Sifa Kamila, memilih bercerai dari sang suami karena tidak mau diduakan. Ia pun pergi dari rumah yang dia huni bersama Aksa mantan suami selama dua tahun.
Sifa memilih merantau ke Jakarta dan bekerja di salah satu perusahaan kosmetik sebagai Office Girls. Mujur bagi janda cantik dan lugu itu, karena bos pemilik perusahaan mencintainya. Cinta semanis madu yang disuguhkan Felix, membuat Sifa terlena hingga salah jalan dan menyerahkan kehormatan yang seharusnya Sifa jaga. Hasil dari kesalahannya itu Sifa pun akhirnya mengandung.
"Cepat nikahi aku Mas" Sifa menangis sesegukan, karena Felix sengaja mengulur-ulur waktu.
"Aku menikahi kamu? Hahaha..." alih-alih menikahi Sifa, Felik justru berniat membunuh Sifa mendorong dari atas jembatan hingga jatuh ke dalam kali.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Kita ikuti yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
Tiba di negara K, Alvin tidak mengajak Sifa ke kediaman orang tuanya lebih dulu, tetapi langsung ke klinik.
Di depan klinik, Sifa yang mengenakan syal sebagai penutup kepala dan pipi, berhenti di depan hingga tertinggal oleh Alvin.
"Sifa..." Alvin pun berhenti ketika menyadari tidak ada Sifa di belakang, lalu kembali berdiri di hadapan Sifa. "Ayo Sifa, kenapa kamu berhenti" lanjut Alvin.
"Al, dalam agama aku, operasi plastik dilarang" Sifa pun ragu-ragu.
"Kita ini seiman Sifa, tetapi kamu melakukan operasi bukan untuk merubah wajah kamu yang sudah Allah ciptakan. Tapi, kamu operasi untuk kesembuhan dan mengembalikan wajah kamu yang rusak" Alvin pun akhirnya ceramah panjang lebar.
"Baiklah" Sifa pun akhirnya melangkah tanpa ragu masuk ke dalam klinik. Tiba di depan salah satu ruangan, Alvin mengetuk pintu.
"Selamat pagi Dokter Jiwoo" ucap Alvin di ikuti Sifa di belakang.
"Sudah ada janji?" Tanya Jiwoo, memandangi putra pengusa di negaranya yang sudah terkenal itu.
"Saya mengantar sahabat saya Dok" Alvin menunjukkan surat rujukan yang diberikan dokter Edwar.
Jiwoo membaca surat tersebut kemudian manggut-manggut. Pemeriksaan medis terhadap Sifa pun segera Jiwoo lakukan.
Keesokan harinya, pelaksanaan operasi pun segera dilaksanakan.
15 hari kemudian.
"Terimakasih Al, aku siap bekerja apapun untuk menyicil hutang-hutang aku" ucap Sifa. Wajahnya kini telah kembali lagi bahkan lebih cantik. Jiwoo adalah dokter hebat tentu saja hasil operasi tersebut maksimal.
"Apa tidak sebaiknya kamu kembali ke Indonesia Sif?" Alvin tentu saja bisa memasukkan Sifa ke cabang kosmetik miliknya yang berada di Indonesia.
"Jangan sekarang Al, aku mohon" Sifa akan menyembuhkan trauma untuk sementara waktu.
"Baiklah, nanti aku tanya Papa ada lowongan kerja tidak di kantor" Alvin mengajak Sifa mengunjungi kediaman orang tuanya.
Rumah tidak terlalu besar tetapi desain unik dan rapi nampak di pinggir jalan. Alvin mengajak Sifa masuk ke rumah itu. Tiba di halaman, Sifa mengikuti Alvin menapaki anak tangga yang berkelok khas desain rumah ala negara K.
"Mama..." seru Alvin, kepada wanita yang duduk di sofa menyilang kaki. Si wanita segera berdiri ketika menatap putranya datang.
Sifa deg degan di belakang Alvin, nampak Alvin memeluk wanita paruh baya yang berkulit putih, wajah cantik seperti kebanyakan wanita yang berasal dari negara K.
"Kamu ini pulang dari Indonesia kok tidak langsung pulang sih, Vin" Protes mama Alvin setelah merenggangkan pelukan.
"Ada urusan penting Ma? Papa mana?" Alvin tidak mengatakan bahwa hampir 15 hari menemani Sifa.
"Papa kamu di kantor" Wanita itu pun baru menyadari bahwa Alvin tidak sendiri, ketika tatapan matanya tertuju kepada wanita cantik di belakang Alvin.
"Oh iya Ma, kenalkan. Ini Sifa teman aku dari Jakarta" Alvin menarik pelan tangan Sifa ke sebelahnya.
"Selamat Pagi Tante..." Sifa tersenyum lalu mengulurkan tangan.
"Selamat pagi, mari-mari duduk" titah wanita yang bernama Minji itu.
Sifa tersenyum lega, ternyata kehadirannya disambut ramah oleh mama Alvin. Sifa pun duduk berhadapan dengan Minji. Beberapa pertanyaan dilontarkan Minji tentu tentang hubungan Alvin dengan Sifa.
"Kami hanya bersahabat Ma" Alvin yang menjawab.
"Benar Tante" Sebenarnya Sifa ingin menceritakan bahwa Alvin telah menolong dirinya. Namun, ketika Alvin keberatan entah apa alasannya, Sifa lebih baik tidak melanjutkan.
"Sifa ini mau mencari kerja Ma, kira-kira di kantor Papa ada lowongan tidak?" Tanya Alvin ke pertanyaan inti.
"Mama tidak tahu, Vin" Minji memang tidak pernah terjun ke perusahaan kosmetik sang suami. "Lebih baik kamu temui Papa di kantor" saran Minji.
"Baik Ma"
Selama kurang lebih satu jam di tempat itu, Alvin mengajak Sifa ke perusahaan.
Ketika tiba di salah satu ruangan, banyak pajangan koleksi parfum merk ternama yang sudah tersebar di seluruh dunia. Sifa berhenti sejenak ketika tatapan matanya tertuju pada botol parfum sebesar jempol kaki orang dewasa itu, tetapi harganya selangit. Mengingatkan Sifa kepada pria yang tidak lebih dari seorang pria pembunuh berdarah dingin, yang tak lain adalah Felix. Pria yang hampir membunuhnya itu selalu menggunakan Parfum tersebut. Tiba-tiba saja wajah Sifa merah padam, semua hal yang ada kaitannya dengan Felix, rasanya ingin ia banting.
"Sifa... ada apa..." Alvin pun terkejut ketika menatap wajah Sifa yang tiba-tiba angker.
"Tidak Al" Sifa pun kembali berjalan, bersebelahan dengan Alvin.
"Sifa, aku boleh tahu sedikit tentang kamu?" Tanya Alvin ingin tahu apa yang terjadi dengan masa lalu Sifa, karena Alvin sering memergoki Sifa yang tiba-tiba mengumpat seorang diri, sering murung dan seperti yang baru saja ia lihat.
"Tentang aku?" Sifa menunjuk dadanya.
"Maksudnya, kenapa kamu dulu bercerai dengan suami kamu?"
"Lebih tepatnya orang ketiga penyebabnya Al" Sifa hanya mengatakan sepenggal kisah rumah tangganya dengan Aksa. Namun, Sifa akan menyembunyikan masalahnya dengan Felix sebelum dendamnya terbalas.
"Yang sabar Sif, itu artinya kamu belum berjodoh" Alvin memberi semangat.
"Kamu benar Al" Sifa mengangguk.
"Oh iya, perusahaan Papa kamu selain produksi parfum, apa lagi, Al?" Sifa mengalihkan.
"Ayo, aku tunjukkan" Alvin mengajak Sifa masuk ke dalam gudang.
Sifa lebih kaget lagi ketika tiba di gudang untuk menyimpan berbagai kosmetik. Lagi-lagi mengingatkan Sifa pada perusahaan di mana satu bulan yang lalu ia masih bekerja di sana. Namun, menyebabkan luka, bukan hanya luka tubuhnya yang baru saja sembuh. Tetapi luka hati yang tidak mudah bagi Sifa untuk mengobati. Trauma yang disebabkan oleh Felix membuat Sifa sebenarnya ragu untuk bekerja lagi di tempat itu. Tetapi tentu saja Sifa tidak akan banyak protes pada Alvin yang sudah menolongnya. Sifa hanya bisa minta perlindungan dari yang kuasa semoga Alvin menolongnya tanpa pamrih.
Setelah melihat-lihat, Sifa mengikuti Alvin ke salah satu ruangan. Pria berdasi nampak dari samping bahwa pria itu orang Indonesia.
"Itu Papa kamu Al?" Tanya Sifa pelan.
"Iya" Alvin menjawab pendek.
"Dari Indonesia ya?" Cecar Sifa.
Alvin menuturkan jika sang papa berasal dari Indonesia dan menikah dengan Minji asli negeri K.
"Selamat pagi Pa" ucap Alvin.
Papa Alvin pun mengangkat kepala, menampakkan rahang tegas selayaknya seorang pemimpin pada umumnya.
"Kamu Vin, duduk" titah pria yang irit bicara itu. Setelah berbasa-basi selayaknya papa dengan anak. Pria yang bernama Adhitama itu menanyakan cabang kosmetik yang dikelola Alvin di Indonesia.
"Lancar Pa" Jawab Alvin, kemudian mengatakan tujuan utama yaitu menanyakan lowongan kerja untuk Sifa.
"Ada, tetapi bagian produksi" jawab Adhitama. Adhitama pun akhirnya minta Alvin mengantar Sifa ke ruang hrd, melanjutkan wawancara tentunya.
Dengan pengalaman yang Sifa dapatkan dari perusahaan yang terdahulu, Sifa pun akhirnya diterima kerja.
Sifa yang sebenarnya belum mengetahui tentang kosmetik, tetapi ia bersemangat bekerja. Di tempatkan bagian produksi, tentu Sifa akan mendapatkan banyak ilmu. Beruntung bagi Sifa, ia yang belum tahu seluk beluk negara K, diizinkan tinggal di kediaman Minji.
"Mama malah senang kok" Minji yang memang menginginkan anak perempuan, tetapi tidak dikabulkan oleh Tuhan, Sifa ia anggap sebagai anak sendiri.
"Sifa, aku harus kembali ke Indonesia" kata Alvin pagi itu, ia sudah menarik koper akan ke bandara.
"Hati-hati Al, terimakasih untuk semuanya" Sifa mengantar Alvin ke bandara, sebelum akhirnya berangkat ke pabrik. Begitulah hari-hari Sifa lalui dengan senang bekerja sekaligus menimba Ilmu.
6 bulan kemudian.
Wanita cantik berambut pirang tiba di bandara Jakarta. Ia menuruni tangga pesawat kemudian melangkah dengan Anggun.
"Sifa ya?" Tanya seseorang di luar pagar.
...~Bersambung~...