Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 03 : Malu Tapi Mau
"Hei Keong," panggil Zio pada Zea yang baru keluar dari toilet perempuan.
"Mata Lo rabun? Ini toilet cewek, kalau kebelet, sana! Ke toilet cowok!" jawab Zea dengan ketus.
"Lo gak usah sok caper sama gue. Kalau Lo suka ya tinggal bilang. Lagian Lo cewek paling beruntung yang pernah ada. Tanpa bersusah payah, di masa depan Lo bakal jadi istri gue," kata Zio.
"Gue caper? Gak akan. Percaya diri banget Lo." Zea malas meladeni sikap Zio. Dia pun hendak pergi. Namun Zio menahan tubuh Zea. Membuat Zea semakin mundur ke belakang, sampai mendekati dinding. Zio mendekatkan wajahnya ke wajah Zea. Hingga bibir mereka hanya berjarak beberapa senti.
Zio tersenyum. Tapi senyuman itu tak membuat Zea terkecoh. Zea tau Zio hanya mempermainkan dirinya. Karena dulu Zio sudah jelas mengatakan bahwa Zio tidak akan menaruh hati pada cewek jelek seperti Zea.
Melihat bibir merah alami Zea, ingin sekali rasanya Zio mencicipinya. Tanpa sadar Zio perlahan merapatkan bibir mereka. Merasakan hal itu akan terjadi, sontak Zea langsung memukul kepala Zio memakai kepalanya.
"Au," lirih Zio kesakitan, sambil memegang kepalanya. "Itu kepala atau kelapa sih? Keras banget," kesal Zio.
"Dasar mesum. Lo mau ngapain? Jangan mimpi cium bibir gue!"
"Gue gak ngapa-ngapain, Lo aja yang kegeeran dan salah paham. Siapa juga yang mau cium bibir Lo yang kekeringan itu. Makanya jadi cewek make up dikit. Dasar keong jelek," hina Zio. "Gue kenapa sih? Kok tadi gue mau nyosor duluan? Jangan sampai niat gue ketahuan. Bisa jatuh harga diri gue," batin Zio.
"Dasar kodok ngeselin," umpat Zea.
Tiba-tiba ponsel Zio berdering. Yang menelepon adalah ibunya. Zio pun langsung mengangkat panggilan ibunya.
"Ada apa, Mi?" tanya Zio to the point.
"Sayang Kamu sekarang sama Zea?" tanya Olivia.
"Iya, Mi, kenapa?"
"Kakek Kamu pingsan lagi. Dia mau Kamu dan Zea ke rumah kita sekarang."
"Apa, Mi? Iya, Mi, Zio dan Zea pulang sekarang juga."
"Oh ya Sayang, orangtua Zea juga ada di sini, kasih tau Zea."
"Iya, Mi."
"Kalian hati-hati di jalan ya?"
"Pasti, Mi," jawab Zio lagi, kemudian mengakhiri panggilan telepon.
"Kenapa Lo bawa-bawa nama gue waktu Mami Lo nelepon?" tanya Zea.
"Kakek pingsan lagi. Orangtua gue sama orangtua Lo sekarang ada di rumah gue. Mereka mau kita ke sana sekarang," jawab Zio.
"Kenapa kakek bisa pingsan lagi?" Zea terkejut.
"Mana gue tau. Ayo ikut gue kalau Lo penasaran."
"Tapi gue ke sini dibonceng sama Nina. Terus Nina gimana?"
"Biarin aja dia pulang sendiri. Gak bakal juga dia nyasar. Lo ikut naik motor gue."
"Tapi?"
"Ayo!" tarik Zio paksa. Tangan Zea langsung dia tarik mengikutinya.
Motor sport besar dengan merk mahal, berwarna merah, adalah motor terkeren yang pernah ada. Di antara siswa laki-laki SMA-SMA se Jakarta cuma Zio yang memiliki motor keren ini. Motor Zio sebelumnya juga tidak pernah di duduki wanita manapun. Zea untuk pertama kalinya menduduki motor itu dibelakang Zio.
Zio melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata, untuk membelah jalanan ibukota, agar mereka cepat sampai. Karena takut jatuh, terpaksa Zea memeluk erat pinggang Zio, membuat Zio semakin salah paham padanya.
"Hebat juga dia, memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan," batin Zio. Zio tersenyum dibalik helm nya karena Zea memeluk erat pinggangnya.
"Dasar kodok sialan, pasti dia sengaja ngebut gini. Aduh, bisa-bisa badan gue meriang. Rasanya badan gue udah masuk angin," batin Zea.
Karena mereka mengebut, akhirnya mereka tiba dengan cepat di rumah Zio.
"Zio, Lo sengaja kan ngebut gitu biar gue masuk angin?" kesal Zea.
"Tapi Lo suka kan?" jawab Zio dengan percaya diri. Zio pun langsung masuk ke dalam.
"Najis," jawab Zea kesal. Zea mengikuti langkah Zio ke dalam sambil menggerutu.
Sesampai di dalam, kekesalan Zea semakin memuncak, betapa tidak, baru saja mereka tiba, kedua orangtua mereka sudah memberitahu mereka kabar buruk, bahwa pernikahan mereka akan dipercepat menjadi minggu depan.
"Mampus, mimpi apa gue semalam bakal nikah Minggu depan sama Lo," kata Zio pada Zea di depan kakek dan orangtua mereka.
"Lo pikir gue mau nikah secepat ini sama Lo. Gue yang rugi," jawab Zea, yang juga tidak terima.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....