NovelToon NovelToon
QUENN OFF ASSASINS

QUENN OFF ASSASINS

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia
Popularitas:492
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

Ariella, seorang wanita muda yang dipilih untuk menjadi pemimpin organisasi pembunuh terkemuka setelah kematian sang mentor. Kejadian tersebut memaksanya untuk mengambil alih tahta yang penuh darah dan kekuasaan.

Sebagai seorang wanita di dunia yang dipenuhi pria-pria berbahaya, Ariella harus berjuang mempertahankan kekuasaannya sambil menghadapi persaingan internal, pengkhianatan, dan ancaman dari musuh luar yang berusaha merebut takhta darinya. Dikenal sebagai "Queen of Assassins," ia memiliki reputasi sebagai sosok yang tak terkalahkan, namun dalam dirinya tersembunyi keraguan tentang apakah ia masih bisa mempertahankan kemanusiaannya di tengah dunia yang penuh manipulasi dan kekerasan.

Dalam perjalanannya, Ariella dipaksa untuk membuat pilihan sulit—antara kekuasaan yang sudah dipegangnya dan kesempatan untuk mencari kehidupan yang lebih baik, jauh dari bayang-bayang dunia pembunuh bayaran. Di saat yang sama, sebuah konspirasi besar mulai terungkap, yang mengancam tidak hanya ker

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Rahasia di Balik Topeng

Pagi menjelang dengan langit kelabu, pertanda hujan yang segera turun. Di dalam bunker kecil yang tersembunyi di tengah hutan, suasana terasa lebih tegang daripada malam sebelumnya. Seluruh tim Ariella tampak sibuk memperbaiki senjata, memeriksa peralatan, dan merencanakan langkah berikutnya.

Ariella berdiri di depan pria bertopeng yang kini duduk di kursi logam, tangannya terikat erat dengan kabel baja. Wajah pria itu, meskipun penuh luka, tetap menunjukkan senyuman sinis yang membuat darah Ariella mendidih.

“Berhenti bermain-main,” ucap Ariella dengan nada dingin. “Aku tidak punya waktu untuk ini. Beri tahu aku siapa dalang di balik The Raven Syndicate, atau kau akan menyesal pernah hidup.”

Pria itu mendengus, menundukkan kepala seolah tidak terpengaruh oleh ancaman Ariella. “Kau tidak akan pernah memahami siapa yang kau hadapi. Apa yang kau lihat hanyalah permukaan. Kau melawan sesuatu yang lebih besar dari dirimu, dari tim kecilmu, atau bahkan negara ini.”

Ariella mendekat, mencengkeram dagu pria itu dengan keras hingga matanya bertemu dengan tatapan tajamnya. “Kau tidak paham siapa yang sedang kau hadapi. Aku akan menghancurkan kalian semua, satu per satu.”

Pria itu tertawa kecil, lalu berbisik, “Kau sudah terlambat. Rencana kami sudah berjalan.”

Sebelum Ariella sempat membalas, suara Liana memecah ketegangan.

“Komandan, Anda harus melihat ini,” katanya dengan panik dari sudut ruangan tempat laptopnya berada.

Ariella melepaskan pria itu dan berjalan cepat ke arah Liana. Di layar, muncul video siaran langsung yang tampaknya berasal dari tempat tersembunyi. Seorang pria tua dengan jas mahal dan tatapan penuh wibawa berbicara di depan kamera.

“Nama itu…” gumam Rael yang berdiri di belakang Ariella. “Itu Leonard Drakos, pemilik perusahaan logistik terbesar di Eropa.”

Ariella menatap layar dengan tajam. “Dan salah satu donatur terbesar untuk kegiatan amal internasional,” tambahnya dengan nada sinis.

Di layar, Leonard Drakos sedang berbicara dengan suara yang tenang namun penuh ancaman.

“Kepada semua pemimpin dunia, ini adalah peringatan. Dalam waktu kurang dari 72 jam, dunia akan menyaksikan apa yang terjadi ketika kekuatan sejati menunjukkan taringnya. Tidak ada tempat untuk melarikan diri, tidak ada waktu untuk bernegosiasi. Pilihan ada di tangan kalian: tunduk pada kami, atau hancur.”

Video itu terputus, meninggalkan keheningan di ruangan.

“Dia pemimpinnya?” tanya Rael.

Ariella mengangguk perlahan. “Atau setidaknya dia salah satu dari mereka.”

---

Sementara itu, pria bertopeng yang masih terikat di kursinya tertawa kecil. “Kalian benar-benar tidak tahu apa yang kalian hadapi, bukan? Leonard hanyalah permulaan. Dia bukan otak di balik ini semua.”

Ariella berbalik dengan cepat, matanya penuh kecurigaan. “Kalau begitu siapa? Bicara sebelum aku memaksamu.”

Pria itu terdiam sejenak, lalu berkata dengan nada pelan, “Kau harus bertanya pada seseorang yang lebih dekat denganmu. Seseorang yang kau percayai.”

Kata-kata itu membuat seluruh ruangan terasa membeku. Rael, yang berdiri di dekat pintu, bertukar pandang dengan Liana. “Apa maksudnya?”

Namun, sebelum ada yang bisa menanggapi, suara ledakan terdengar dari luar bunker. Tanah bergetar hebat, dan suara alarm berbunyi.

“Serangan!” teriak salah satu anggota tim yang berjaga di pintu masuk.

Ariella segera mengambil senjatanya. “Liana, lindungi data kita. Rael, bawa tawanan ini ke tempat aman. Sisanya, pertahankan bunker!”

Mereka bergerak cepat. Liana segera memindahkan file-file penting ke server cadangan, sementara Rael menyeret pria bertopeng itu ke ruang belakang. Suara tembakan mulai terdengar dari luar, tanda bahwa musuh sudah mendekat.

Ariella memimpin timnya ke garis depan, menembak musuh yang mendekat dari hutan. Kabut pagi dan hujan gerimis membuat pandangan mereka terbatas, tetapi tim Ariella sudah terlatih untuk situasi seperti ini.

“Komandan, mereka membawa kendaraan lapis baja!” seru salah satu anggota tim.

Ariella mengerutkan kening. “Lempar granat ke roda mereka. Lumpuhkan kendaraan itu!”

---

Di ruang belakang, Rael mengunci pintu dan menatap pria bertopeng yang masih tersenyum.

“Kau masih bisa tertawa di situasi seperti ini?” tanya Rael sambil mengepalkan tangan.

Pria itu menggeleng pelan. “Kau tidak mengerti, kan? Kalian semua hanya pion dalam permainan besar ini.”

Rael mendekat, menahan diri untuk tidak memukulnya. “Kalau begitu beri tahu aku apa rencana kalian!”

Pria itu menatapnya tajam. “Kau sudah tahu jawabannya, Rael. Kau hanya terlalu pengecut untuk mengakuinya.”

Kata-kata itu membuat Rael mundur selangkah, wajahnya penuh keraguan.

“Apa maksudmu?” tanya Rael dengan suara bergetar.

Namun, sebelum pria itu bisa menjawab, pintu belakang mendadak meledak. Rael terlempar ke dinding, sementara dua pria bersenjata lengkap masuk dengan cepat, langsung menembak ke arah mereka.

Pria bertopeng itu segera berdiri, melepas ikatannya yang ternyata sudah dia longgarkan sebelumnya. Dengan cepat, dia melumpuhkan kedua pria bersenjata itu, lalu menatap Rael yang masih terguncang.

“Aku sudah bilang, Rael. Kau bagian dari ini, suka atau tidak,” katanya sebelum menghilang ke dalam kegelapan.

---

Ketika Ariella dan timnya berhasil menghalau musuh di luar, mereka kembali ke dalam bunker hanya untuk menemukan pintu belakang terbuka dan Rael terduduk di lantai, wajahnya penuh luka dan kebingungan.

“Dia kabur,” kata Rael dengan suara lemah.

Ariella mengepalkan tinjunya, marah pada dirinya sendiri karena membiarkan hal ini terjadi.

“Kita tidak punya waktu untuk mengejarnya. Leonard Drakos adalah target kita berikutnya. Kita harus menghentikan apa pun yang dia rencanakan sebelum terlambat.”

Namun, di benaknya, Ariella tahu ada sesuatu yang salah. Kata-kata pria itu tentang pengkhianatan terus terngiang di pikirannya.

Dalam perang ini, siapa pun bisa menjadi musuh—bahkan orang-orang yang dia percayai.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!