Kemudian Dominict melepaskan ikatan para preman itu.
" Nah, sekarang kita baru bisa bermain kan? Aku akan hitung sampai sepuluh sebelum itu lakian larilah, yang cepat ya! Jika masih sayang nyawa! " Bisik Dominict di telinga salah seorang preman itu. Dengan senyuman seperti iblis.
Kemudian Dominict mulai menghitung.
" Satu....dua....tiga..... " sontak para preman itu berlari tunggang langgang, melihat mereka berlari ketakutan Dominict tampak masih menghitung dan tak mengejar mereka.
" Empat.....lima.....enam.....tujuh.....delapan..... sembilan......sepuluh...... " dengan senyuman licik dan seolah menikmati yang ia lakukan saat ini.
" Bunuh mereka!! " Ucap Dominict pelan kemudian seluruh prajurit pemanah mengikuti perintah Dominict. Mereka mengejar para preman itu dengan kuda dan membidik mereka seperti mereka sedang berburu rusa di hutan.
Bersambung....
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung