Alisa seorang gadis tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya juga tidak memiliki teman ataupun sahabat. Mencoba mencari kebahagian melalui game "Love Story" sampai akhirnya dia mencapai end yang membahagiakan dalam game itu. Tapi dirinya mendapat tawaran untuk mesuk ke dalam game itu. Dia pun menerimanya karena dia sudah lelah dengan kehidupannya. Tapi ternyata dia justru menjadi antagonis dalam game ! Dirinya melawan 3 malaikat maut apakah dia masih bisa bertahan hidup ??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoshua Yora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Natasha berbalik,
"Kamu..." Natasha menatapnya dengan tidak percaya. Seorang peri kecil dengan sayap kupu-kupu berwarna biru tau yang indah dan rambutnya berwarna biru muda.
"Kamu... Hestia ?" Natasha membelalakkan matanya.
"Benar, ini adalah wujud asli saya" ucap Hestia.
"Tapi bagaimana bisa..." Pikiran Natasha dipenuhi tanda tanya.
"Wujud saya di dunia asli memang kupu-kupu karena energi sihir nona masih lemah jadi saya belum bisa menunjukkan wujud asli saya, karena akan memakan banyak sihir anda. Sedangkan tempat ini adalah ruang spirit karena itu saya bisa menemui nona dengan wujud ini." Ucap Hestia lagi.
"Lalu saat pertemuan pertama itu ?" Saat itu karena saya yang masuk ke dalam mimpi anda, dan sekarang saya justru mengambil kesadaran anda untuk masuk ke dalam sini ." Ucap Hestia dengan sabar.
"Ohhhhh gitu" bibir Natasha membentuk O.
"Lalu kenapa kamu membawa ku kesini ?" Tanya Natasha memiringkan kepalanya.
"Nona... Anda tidak benar-benar lupa kan ?" Hestia menatap Natasha dengan senyum miring yang menyeramkan. Sedangkan Natasha benar-benar tidak mengerti apa maksud Hestia, ia kalang kabut kesalahan apa yang ia lakukan.
Hestia menatap Natasha dengan kesal, sementara Natasha langsung mengalihkan pandangannya. Hestia menghembuskan nafas,
"Lihat " Hestia menunjuk kearah ruangan yang didalamnya terdapat seseorang dengan jubah hitam sedang terbaring.
Natasha membelalakkan matanya, bagaimana dia bisa melupakan hal sepenting ini. Natasha masuk ke dalam kamar itu dan melihatnya, seorang pria aneh yang tiba-tiba menciumnya saat didalam gang tadi sore.
Natasha mendekatinya dan melihat wajahnya dengan teliti,
'Kok gue ngerasa kayak pernah liat bahkan punya hubungan dekat ama nih orang tapi kapan dan dimana yah ??.' Natasha berusaha mengingat-ingat tapi dia tetap tidak mengingat apapun.
'apa dia orang yang dikenal Natasha asli yah ?.'
Natasha menatap perut dan lengan pria itu terluka, dan diperban seadanya. Ditambah jubah dan baju yang harusnya terkena darah justru terlihat bersih dan wangi. Akhirnya Natasha mengerti kenapa Hestia kesal padanya.
"Hestia, Makasihh !! Aku benar-benar lupa tadi" ucap Natasha dengan senyum kikuk.
"Haehhh... Kenapa bisa nyonya Alea memiliki putri yang ceroboh seperti anda" ucap Hestia menusuk.
"Huhhhh... Ada banyak hal yang terjadi hari ini, aku benar-benar lelah dengan semuanya" ucap Natasha memijat keningnya.
"Sebenarnya siapa pria ini dan apa tujuannya nona ?" Tanya Hestia.
"Aku tidak tau siapa dia dan apa tujuannya. Karena dia tiba-tiba muncul dan mencium ku sebagai bentuk pengalihan untuk menipu orang-orang yang mengejarnya" ucap Natasha menggaruk tengkuknya.
"Anda... Benar-benar ceroboh.. membawa pulang bahkan membawanya masuk ke dalam ruang spirit. Bagaimana jika orang ini berniat mencelakai anda " ucap Hestia dengan kesal bahkan bibirnya berkedut Menghadapi nonanya ini benar-benar mengesalkan. Antara Natasha terlalu baik atau terlalu bodoh rasanya tidak berbeda.
"Karena, aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja ! Dia terluka dan mungkin saja orang-orang itu akan terus mencarinya. Terlebih mereka mengatakan jika harus membun*h pria ini." Ucap Natasha dengan mata yang teduh menatap Hestia.
"Lagipula, Jika pria ini memang berniat jahat sejak awal. Kamu juga pasti sudah muncul saat di gang kan " ucap Natasha menyakinkan Hestia.
Hestia tertegun, karena ternyata meski Natasha lebih ceroboh dalam bertindak tapi dia juga mewarisi sikap ibunya yang suka menolong orang lain meski orang itu baik atau jahat. Karena bagi Alea, orang itu bisa berubah jadi selama orang itu mau berubah menjadi lebih baik dia akan membantunya.
"Jangan senang dulu, meski saat ini luka luarnya sudah kuatasi, tapi didalam tubuhnya terdapat racun api. Kemungkinan dia bisa bertahan lama itu mustahil" Ucap Hestia.
"Ehh Racun api..." Natasha ingat dia pernah membaca buku di perpustakaan racun api adalah racun yang berbahaya, yang akan merusak setiap titik sihir dalam tubuh secara perlahan dan setiap seminggu sekali korban harus merasakan rasa sakit seperti terbakar. Tidak ada seorangpun yang bisa sembuh dari racun ini, bahkan diantara mereka bun*uh diri karna tidak sanggup menahan rasa sakit.
Natasha menatap pria itu dengan kesedihan, tubuh pria itu menjadi panas dan mengelijang menahan rasa sakit.
'nj*r kan eman-eman banget seganteng ini mas harus mati muda, kan ga lucu lah yah'
Sementara isi pikiran Hestia
'nona, anda benar-benar sangat murah hati padahal anda tidak mengenalnya tapi anda justru memasang wajah sedih seperti itu...'
"Haehh saya tau caranya mengeluarkan semua racun di tubuhnya." Ucap Hestia yang tidak tahan melihat nonanya sedih dan murung.
"Eh bagaimana caranya ? " Natasha memang pernah membaca tentang metode beresiko ini tapi pasti hampir semuanya gagal dan racun berpindah ke dalam tubuh orang yang berniat mengeluarkan racun.
Hestia terbang keruangan tempat lain, dia melihat-lihat buku yang ada di rak lalu mengeluarkan, salah satu buku.
"Dengan menggunakan teknik ini," ucap Hestia sambil menyodorkan buku itu ke Natasha.
Natasha langsung mengambilnya dan dengan cermat membacanya, butuh waktu 2 menit baginya untuk memahami teknik itu.
'Duhh caranya serem... Mana kalau gagal gue yang mokad astaga'
Tapi natasha justru mencobanya, karena jika ia bisa melakukannya. Kemampuan sihirnya juga akan meningkat pesat. Karena mampu mengontrol sihir element es tingkat tinggi. Terlebih kemampuan sihirnya masih ada di tahap lingkaran 3 akhir.
"Aku ingin mencobanya!" Ucap Natasha yakin.
"Baiklah, tapi anda benar-benar harus berhati-hati karena taruhannya adalah nyawa anda. Anda tidak boleh terbawa suasana oleh keadaan pria ini." Ucap Hestia mengingatkan majikannya.
Natasha mengangguk, dia memegang tangan pria itu dan merapalkan mantra sihir es seketika seluruh tubuh keduanya diliputi cahaya kebiruan yang sangat terang. Natasha berusaha menyalurkan energi es miliknya untuk melawan racun api dalam tubuh pria itu. Sementara Hestia menjadi sumber kekuatan dari sihir es dan mengontrol penyaluran energi.
Natasha memejamkan matanya, berusaha fokus seketika dirinya seperti jatuh di sebuah lorong dimensi yang sangat panjang.
WUSHHH!!
Natasha mendarat, dia tapi melihat kegelapan di sekitarnya. Dia berjalan berusaha mencari jiwa asli pria itu.
'Kok gelap banget yah, apa emang kek begini masa lalu cwo itu ? Gelap, sepi kek gue waktu di dunia modern.'
Akhirnya dia menemukan sebuah pintu sihir, dia mencoba membukanya. Dan akhirnya dia melihat pria itu di tengah lingkaran sihir yang aneh dengan keliling oleh api. Sementara pria itu terlihat sudah tidak berdaya dengan rantai sihir api yang menusuk titik-titik sihirnya.
"Apa yang kau lakukan disini ?" Tanya pria itu dengan sangat terkejut ada yang masuk ke dalam dirinya.
"Aku datang untuk menyelamatkan mu !" Ucap Natasha mengeluarkan sihir es dari tangannya.
Natasha menahan kesakitan di dadanya karena baru pertama kali ini dia menggunakan sihir es, apalagi sihir ini berasal dari Hestia bukan dari dirinya. Karena dia masih belum bisa mengontrol energi sihir es.
Sihirnya seketika membekukan semua api yang mengelilingi pria itu. Natasha langsung berlari ketengah lingkaran sihir dan menyentuh rantai yang menancap pada pria itu, tapi seketika tangannya merasa sakit.
"Jangan bodoh !! Kau tidak akan bisa !" Teriak pria itu lagi
'Tcih ternyata sulit juga... Tapi kepalang tanggung nj*r. Masa udah effort ini ga ada yang like.. eh maksudnya ga jadi.'
"Pergilah, tinggalkan aku ! Gadis ceroboh!" Teriak pria itu lagi.
"Aku memang ceroboh, tapi aku tidak akan menarik perkataan ku !" Ucap Natasha dengan penuh keyakinan.